Perang Dagang dan Demokrasi Ekonomi: Komunitas Memperdebatkan Keanggotaan China di WTO dan Dampak Manufaktur Global

Tim Komunitas BigGo
Perang Dagang dan Demokrasi Ekonomi: Komunitas Memperdebatkan Keanggotaan China di WTO dan Dampak Manufaktur Global

Perdebatan berkelanjutan tentang kebijakan perdagangan global telah memicu diskusi intens mengenai apakah penyertaan China dalam World Trade Organization merupakan kesalahan strategis. Dua buku baru yang mengkaji ekonomi perdagangan telah menghidupkan kembali percakapan tentang tarif, pekerjaan manufaktur, dan masa depan perdagangan internasional.

Demokrasi sebagai Prasyarat Perdagangan

Sebagian besar komunitas percaya bahwa keanggotaan WTO harus dibatasi pada negara-negara demokratis. Menurut peringkat demokrasi, China berada di posisi 145 dari 167 negara, dengan sebagian besar negara di atas posisi ke-100 dianggap demokratis. Hal ini telah memicu seruan untuk menerapkan tarif yang lebih tinggi pada barang-barang dari rezim otoriter sambil mempertahankan perdagangan bebas dengan sekutu demokratis.

Argumen ini berpusat pada gagasan bahwa negara-negara non-demokratis tidak mengikuti aturan perdagangan yang telah ditetapkan. Para kritikus menunjuk pada kegagalan China memenuhi sekitar 50% persyaratan masuk WTO selama dua dekade terakhir, menunjukkan bahwa mereka telah bertindak sebagai aktor jahat dalam sistem perdagangan global.

Peringkat Demokrasi dan Kebijakan Perdagangan

  • China menempati peringkat ke-145 dari 167 negara dalam indeks demokrasi
  • Sekitar 100 negara teratas umumnya dianggap demokratis
  • Usulan: Tarif lebih tinggi untuk rezim otoriter, perdagangan bebas dengan negara demokrasi
  • China hanya memenuhi ~50% persyaratan masuk WTO selama 20 tahun

Perdebatan Perpindahan Pekerjaan Manufaktur

Komunitas sangat terbagi mengenai apakah globalisasi telah menguntungkan atau merugikan pekerja Amerika. Satu perspektif berargumen bahwa jutaan pekerjaan manufaktur bergaji tinggi menghilang ketika pekerjaan berpindah ke luar negeri, terutama ke China. Kota-kota seperti Detroit menjadi simbol kemunduran industri ini.

Namun, pihak lain menunjuk pada tingkat pengangguran saat ini sebesar 4,2% di Amerika Serikat meskipun terjadi outsourcing pekerjaan besar-besaran. Mereka berargumen bahwa ekonomi telah berhasil mereorganisasi dirinya sendiri, menciptakan peluang baru ketika industri lama berpindah ke luar negeri. Perdebatan meluas ke apakah pekerjaan pengganti ini menawarkan upah dan stabilitas yang sebanding.

Indikator Ekonomi AS

  • Tingkat pengangguran saat ini: 4,2%
  • Contoh harga konsumen: TV 32 inci seharga $2.000-3.000 USD (tahun 1990an) vs $99 USD saat ini
  • Pekerjaan manufaktur: Penurunan signifikan akibat outsourcing ke China dan otomatisasi

Ekonomi Spesialisasi vs. Produksi Lokal

Ketidaksepakatan mendasar ada tentang manfaat spesialisasi internasional. Para pendukung berargumen bahwa perdagangan global menciptakan kelimpahan dengan memungkinkan negara-negara fokus pada apa yang mereka lakukan terbaik. Mereka menunjuk pada penurunan harga dramatis dalam barang konsumen - TV 32 inci yang berharga 2.000-3.000 dolar Amerika pada tahun 1990-an kini dijual seharga 99 dolar Amerika di Amazon.

Para kritikus menjawab bahwa meskipun barang mungkin lebih murah, biaya penting seperti perumahan telah melonjak tinggi. Mereka mempertanyakan apakah akses ke elektronik konsumen murah mengkompensasi hilangnya pekerjaan yang stabil dan bergaji tinggi serta perumahan yang terjangkau.

Manipulasi Mata Uang dan Praktik Tidak Adil

Diskusi mengungkapkan kekhawatiran tentang negara-negara yang memanipulasi nilai mata uang, mengabaikan hukum kekayaan intelektual, dan menerapkan tarif tersembunyi melalui pembatasan akses pasar. Beberapa anggota komunitas berargumen bahwa teori perdagangan bebas tradisional runtuh ketika berhadapan dengan negara-negara yang tidak beroperasi di bawah aturan yang sama.

Strategi 'aktor jahat' yang dimaksud telah dikenal sejak lama: ini disebut merkantilisme. Ini sangat tua sehingga meyakinkan Alexander Hamilton menjauh dari 'perdagangan bebas' agar dia bisa memberlakukan proteksionisme yang akhirnya mengindustrialisasi Amerika.

Masa Depan Pekerjaan dan Universal Basic Income

Ketika otomatisasi dan kompetisi global terus menggantikan pekerja, diskusi telah beralih ke solusi potensial. Beberapa mengadvokasi Universal Basic Income (UBI) karena negara-negara kaya mungkin akhirnya perlu mendukung warga yang tidak dapat bersaing dalam skala global. Yang lain lebih memilih program jaminan pekerjaan yang akan mempekerjakan orang dalam pekerjaan lokal yang berguna seperti memelihara ruang publik dan infrastruktur.

Komunitas mengakui bahwa hanya menyuruh pekerja yang tergantikan untuk belajar coding atau menjadi teknisi tidak berkelanjutan, karena bidang-bidang ini tidak dapat menyerap semua pekerja yang digantikan oleh otomatisasi dan outsourcing.

Solusi yang Diusulkan untuk Pekerja yang Terdampak

  • Universal Basic Income (UBI) untuk mereka yang tidak mampu bersaing secara global
  • Program jaminan kerja untuk infrastruktur lokal dan layanan publik
  • Program pelatihan ulang (efektivitas terbatas telah dicatat)
  • Pekerjaan yang didanai pemerintah dalam bidang kerja lokal yang bermanfaat

Kesimpulan

Perdebatan mencerminkan ketegangan yang lebih luas tentang ketidaksetaraan ekonomi, kedaulatan nasional, dan peran pemerintah dalam melindungi pekerja. Meskipun perdagangan global telah meningkatkan output ekonomi secara keseluruhan, manfaatnya telah terdistribusi secara tidak merata. Tantangannya terletak pada menemukan kebijakan yang mempertahankan manfaat perdagangan internasional sambil mengatasi kekhawatiran yang sah tentang keamanan kerja, tata kelola demokratis, dan kompetisi yang adil.

Ketika kebijakan perdagangan terus berkembang, diskusi ini menyoroti kebutuhan akan pendekatan bernuansa yang mempertimbangkan efisiensi ekonomi dan stabilitas sosial.

Referensi: Biff-Bang