Sebuah studi terobosan dari Columbia University telah membalikkan pemahaman kita tentang peradangan terkait penuaan. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa peradangan kronis adalah bagian yang tak terhindarkan dari proses menua. Namun penelitian baru yang membandingkan orang-orang dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa hal ini mungkin hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di masyarakat industri.
Studi ini mengamati empat kelompok orang yang berbeda: dua dari daerah industri modern ( Italia dan Singapore ) dan dua dari komunitas pribumi (suku Tsimane di Bolivia dan Orang Asli di Malaysia ). Hasilnya mengejutkan dan telah memicu diskusi intens tentang apa sebenarnya arti peradangan bagi kesehatan manusia.
Populasi Studi yang Dibandingkan:
- Studi InCHIANTI Italia (terindustrialisasi)
- Studi Penuaan Longitudinal Singapore (terindustrialisasi)
- Suku Tsimane di Amazon Bolivia (pribumi)
- Suku Orang Asli di Semenanjung Malaysia (pribumi)
Kebingungan Seputar Peradangan Baik vs Buruk
Salah satu poin terpenting dari diskusi komunitas adalah kebingungan yang meluas tentang peradangan itu sendiri. Banyak orang menerima pesan yang bertentangan dari sumber-sumber kesehatan - ada yang mengatakan peradangan adalah akar dari semua masalah kesehatan, sementara yang lain mengklaim bahwa peradangan sebenarnya bermanfaat.
Kenyataannya lebih bernuansa. Ada berbagai jenis peradangan, dan konteks sangat penting. Peradangan jangka pendek membantu tubuh Anda pulih dari cedera dan melawan infeksi. Peradangan kronis jangka panjang yang tampaknya menyebabkan masalah - tetapi hanya dalam lingkungan tertentu.
Seperti yang dicatat oleh seorang pengamat, ini mirip dengan bagaimana minum air sangat penting untuk kehidupan, tetapi tenggelam dalam air bisa mematikan. Kuncinya adalah memahami kapan peradangan membantu dan kapan peradangan merugikan.
Mengapa Komunitas Pribumi Menceritakan Kisah yang Berbeda
Temuan paling mencolok adalah bahwa orang-orang di komunitas pribumi memiliki tingkat penanda peradangan yang tinggi, tetapi tingkat ini tidak meningkat seiring bertambahnya usia seperti yang terjadi di masyarakat industri. Yang lebih penting lagi, meskipun memiliki tingkat peradangan yang akan dianggap mengkhawatirkan dalam kedokteran Barat, populasi ini jarang mengembangkan penyakit kronis yang melanda negara-negara industri.
Sekitar 66% dari suku Tsimane memiliki parasit usus, dan lebih dari 70% dari Orang Asli memiliki beberapa bentuk infeksi. Sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus melawan ancaman nyata, yang membuat mereka tetap aktif dan terarah dengan benar. Ini menunjukkan bahwa peradangan itu sendiri bukanlah masalahnya - melainkan peradangan tanpa tujuan yang jelas yang menjadi berbahaya.
Statistik Kesehatan Utama:
- 66% orang Tsimane memiliki setidaknya satu infeksi parasit usus
- Lebih dari 70% orang Orang Asli memiliki infeksi yang umum terjadi
- 19 sitokin (protein pensinyalan kekebalan tubuh) dianalisis
- Penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, Alzheimer) jarang terjadi pada populasi pribumi
Teori Sistem Kekebalan Tubuh yang Bosan
Diskusi komunitas telah menyoroti ide yang menarik: bahwa sistem kekebalan tubuh di masyarakat industri mungkin seperti tangan yang menganggur yang mencari masalah ketika mereka tidak memiliki pekerjaan nyata. Tanpa paparan konstan terhadap parasit dan infeksi, sistem kekebalan tubuh kita mungkin mulai menyerang tubuh kita sendiri.
Teori ini sejalan dengan temuan studi tentang ketidakcocokan evolusioner - gagasan bahwa sistem kekebalan tubuh kita berevolusi untuk menangani lingkungan yang sangat berbeda dari kota dan pinggiran kota modern. Dunia yang bersih dan steril yang telah kita ciptakan mungkin sebenarnya membingungkan sistem pertahanan tubuh kita.
Mengapa Pengobatan Saat Ini Sering Gagal
Penelitian ini membantu menjelaskan mengapa banyak pengobatan anti-inflamasi tidak seberhasil yang diharapkan. Sebagian besar obat hanya menargetkan sebagian kecil dari puluhan protein inflamasi dalam tubuh kita. Yang lebih penting, mereka mungkin mencoba menekan sistem yang berperilaku buruk daripada mengatasi mengapa sistem tersebut berperilaku buruk.
Temuan ini benar-benar mempertanyakan gagasan bahwa peradangan itu buruk. Sebaliknya, tampaknya peradangan—dan mungkin mekanisme penuaan lainnya juga—mungkin sangat bergantung pada konteks.
Ini menunjukkan bahwa alih-alih hanya mencoba mengurangi peradangan, kita mungkin perlu menemukan cara untuk memberikan tantangan yang tepat kepada sistem kekebalan tubuh kita atau mengarahkan aktivitas mereka dengan cara yang lebih sehat.
Metodologi Penelitian:
- Panel 19 sitokin digunakan untuk menilai pola inflamasi
- Penanda inflammaging diselaraskan dengan penuaan pada dataset Italia dan Singapura
- Tidak ditemukan korelasi antara usia dan inflamasi pada kelompok masyarakat adat
- Fokus pada exposome - totalitas paparan lingkungan, gaya hidup, dan infeksi
Apa Artinya Ini untuk Strategi Kesehatan Masa Depan
Implikasi studi ini melampaui penelitian akademis. Ini menunjukkan bahwa rekomendasi kesehatan universal mungkin tidak berhasil untuk semua orang, dan bahwa faktor lingkungan memainkan peran yang jauh lebih besar dalam penuaan daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti menggunakan 19 penanda inflamasi yang berbeda untuk menilai pola peradangan, menunjukkan bahwa hubungan antara penanda ini dan penyakit sangat bervariasi antar populasi. Kompleksitas ini berarti bahwa solusi sederhana tidak mungkin berhasil untuk semua orang.
Memahami perbedaan-perbedaan ini dapat mengarah pada pendekatan yang lebih personal terhadap kesehatan dan penuaan. Daripada menganggap semua peradangan itu buruk, pengobatan masa depan mungkin fokus pada pemahaman mengapa peradangan terjadi dan mengatasi akar penyebab tersebut alih-alih hanya menekan gejalanya.
Penelitian ini membuka pertanyaan-pertanyaan baru tentang bagaimana gaya hidup modern kita mempengaruhi penuaan dan apakah ada cara untuk mempertahankan manfaat masyarakat industri sambil menghindari kerugian kesehatannya.
Referensi: Aging-related Inflammation Is Not Universal Across Human Populations