Mengapa Menerjemahkan Ghazal dan Haiku ke Bahasa Inggris Menciptakan Masalah Fundamental

Tim Komunitas BigGo
Mengapa Menerjemahkan Ghazal dan Haiku ke Bahasa Inggris Menciptakan Masalah Fundamental

Penerjemahan puisi selalu rumit, tetapi beberapa bentuk menghadapi tantangan unik ketika dipindahkan antar bahasa. Diskusi terkini dalam komunitas sastra menyoroti bagaimana bentuk tradisional seperti ghazal dan haiku kehilangan esensinya ketika diterjemahkan ke bahasa Inggris, bukan hanya karena perbedaan budaya, tetapi karena ketidakcocokan struktural fundamental antara bahasa.

Jebakan Jumlah Suku Kata dalam Penerjemahan Haiku

Banyak orang mengenal haiku sebagai tiga baris dengan 5-7-5 suku kata, tetapi editor haiku serius menolak pendekatan ini sepenuhnya. Masalahnya terletak pada bagaimana suku kata bekerja berbeda di seluruh bahasa. Suku kata Jepang membawa informasi lebih sedikit daripada suku kata Inggris, membuat penerjemahan suku kata langsung tidak efektif.

Sebagai contoh, kata Inggris cricket diterjemahkan menjadi koorogirisu dalam bahasa Jepang - satu suku kata versus lima. Ini berarti haiku Jepang yang tepat diterjemahkan kata-per-kata ke bahasa Inggris mungkin hanya memiliki 8-10 suku kata total, bukan 17. Ketika penerjemah memaksakan pola 5-7-5, mereka harus menambahkan kata-kata pengisi yang bertentangan dengan prinsip inti haiku yaitu minimalisme ekstrem.

Catatan: Minimalisme dalam puisi merujuk pada penggunaan kata-kata sesedikit mungkin untuk menyampaikan makna dan dampak maksimum.

Perbandingan Struktur Bahasa:

  • Bahasa Jepang: Kata dengan 5+ suku kata umum dan terdengar natural
  • Bahasa Inggris: Kata dengan 5+ suku kata sering terdengar tidak puitis atau terlalu formal
  • Urdu/Arab: Urutan kata Subjek-Objek-Kata Kerja
  • Bahasa Inggris: Urutan kata Subjek-Kata Kerja-Objek

Tantangan Penerjemahan Berdasarkan Bentuk:

  • Haiku: Perbedaan kepadatan suku kata, prinsip-prinsip minimalis
  • Ghazal: Konflik urutan kata, penempatan frasa berulang, adaptasi skema rima
  • Umum: Konteks budaya, resonansi emosional, akurasi teknis vs. alur yang natural
Dokumen-dokumen bersejarah melambangkan tantangan dan tradisi dalam puisi haiku serta terjemahannya
Dokumen-dokumen bersejarah melambangkan tantangan dan tradisi dalam puisi haiku serta terjemahannya

Ghazal Menghadapi Masalah Struktural yang Lebih Besar

Ghazal menyajikan tantangan penerjemahan yang lebih kompleks. Puisi-puisi ini mengharuskan setiap kuplet berakhir dengan kata atau frasa yang sama, ditambah bunyi sajak sebelum elemen yang berulang. Meskipun secara teknis mungkin dalam bahasa Inggris, hasilnya sering terasa dipaksakan dan tidak alami.

Masalah inti berasal dari perbedaan urutan kata. Urdu mengikuti struktur Subjek-Objek-Kata Kerja, sementara Inggris menggunakan Subjek-Kata Kerja-Objek. Ini berarti kata kerja yang secara alami mengakhiri baris dalam Urdu harus pindah ke tengah dalam bahasa Inggris, mengganggu alur dan dampak puisi.

Diskusi komunitas mengungkapkan bahwa bahkan penerjemah berpengalaman berjuang dengan tantangan ini:

Ketika Anda membaca Ghazal dalam urdu, ada rasa 'pengungkapan' seperti dalam trik sulap ketika Anda membaca baris kedua. Ini hampir seperti 'ka-thunk' yang memuaskan saat bagian logam pas sempurna ke dalam slot dalam video ASMR tersebut. Perasaan itu akan mustahil untuk direplikasi dalam terjemahan bahasa Inggris.

Melampaui Mengikuti Aturan Sederhana

Masalah yang lebih dalam bukan tentang mengikuti aturan dengan sempurna, tetapi memahami mengapa aturan-aturan itu ada. Bentuk puisi berkembang untuk menyoroti kekuatan bahasa tertentu. Aturan haiku Jepang bekerja karena mereka mendorong bahasa Jepang ke batas alaminya. Struktur ghazal Urdu melengkapi tata bahasa dan pola suara bahasa tersebut.

Beberapa penerjemah telah menemukan solusi kreatif dengan mengadaptasi semangat daripada huruf dari bentuk-bentuk ini. Untuk ghazal, teknik seperti hand-off rhyme - di mana kata terakhir dari satu baris berima dengan kata pertama dari baris berikutnya - dapat mempertahankan kualitas musikal tanpa memaksakan konstruksi bahasa Inggris yang canggung.

Tantangan Konteks Budaya

Kesulitan penerjemahan meluas melampaui tata bahasa ke pemahaman budaya. Banyak konsep ghazal, referensi, dan konteks emosional tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Inggris. Bahkan ketika secara teknis akurat, terjemahan dapat melewatkan makna budaya halus yang langsung dikenali oleh penutur asli.

Ini menciptakan pertanyaan fundamental tentang tujuan penerjemahan. Haruskah penerjemah memprioritaskan akurasi teknis, dampak emosional, atau aksesibilitas budaya? Pendekatan yang berbeda melayani tujuan yang berbeda, tetapi tidak ada yang dapat menangkap pengalaman asli dengan sempurna.

Perdebatan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa mungkin pendekatan terbaik bukanlah mencoba memaksakan bahasa Inggris ke dalam cetakan asing, tetapi mengembangkan bentuk baru yang mencapai efek serupa menggunakan kekuatan alami bahasa Inggris. Ini akan menghormati semangat asli sambil menciptakan sesuatu yang benar-benar cocok untuk bahasa target.

Referensi: What Goes Wrong When We Write Ghazals in English