Guru Menggunakan Alat AI Tanpa Kontrol Kualitas Menciptakan Krisis Pendidikan

Tim Komunitas BigGo
Guru Menggunakan Alat AI Tanpa Kontrol Kualitas Menciptakan Krisis Pendidikan

Laporan seorang guru sains sekolah menengah atas tentang adopsi AI yang meluas di distrik sekolah mereka di Amerika Serikat bagian selatan telah memicu perdebatan sengit tentang kualitas dan etika penggunaan kecerdasan buatan dalam pendidikan. Guru tersebut menggambarkan pola yang mengkhawatirkan di mana para pendidik mengadopsi rencana pelajaran, presentasi, dan materi yang dihasilkan AI tanpa tinjauan yang tepat atau pemahaman tentang keterbatasannya.

Konten yang Dihasilkan AI Tidak Memiliki Nilai Pendidikan

Isu utama berpusat pada guru yang menggunakan alat AI untuk membuat materi pendidikan yang secara fundamental cacat. Guru tersebut melaporkan menghadiri pertemuan di mana rekan-rekan dengan antusias menyetujui presentasi PowerPoint yang dihasilkan AI yang kehilangan materi penting yang diuji, berulang-ulang, dan sama sekali kosong dan tidak bermakna. Ini mewakili tren yang lebih luas di mana para pendidik memprioritaskan penghematan waktu daripada kualitas pendidikan.

Masalah ini meluas melampaui sekadar kemudahan. Ketika guru menggunakan konten yang dihasilkan AI tanpa tinjauan yang tepat, mereka berisiko memberikan pelajaran yang tidak selaras dengan standar pendidikan atau mengandung kesalahan faktual. Satu contoh yang sangat meresahkan melibatkan tugas matematika di mana pertanyaan yang dihasilkan AI datang dengan lembar jawaban yang salah, menyebabkan kebingungan ketika jawaban benar siswa ditandai salah.

Contoh Umum Penyalahgunaan AI dalam Pendidikan:

  • Presentasi PowerPoint dengan materi yang tidak diuji dan konten yang berulang-ulang
  • Pekerjaan rumah matematika dengan lembar jawaban yang salah hasil AI
  • Karya seni siswa yang dimodifikasi oleh AI tanpa izin
  • Email administratif dengan konten yang jelas dihasilkan ChatGPT
  • Rencana pembelajaran yang tidak selaras dengan standar pendidikan

Siswa Kehilangan Rasa Hormat terhadap Integritas Akademik

Penggunaan AI yang meluas oleh guru menciptakan kontradiksi fundamental dalam nilai-nilai pendidikan. Bagaimana para pendidik dapat mengharapkan siswa mempertahankan integritas akademik ketika mereka mengamati guru-guru mereka menggunakan jalan pintas AI? Standar ganda ini merusak seluruh kerangka pendidikan yang dibangun di sekitar pemikiran orisinal dan kejujuran intelektual.

Situasi menjadi lebih bermasalah ketika guru memodifikasi karya siswa menggunakan AI. Satu guru dilaporkan menggunakan Microsoft Copilot untuk membersihkan karya seni siswa karena terlihat terlalu tidak selesai, membuat siswa merasa tidak dihormati dan tidak dihargai. Tindakan seperti itu mengkomunikasikan bahwa kreativitas dan usaha manusia tidak mencukupi, memerlukan peningkatan AI untuk memenuhi standar.

Insinyur vs. Pengguna Umum: Ekspektasi yang Berbeda

Diskusi komunitas mengungkapkan kesenjangan signifikan antara bagaimana profesional teknis dan pengguna umum mendekati alat AI. Para insinyur memahami bahwa model bahasa besar masih dalam pengembangan, dengan keterbatasan dan kasus penggunaan tertentu. Namun, pengguna biasa, termasuk guru, sering memperlakukan alat-alat ini sebagai produk jadi yang mampu menangani tugas apa pun tanpa pengawasan.

Melihat sekeliling saya, para insinyur tidak memahami hal itu. Sebaliknya, mereka memiliki ekspektasi yang sama berlebihan dan secara aktif mendorong LLM di mana-mana.

Ketidaksesuaian ini telah menciptakan apa yang beberapa orang gambarkan sebagai masalah sosial yang tidak dapat diperbaiki oleh para insinyur - penyalahgunaan alat AI yang meluas oleh orang-orang yang tidak memahami keterbatasan atau aplikasi yang tepat.

Masalah Kelebihan Kerja Mendorong Keputusan Buruk

Banyak komentator menunjuk pada kelebihan kerja guru sebagai akar penyebab adopsi AI yang tidak selektif. Ketika para pendidik menghadapi beban kerja yang luar biasa dengan persiapan kelas yang beragam, tugas pelatihan, dan tugas administratif, alat AI tampak sebagai solusi yang menarik. Namun, ini menciptakan siklus berbahaya di mana penggunaan AI menjadi ekspektasi dasar, berpotensi menyebabkan administrator memberikan lebih banyak pekerjaan dengan asumsi bahwa AI membuat segalanya lebih mudah.

Diskusi menunjukkan bahwa ukuran kelas yang lebih kecil dan alokasi sumber daya yang lebih baik mungkin mengurangi tekanan yang mendorong guru ke arah jalan pintas ini. Saat ini, kombinasi beban kerja tinggi dan alat AI yang mudah tersedia menciptakan kondisi di mana kualitas pasti menderita.

Masalah Utama dalam Adopsi AI Saat Ini:

  • Guru kurang memahami keterbatasan AI dan kasus penggunaan yang tepat
  • Tidak ada kontrol kualitas atau proses peninjauan untuk materi yang dihasilkan AI
  • Siswa kehilangan rasa hormat terhadap integritas akademik ketika guru menggunakan jalan pintas AI
  • Guru yang kelebihan beban kerja menggunakan AI sebagai solusi cepat daripada alat yang dipikirkan matang
  • Alat AI dipasarkan kepada administrator daripada pengguna sebenarnya (guru)

Melihat ke Depan: Kebutuhan untuk Integrasi AI yang Tepat

Perdebatan tidak selalu tentang menghilangkan AI dari pendidikan sepenuhnya, tetapi lebih tentang mengimplementasikannya dengan bijaksana. Beberapa pendidik melaporkan pengalaman positif menggunakan AI sebagai titik awal untuk perencanaan pelajaran, kemudian dengan hati-hati meninjau dan memodifikasi output untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Perbedaan kunci terletak pada memperlakukan AI sebagai alat yang memerlukan pengawasan manusia daripada pengganti untuk penilaian manusia.

Lintasan saat ini menunjukkan bahwa tanpa pedoman dan pelatihan yang tepat, adopsi AI dalam pendidikan akan terus memprioritaskan efisiensi daripada efektivitas, berpotensi merusak tujuan fundamental pengajaran dan pembelajaran.

Referensi: Unpopular Opinion: Teacher AI use is already out of control and it's not ok