Para peneliti Johns Hopkins University telah mengembangkan robot bedah bertenaga AI yang dapat melakukan operasi pengangkatan kantong empedu dengan tingkat keberhasilan 100% pada sampel babi. Sistem terobosan ini, yang disebut SRT-H (Surgical Robot Transformer) , merupakan lompatan besar dari pendekatan bedah robotik sebelumnya yang mengandalkan gerakan yang telah diprogram sebelumnya.
Metrik Performa SRT-H :
- Tingkat keberhasilan: 100% pada sampel babi yang belum diuji
- Data pelatihan: 17+ jam rekaman video bedah
- Langkah prosedur: 17 langkah berbeda untuk pengangkatan kantong empedu
- Performa vs ahli bedah manusia: Presisi setara, kecepatan sedikit lebih lambat
- Kemampuan umpan balik: Menerima instruksi bahasa alami secara real-time
![]() |
---|
Mesin pencitraan medis canggih di lingkungan bedah, mewakili kemajuan dalam teknologi robotika bedah |
Pendekatan Pembelajaran Revolusioner Mengubah Robotika Bedah
Tidak seperti robot bedah sebelumnya yang mengikuti pemrograman kaku, SRT-H belajar dengan mengamati ahli bedah manusia melakukan operasi. Tim peneliti melatih sistem ini menggunakan lebih dari 17 jam rekaman video dari robot bedah DaVinci , dikombinasikan dengan data gerakan yang presisi dan instruksi bahasa alami. Pendekatan ini memungkinkan robot untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda dan bahkan menerima umpan balik waktu nyata dari supervisor manusia.
Komunitas telah menarik paralel dengan pengembangan kendaraan otonom, dengan seorang pengamat mencatat bahwa adopsi luas akan mengikuti setelah teknologi menunjukkan keunggulan yang jelas dibandingkan kinerja manusia. Namun, kekhawatiran tetap ada tentang sifat tidak terduga dari sistem AI dalam prosedur medis kritis.
Rincian Prosedur Bedah (Kolesistektomi):
- Prosedur tahunan di AS: ~700.000 pengangkatan kantong empedu
- Langkah-langkah utama: Pasang 3 klip pada duktus sistikus → Potong duktus → Klip arteri sistikus → Potong arteri → Angkat kantong empedu
- Pendekatan pelatihan: Pembelajaran imitasi dari demonstrasi manusia
- Kemampuan pemulihan: Dapat memperbaiki kesalahan dan beradaptasi dengan variasi anatomi
Hambatan Korporat Mencegah Kemajuan Klinis
Meskipun hasil laboratorium menjanjikan, jalan menuju uji coba manusia menghadapi hambatan signifikan. Intuitive Surgical , perusahaan di balik robot DaVinci , menolak untuk membagikan data gerakan detail yang dibutuhkan peneliti untuk melatih sistem AI mereka untuk prosedur medis dunia nyata. Perusahaan tersebut dilaporkan khawatir pesaing mungkin dapat merekayasa balik mekanik robot mereka dari data ini.
Pembatasan korporat ini telah memaksa peneliti untuk mengeksplorasi pendekatan alternatif, termasuk memasang sensor gerak pada alat bedah tradisional untuk menangkap gerakan ahli bedah manusia. Tim peneliti percaya solusi ini pada akhirnya dapat mengarah pada robot bedah humanoid yang lebih canggih.
Pertanyaan Keselamatan dan Akuntabilitas Muncul
Komunitas medis sedang bergulat dengan pertanyaan kompleks tentang tanggung jawab ketika sistem AI melakukan operasi. Diskusi saat ini berfokus pada siapa yang menanggung tanggung jawab ketika komplikasi muncul selama prosedur yang dibantu robot. Beberapa pihak berpendapat bahwa sifat terdistribusi dari pengambilan keputusan AI dapat membuat sulit untuk menetapkan akuntabilitas, mirip dengan tantangan yang terlihat di industri lain yang didorong teknologi.
Komplikasi terjadi dalam operasi, tidak peduli seberapa baik Anda. Siapa yang disalahkan ketika pasien mengalami kebocoran empedu atau meninggal akibat kolesistektomi? Ini memunculkan pertanyaan hukum baru yang harus dijawab.
Meskipun ada kekhawatiran ini, banyak ahli percaya bahwa ahli bedah robotik pada akhirnya akan menjadi alat penting untuk mengatasi kekurangan ahli bedah dan meningkatkan presisi bedah. Kemampuan teknologi untuk memperkecil gerakan manusia dan mempertahankan kinerja yang konsisten dapat membuat operasi berkualitas tinggi lebih mudah diakses di seluruh dunia.
Penelitian ini merupakan langkah signifikan menuju sistem bedah yang sepenuhnya otonom, meskipun jadwal waktu untuk implementasi manusia tetap tidak pasti karena tantangan teknis dan regulasi.
Referensi: Experimental surgery performed by AI-driven surgical robot