Sebuah pertanyaan sederhana memicu perdebatan sengit di komunitas teknologi: Apakah kita terlalu cepat menganggap kebanyakan orang bodoh? Diskusi ini semakin menguat seiring dengan maraknya penggunaan alat AI, dengan para kritikus sering menyatakan bahwa pengguna tidak memahami kerugian yang jelas dari pilihan mereka.
Ide inti berpusat pada tes dasar untuk mengevaluasi klaim sosial. Sebelum menerima argumen apa pun tentang cara kerja masyarakat, tanyakan pada diri sendiri: Apakah penjelasan ini mengharuskan kebanyakan orang menjadi sangat bodoh tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari mereka? Jika jawabannya ya, argumen tersebut mungkin cacat.
Perbedaan Kecerdasan versus Pengetahuan
Perdebatan ini mengungkap perbedaan penting antara kecerdasan dan pengetahuan khusus. Meskipun banyak orang Amerika mungkin kesulitan menyebutkan tiga cabang pemerintahan, ini tidak berarti mereka kekurangan kecerdasan dalam bidang yang secara langsung mempengaruhi mereka. Orang umumnya memahami pekerjaan mereka, hubungan mereka, dan lingkungan terdekat mereka dengan cukup baik.
Perbedaan ini menjadi penting ketika menganalisis adopsi teknologi modern. Ambil contoh chatbot AI, yang kini digunakan oleh lebih dari 10% populasi global setiap minggu. Kritikus yang mengklaim bahwa alat-alat ini sama sekali tidak berguna menghadapi masalah matematis: mereka pada dasarnya berargumen bahwa ratusan juta orang tidak dapat mengenali ketika sesuatu memberikan nilai nol dalam hidup mereka.
Statistik Penggunaan Chatbot AI
- Lebih dari 10% populasi global menggunakan chatbot AI setiap minggu
- Mewakili ratusan juta pengguna aktif di seluruh dunia
- Pola penggunaan menunjukkan nilai yang dirasakan di antara pengguna
Dilema Kecurangan Siswa
Studi terbaru tentang siswa yang menggunakan ChatGPT untuk esai telah memicu diskusi yang sangat intens. Penelitian dari MIT menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan alat AI menghasilkan karya yang serupa dan tanpa jiwa serta secara bertahap lebih bergantung pada teknologi tersebut. Namun, anggota komunitas mempertanyakan apakah ini mengungkap kebodohan atau pengambilan keputusan yang rasional.
Siswa yang menggunakan AI untuk menulis esai tidak buta terhadap trade-off yang terlibat. Seperti generasi sebelumnya yang menyalin pekerjaan rumah atau menggunakan kalkulator, mereka memahami bahwa mereka menukar kesempatan belajar dengan penghematan waktu. Pilihan tersebut mungkin picik, tetapi tidak harus tidak terinformasi.
Siswa sering sepenuhnya sadar bahwa penggunaan ChatGPT mereka adalah ide yang buruk. Seperti penjudi yang kecanduan, itu tidak berarti mereka berhenti. Memaksa diri untuk mengerjakan tugas sekolah selalu sulit, dan mereka telah diberi jalan keluar.
Detail Studi MIT
- 54 partisipan dibagi menjadi tiga kelompok: LLM, Search Engine, Brain-only
- Menggunakan EEG untuk mengukur aktivitas otak selama menulis esai
- Menemukan penurunan konektivitas neural dengan meningkatnya dukungan eksternal
- Esai yang diproduksi dengan AI digambarkan sebagai "tanpa jiwa" oleh para guru
Kompleksitas Pengambilan Keputusan Manusia
Diskusi ini mengungkap pertanyaan yang lebih dalam tentang bagaimana kita mendefinisikan kebodohan itu sendiri. Banyak anggota komunitas berargumen bahwa melakukan sesuatu yang berbahaya sambil mengetahui itu berbahaya mungkin memang memenuhi syarat sebagai perilaku bodoh. Yang lain menyarankan bahwa ini mencampuradukkan kecerdasan dengan kontrol diri atau regulasi emosional.
Orang membuat keputusan yang tampak tidak rasional dari luar tetapi masuk akal dalam konteks pribadi mereka. Seseorang mungkin makan makanan tidak sehat bukan karena mereka tidak memahami nutrisi, tetapi karena mereka memprioritaskan kesenangan langsung daripada kesehatan jangka panjang. Ini tidak harus menjadi masalah pengetahuan.
Aplikasi Dunia Nyata dan Keterbatasan
Tes kebodohan memiliki aplikasi praktis di luar diskusi AI. Ini dapat membantu mengidentifikasi argumen lemah tentang kesehatan masyarakat, kebijakan pendidikan, atau perilaku ekonomi. Namun, kritikus menunjukkan bahwa tes ini memiliki keterbatasan, terutama ketika berhadapan dengan pengetahuan khusus atau sistem kompleks.
Beberapa anggota komunitas mencatat bahwa orang dapat cukup mampu dalam situasi yang familiar sambil berjuang dengan yang tidak familiar. Seorang pekerja terampil mungkin unggul dalam pekerjaannya tetapi membuat keputusan keuangan yang buruk, bukan karena kurang kecerdasan tetapi karena tingkat pengalaman yang berbeda di berbagai domain kehidupan.
Contoh Pengetahuan vs Kecerdasan
- Hanya 50% orang Amerika yang dapat menyebutkan tiga cabang pemerintahan
- Orang-orang umumnya kompeten dalam pekerjaan dan bidang kehidupan sehari-hari mereka
- Perbedaan antara pengetahuan faktual dan kecerdasan praktis
- Kinerja bervariasi secara signifikan antara domain yang familiar dan tidak familiar
Kesimpulan
Perdebatan yang sedang berlangsung ini menyoroti ketegangan fundamental dalam cara kita memahami perilaku dan kecerdasan manusia. Meskipun mudah untuk menolak pilihan yang tidak kita setujui sebagai bodoh, kenyataannya seringkali lebih bernuansa. Orang umumnya tidak sebodoh yang disarankan beberapa teori sosial tentang kehidupan sehari-hari mereka, bahkan ketika mereka membuat keputusan yang tampak jelas salah bagi pengamat luar.
Diskusi ini juga mengungkap bagaimana pola adopsi teknologi dapat berfungsi sebagai pemeriksaan realitas untuk asumsi kita tentang kecerdasan manusia. Ketika jutaan orang secara konsisten memilih untuk menggunakan sebuah alat, menolak penilaian mereka sepenuhnya mungkin lebih banyak berbicara tentang bias kita sendiri daripada kemampuan mereka.
Referensi: My Are you presuming most people are stupid? test