Persetujuan FDA baru-baru ini terhadap Journea milik Vertex Pharmaceutical telah memicu perdebatan sengit di komunitas medis, dengan banyak pihak yang mempertanyakan pemasaran obat tersebut sebagai obat penghilang rasa sakit non-opioid pertama. Meskipun Journea mewakili terobosan signifikan dalam manajemen nyeri pasca-operasi, para kritikus berargumen bahwa klaim berani tersebut mengabaikan alternatif non-opioid yang telah ada selama puluhan tahun.
Klaim Pemasaran yang Menyesatkan Menarik Kritik Komunitas
Kecenderungan industri farmasi terhadap pemasaran sensasional kembali mendapat sorotan. Anggota komunitas telah menunjukkan bahwa berbagai obat penghilang rasa sakit non-opioid telah ada selama puluhan tahun, termasuk NSAID seperti ibuprofen dan acetaminophen (paracetamol). Kontroversi berpusat pada apakah aplikasi spesifik Journea untuk nyeri pasca-operasi membenarkan narasi pertama di dunia yang dipromosikan.
Ini adalah paracetamol yang lebih baik. Yang mana itu luar biasa, dan sesuatu yang kita butuhkan. Ini bukan yang pertama di dunia.
Perbedaannya terletak pada efektivitas Journea untuk nyeri pasca-operasi yang parah, area di mana pilihan obat bebas tradisional sering kali tidak memadai, memaksa dokter untuk meresepkan opioid. Namun, posisi yang bernuansa ini telah hilang dalam pesan pemasaran yang lebih luas yang menyiratkan tidak ada obat penghilang rasa sakit non-opioid yang ada sebelumnya.
Demografi Uji Klinis:
- 88-99% peserta adalah perempuan
- Terutama diuji pada pasien bunionektomi dan abdominoplasti
- Lebih dari 2.400 pasien bedah berpartisipasi dalam penelitian
Inovasi Teknis Bertemu Keterbatasan Praktis
Journea bekerja dengan menargetkan saluran natrium Nav1.8 yang ditemukan terutama pada neuron perasa nyeri perifer, daripada bekerja pada otak seperti opioid. Mekanisme ini mencegah kecanduan dan depresi pernapasan sambil mempertahankan efektivitas penghilangan rasa sakit. Obat ini mewakili 12 tahun pengembangan dan investasi miliaran dolar Amerika Serikat oleh Vertex Pharmaceuticals.
Meskipun inovatif, Journea menghadapi hambatan praktis yang signifikan. Uji klinis menunjukkan bahwa obat ini tidak mengungguli kombinasi opioid-acetaminophen yang ada, dan biayanya sebesar 500 dolar Amerika Serikat per minggu dibandingkan dengan 10-20 dolar Amerika Serikat untuk obat standar menimbulkan kekhawatiran aksesibilitas. Obat ini saat ini hanya disetujui untuk nyeri akut pasca-operasi, bukan kondisi kronis yang mempengaruhi lebih dari 20 juta orang Amerika.
Perbandingan Biaya:
- Journea : ~$500 USD per minggu
- Kombinasi acetaminophen standar: $10-20 USD
- Hambatan biaya yang signifikan untuk adopsi secara luas
Alternatif yang Ada dan Potensi Masa Depan
Komunitas medis juga telah mengajukan pertanyaan tentang bagaimana Journea dibandingkan dengan penghambat Nav1.8 lainnya seperti ambroxol, yang tersedia tanpa resep di beberapa negara seperti Jerman. Ini menyoroti lanskap kompleks pilihan manajemen nyeri yang sudah ada, bahkan jika mereka tidak dikenal secara luas atau tersedia di semua pasar.
Meskipun Journea mungkin bukan terobosan revolusioner seperti yang disarankan pemasarannya, obat ini memang mewakili kemajuan yang berarti dalam mengurangi ketergantungan opioid untuk pasien pasca-operasi. Obat ini menawarkan jalan tengah antara pilihan obat bebas yang tidak memadai dan opioid yang berpotensi adiktif, mengisi celah nyata dalam protokol manajemen nyeri.
Kontroversi ini pada akhirnya mencerminkan frustrasi yang lebih luas dengan praktik pemasaran farmasi yang memprioritaskan klaim dramatis daripada komunikasi ilmiah yang akurat. Saat Vertex terus mengembangkan penghambat Nav1.8 yang lebih kuat dan mengeksplorasi kombinasi dengan target lain, fokus harus tetap pada kontribusi asli Journea daripada signifikansi historis yang dilebih-lebihkan.
Referensi: The first non-opioid painkiller