Kedutaan Besar AS di Seoul telah melanjutkan pemrosesan visa pelajar dan pertukaran dengan persyaratan baru yang menimbulkan kecemasan di kalangan pelamar Korea. Semua pencari visa kini harus membuat akun media sosial pribadi mereka menjadi publik untuk penyaringan menyeluruh oleh otoritas imigrasi. Perubahan kebijakan ini telah menciptakan ledakan bisnis yang tak terduga bagi digital undertakers - layanan khusus yang membantu orang membersihkan jejak online mereka.
Waktunya tidak bisa lebih menegangkan bagi mahasiswa seperti Kim yang berusia 28 tahun, yang menghabiskan lebih dari setahun mempersiapkan aplikasi sekolah pascasarjana di AS. Setelah berinvestasi berbulan-bulan dalam pernyataan pribadi, tes bahasa, dan pertemuan dengan profesor, dia kini menghadapi kemungkinan bahwa postingan media sosial lama bisa menggagalkan impian akademisnya. Ketakutan ini bukan tanpa alasan - pendapat politik masa lalu atau bahkan foto pesta kini mungkin menentukan persetujuan visa.
Persyaratan Media Sosial:
- Semua akun pribadi harus dibuat publik
- Riwayat media sosial lengkap akan ditinjau
- Penyaringan mencakup jaringan teman dan asosiasi
- Kebijakan mulai diberlakukan pada Juni 2024
![]() |
---|
Sebuah tangan memeriksa profil media sosial di bawah kaca pembesar, mencerminkan persyaratan visa baru AS untuk akun media sosial publik |
Sandiwara Keamanan atau Penyaringan Asli?
Banyak di komunitas teknologi mempertanyakan efektivitas pendekatan ini. Kritikus berargumen bahwa siapa pun dengan niat jahat dapat dengan mudah membuat akun palsu atau membeli yang sudah ada secara online. Stempel waktu dan jejak data kemungkinan akan mengekspos upaya semacam itu, tetapi pertanyaan mendasar tetap ada apakah penyaringan ini benar-benar meningkatkan keamanan atau hanya menciptakan hambatan bagi pelamar yang sah.
Kebijakan ini tampaknya dirancang lebih untuk mencegah jenis ekspresi politik tertentu daripada menangkap ancaman keamanan yang sesungguhnya. Diskusi komunitas mengungkapkan kekhawatiran bahwa ini merepresentasikan pergeseran dari penyaringan keamanan tradisional menuju penyaringan ideologis terhadap mahasiswa dan pengunjung asing.
Munculnya Layanan Reputasi Digital
Santa Cruise Company , salah satu perusahaan yang menawarkan layanan digital undertaker, melaporkan lonjakan permintaan dari pelamar visa AS. Layanan mereka berkisar dari 100.000 won Korea (72 dolar AS) hingga jutaan won, tergantung pada ruang lingkup penghapusan konten. Perusahaan menangani segala hal mulai dari postingan yang sensitif secara politik hingga perjuangan pribadi dan foto pesta yang klien khawatirkan dapat merusak citra mereka.
Tren ini meluas melampaui Korea - persyaratan penyaringan media sosial serupa telah diterapkan untuk mahasiswa Pakistan dan kebangsaan lainnya. Sifat global dari kebijakan ini menunjukkan upaya terkoordinasi untuk memantau dan berpotensi membatasi jenis pertukaran akademis internasional tertentu.
Biaya Layanan Digital Undertaker:
- Penghapusan konten dasar: 100.000 KRW (72 USD)
- Pembersihan menyeluruh: Hingga jutaan KRW
- Layanan meliputi: Penghapusan konten politik, penghapusan postingan pribadi, pembersihan foto pesta
Implikasi yang Lebih Luas untuk Kebebasan Berbicara
Debat komunitas mengungkapkan kekhawatiran yang lebih dalam tentang erosi perlindungan kebebasan berbicara, baik untuk pengunjung asing maupun berpotensi untuk warga AS. Beberapa berargumen bahwa mengharuskan konformitas ideologis dari mahasiswa internasional merusak peran tradisional Amerika sebagai mercusuar kebebasan akademis dan wacana terbuka.
Jika seseorang memiliki niat buruk, orang tersebut dapat dengan mudah membuat akun palsu dan mengisi beberapa konten acak demi lolos dari aplikasi visa.
Efektivitas kebijakan tetap dipertanyakan sementara efek menakutkannya pada wacana akademis yang sah tampak signifikan. Mahasiswa kini melakukan sensor diri atau membayar untuk menghapus riwayat digital mereka daripada mengambil risiko mengekspresikan pandangan yang mungkin dianggap bermasalah oleh petugas imigrasi.
Kategori Visa yang Terdampak:
- Visa F (Mahasiswa akademik)
- Visa M (Mahasiswa vokasi)
- Visa J (Pengunjung pertukaran)
- Kebijakan diterapkan di berbagai negara termasuk Korea Selatan dan Pakistan
Kesimpulan
Saat mahasiswa Korea berebut untuk membersihkan jejak online mereka, implikasi yang lebih luas dari penyaringan media sosial visa terus berkembang. Sementara pendukung berargumen untuk langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan, kritikus melihat ini sebagai bagian dari pola yang lebih besar untuk membatasi suara yang berbeda pendapat dan aktivisme politik. Munculnya layanan digital undertaker merepresentasikan baik respons praktis terhadap persyaratan baru maupun tanda yang mengkhawatirkan tentang bagaimana pengawasan online membentuk kembali pendidikan dan pertukaran internasional.
Dampak jangka panjang pada kebebasan akademis, kolaborasi internasional, dan soft power Amerika masih harus dilihat saat kebijakan ini meluas ke lebih banyak negara dan kategori visa.
Referensi: Korean students seek 'digital undertakers' amid US visa social media screening