Sebuah postingan blog dari seorang developer software yang membandingkan pekerjaannya pada library format data RDX dengan prinsip-prinsip artistik M.C. Escher telah memicu diskusi hangat di komunitas teknologi tentang tulisan yang pretensious dan keseimbangan antara eksplorasi artistik dengan pengembangan praktis.
Postingan asli, yang ditulis setelah mengunjungi museum Escher di The Hague, menarik paralel antara karya-karya rekursif dan matematis dari seniman terkenal tersebut dengan pengalaman penulis dalam membangun librdx, sebuah sistem format data dan sinkronisasi multi-fungsi. Developer tersebut menggunakan Drawing Hands karya Escher sebagai metafora untuk membangun alat dengan alat yang Anda ciptakan, dan membahas bagaimana sistem software yang kompleks dapat mencapai organisasi diri yang elegan.
Fitur Pustaka RDX:
- Format dokumen mirip JSON (JDR)
- Format serialisasi biner
- Penyimpanan key-value LSM
- Sinkronisasi data local-first
- Penyimpanan data berkemampuan kripto Merkle-graph
- Total 20.000 baris kode (termasuk 6.000 baris kode parser yang dihasilkan)
Reaksi Keras Komunitas atas Arogansi yang Dirasakan
Postingan tersebut dengan cepat menuai kritik dari pembaca yang merasa tulisan itu terlalu menganggap diri penting. Beberapa komentator mempermasalahkan apa yang mereka lihat sebagai penulis yang membandingkan dirinya dengan seorang jenius generasional hanya karena menciptakan sebuah library format data. Kritik tersebut berpusat pada nada dan kemegahan yang dirasakan dalam menyamakan tantangan pengembangan software dengan pencapaian artistik revolusioner Escher.
Namun, tidak semua umpan balik bersifat negatif. Beberapa developer membela postingan tersebut sebagai representasi dari fase penting dalam pertumbuhan seorang programmer, dengan berargumen bahwa jenis pemikiran filosofis tentang struktur kode dan pola desain ini berharga untuk pengembangan profesional.
Realitas Pengembangan Komersial
Diskusi tersebut mengungkap ketegangan yang lebih luas di dunia pengembangan software antara eksplorasi idealistik dan tekanan komersial. Seorang komentator mencatat bagaimana pencarian keindahan dan eksplorasi dalam pemrograman sering kali hancur karena kebutuhan untuk memberikan hasil yang benar-benar diinginkan pelanggan yang membayar. Sentimen ini beresonansi dengan yang lain yang menggambarkan meninggalkan program akademik karena tidak ada ruang untuk jenis pemikiran eksploratif ini di lingkungan yang berfokus pada produksi.
Tidak ada ruang lagi untuk eksplorasi dan mencari keindahan. Semuanya tentang throughput produksi.
Respons dan Perspektif Penulis
Penulis asli akhirnya bergabung dalam diskusi, mengakui kualitas kasar dari tulisan mereka dan menjelaskan bahwa itu ditulis dengan cepat selama momen kegembiraan setelah menyelesaikan pencapaian besar. Pengakuan ini tampaknya meredakan sebagian kritik dan memberikan konteks untuk nada antusias tersebut.
Perdebatan ini juga menyentuh paralel yang menarik dengan Escher sendiri, yang dilaporkan menerima surat dari matematikawan yang mengklaim seninya dengan sempurna memvisualisasikan teori-teori kompleks, meskipun Escher tidak memahami matematika yang mereka rujuk. Ini menunjukkan bahwa menemukan makna mendalam dalam karya kreatif, baik seni maupun kode, mungkin terkadang lebih banyak berkata tentang pengamat daripada penciptanya.
Kontroversi ini menyoroti pertanyaan berkelanjutan tentang bagaimana developer seharusnya mendiskusikan pekerjaan mereka dan apakah membawa kerangka artistik atau filosofis ke pengembangan software meningkatkan pemahaman atau hanya menciptakan kompleksitas yang tidak perlu.
Referensi: Escher's art and computer science