Komunitas software engineering sedang terlibat dalam diskusi hangat tentang apa arti sebenarnya membangun sistem yang sederhana. Perdebatan ini berpusat pada prinsip populer melakukan hal paling sederhana yang mungkin bisa berhasil, namun para engineer menemukan bahwa mendefinisikan sederhana ternyata jauh lebih kompleks dari yang terlihat.
Paradoks Pengalaman
Isu utama yang muncul dari diskusi ini adalah apa yang banyak orang sebut sebagai paradoks pengalaman. Engineer junior sering kesulitan mengidentifikasi apa solusi paling sederhana sebenarnya, sementara engineer senior yang dapat mengenali kesederhanaan mungkin tidak memerlukan nasihat tersebut sejak awal. Hal ini menciptakan situasi yang menantang di mana panduan tersebut paling berguna bagi mereka yang paling tidak bisa menerapkannya secara efektif.
Masalah ini menjadi jelas ketika engineer menghadapi keputusan dunia nyata. Pertimbangkan memilih antara rate limiting in-memory versus menggunakan layanan khusus seperti Redis. Pendekatan in-memory tampak lebih sederhana karena menghindari dependensi eksternal, tetapi akan rusak dengan beberapa instance server. Sementara itu, Redis menambah kompleksitas infrastruktur tetapi memberikan perilaku yang konsisten di seluruh sistem terdistribusi.
Skala Mengubah Segalanya
Komunitas mengungkap perpecahan tajam antara engineer yang memprioritaskan fungsionalitas langsung dan mereka yang mendesain untuk skala masa depan. Banyak developer berpengalaman berbagi cerita tentang sistem yang over-engineered yang tidak pernah mencapai tingkat traffic yang diantisipasi, sementara yang lain menggambarkan solusi sederhana yang menjadi mimpi buruk technical debt.
Setidaknya separuh waktu, kompleksitas berasal dari sistem itu sendiri, gema dari struktur organisasi, infrastruktur, dan bukan dari requirements atau domain masalah.
Observasi ini menyoroti bagaimana faktor organisasi sering mendorong kompleksitas lebih dari requirements teknis. Engineer sering menemukan diri mereka membangun solusi kompleks bukan karena masalah menuntutnya, tetapi karena sistem yang ada dan struktur perusahaan membuat pendekatan sederhana menjadi sulit.
Sumber Kompleksitas Umum dalam Sistem Perangkat Lunak:
- Struktur Organisasi: Efek Hukum Conway terhadap arsitektur sistem
- Kebutuhan Infrastruktur: Sistem perusahaan yang sudah ada dan batasan deployment
- Kasus Tepi: Pola penggunaan dunia nyata yang mengungkap skenario tak terduga
- Persiapan Skala: Over-engineering untuk pertumbuhan yang diantisipasi namun belum terealisasi
- Technical Debt: Akumulasi jalan pintas dan upaya refactoring yang tidak lengkap
Masalah Definisi
Mungkin aspek paling kontroversial dari diskusi ini melibatkan mendefinisikan apa arti sederhana sebenarnya. Beberapa engineer berargumen bahwa kesederhanaan berarti lebih sedikit bagian yang bergerak dan konektivitas internal yang lebih sedikit. Yang lain berpendapat bahwa layanan cloud yang dikelola, meskipun merupakan dependensi eksternal, sebenarnya lebih sederhana karena menghilangkan overhead operasional.
Perdebatan meluas ke keputusan tingkat kode juga. Ketika menghadapi masalah parsing, haruskah Anda mulai dengan regular expression atau membangun parser yang tepat? Jawabannya tergantung pada konteks, familiaritas, dan pertimbangan maintenance jangka panjang. Apa yang tampak sederhana bagi satu engineer mungkin tampak kompleks bagi yang lain berdasarkan latar belakang dan pengalaman mereka.
Faktor Kunci dalam Mendefinisikan Kesederhanaan Sistem:
- Lebih Sedikit Komponen Bergerak: Sistem dengan lebih sedikit komponen untuk dipikirkan dan dikelola
- Kopling Longgar: Komponen dengan antarmuka yang jelas dan mudah dipahami
- Stabilitas: Sistem yang memerlukan lebih sedikit pekerjaan pemeliharaan berkelanjutan
- Overhead Operasional: Pertimbangan terhadap deployment, monitoring, dan manajemen insiden
- Manajemen State: Bagaimana sistem menangani state terdistribusi dan konsistensi
Reality Check Industri
Diskusi mengungkap tren yang mengkhawatirkan di industri software di mana kompleksitas sering dihargai lebih dari kesederhanaan. Engineer melaporkan bahwa solusi sederhana untuk masalah kompleks dapat dipandang negatif oleh manajemen, sementara pendekatan over-engineered untuk masalah sederhana sering mengarah pada promosi. Hal ini menciptakan insentif yang menyimpang yang mendorong tim menjauh dari desain yang benar-benar sederhana.
Komunitas juga mengakui bahwa sebagian besar kompleksitas dalam sistem skala besar berasal dari edge case yang ditemukan melalui penggunaan dunia nyata daripada keputusan arsitektur yang buruk. Saat sistem menangani lebih banyak traffic dan pengguna, mereka secara alami menghadapi skenario yang memerlukan kompleksitas tambahan untuk ditangani dengan benar.
Perdebatan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa meskipun lakukan hal paling sederhana yang mungkin bisa berhasil terdengar mudah, menerapkan prinsip ini secara efektif memerlukan penilaian teknis yang mendalam, kesadaran kontekstual, dan keberanian untuk menolak baik over-engineering maupun tekanan organisasi untuk kompleksitas.