Studi Skala Besar Menghubungkan Jendela Makan 8 Jam dengan Risiko Kematian Penyakit Jantung 135% Lebih Tinggi

Tim Komunitas BigGo
Studi Skala Besar Menghubungkan Jendela Makan 8 Jam dengan Risiko Kematian Penyakit Jantung 135% Lebih Tinggi

Sebuah studi besar baru yang melacak hampir 20.000 orang Amerika selama delapan tahun telah menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan puasa intermiten ekstrem. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang membatasi waktu makan mereka kurang dari delapan jam sehari menghadapi risiko 135% lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang makan selama 12-14 jam.

Temuan ini telah memicu perdebatan sengit di komunitas kesehatan, dengan banyak orang mempertanyakan apakah tren diet populer ini mungkin lebih berbahaya daripada bermanfaat untuk kelompok orang tertentu.

Gambaran Studi

  • Partisipan: 19.831 orang dewasa Amerika
  • Durasi: Periode tindak lanjut 8 tahun (2003-2018)
  • Metode: Dua kali penarikan kembali diet 24 jam per partisipan
  • Temuan Utama: Risiko kematian kardiovaskular 135% lebih tinggi untuk jendela makan <8 jam dibandingkan 12-14 jam

Metodologi Studi Menimbulkan Pertanyaan Penting

Penelitian ini mengandalkan peserta untuk mengingat apa yang mereka makan hanya dalam dua hari, yang terpisah sekitar dua minggu. Para ilmuwan kemudian menggunakan ingatan diet ini untuk memperkirakan pola makan jangka panjang setiap orang. Pendekatan ini telah mendapat kritik dari diskusi komunitas, dengan banyak orang menunjukkan keterbatasan metode tersebut untuk menentukan kebiasaan makan aktual selama bertahun-tahun.

Studi ini juga gagal membedakan dengan jelas antara orang yang sudah sakit dan beralih ke puasa intermiten sebagai intervensi kesehatan, versus orang sehat yang mengadopsi praktik tersebut. Ini menciptakan apa yang disebut peneliti sebagai kausalitas terbalik - di mana pilihan diet mungkin merupakan hasil dari masalah kesehatan yang sudah ada daripada penyebabnya.

Bias Seleksi dan Konteks yang Hilang

Kekhawatiran utama yang muncul dari analisis komunitas adalah bahwa studi ini mungkin tidak mengontrol dengan benar mengapa orang makan dalam jendela waktu yang sempit sejak awal. Banyak peserta yang membatasi makan mereka kurang dari delapan jam mungkin melakukannya karena gangguan makan, kondisi medis yang sudah ada, atau masalah kesehatan lainnya - bukan karena mereka mengikuti protokol puasa intermiten yang disengaja.

Penelitian ini menemukan risiko tertinggi di antara perokok dan orang dengan diabetes atau penyakit jantung yang sudah ada. Namun, kelompok-kelompok ini sering melewatkan makan karena alasan yang tidak terkait dengan puasa yang disengaja. Perokok sering menggunakan rokok untuk menekan nafsu makan, sementara orang dengan diabetes mungkin menghindari makan pada waktu tertentu karena masalah pengelolaan gula darah.

Kelompok Berisiko Tinggi untuk Puasa Intermiten

  • Perokok (memiliki hubungan paling kuat dengan risiko kardiovaskular)
  • Penderita diabetes
  • Individu dengan penyakit jantung yang sudah ada
  • Mereka yang memiliki gangguan makan (kekhawatiran komunitas)
  • Orang dengan kondisi medis yang mendasari yang menyebabkan melewatkan waktu makan

Gambaran Besar tentang Kualitas Diet

Mungkin yang paling mengungkapkan adalah bahwa studi ini tidak menemukan peningkatan signifikan dalam tingkat kematian secara keseluruhan - hanya pada kematian akibat penyakit jantung secara khusus. Ini telah membuat banyak orang mempertanyakan apakah fokus seharusnya pada kapan orang makan daripada apa yang mereka makan.

Berdasarkan bukti yang ada saat ini, fokus pada apa yang dimakan orang tampaknya lebih penting daripada fokus pada waktu kapan mereka makan.

Diskusi komunitas secara konsisten kembali pada poin fundamental: makanan yang sangat diproses dan kualitas diet yang buruk tetap menjadi pendorong utama masalah kesehatan. Perdebatan tentang waktu makan mungkin kehilangan gambaran besar ketika datang untuk mengatasi penyebab sebenarnya dari penyakit kardiovaskular.

Kategori Risiko Berdasarkan Jendela Makan

  • <8 jam: Risiko kematian kardiovaskular 135% lebih tinggi
  • 8-<10 jam: Risiko sedang (persentase spesifik tidak disediakan)
  • 10-<12 jam: Risiko lebih rendah dibandingkan <8 jam
  • 12-14 jam: Kelompok referensi (risiko dasar)
  • >14-16 jam: Tingkat risiko tidak ditentukan
  • >16 jam: Tingkat risiko tidak ditentukan

Implikasi Praktis untuk Individu Sehat

Untuk orang tanpa kondisi kesehatan yang sudah ada, penelitian ini menunjukkan bahwa makan terbatas waktu yang moderat - mungkin jendela 10-12 jam alih-alih pembatasan ekstrem 8 jam - mungkin merupakan pendekatan yang lebih aman. Banyak anggota komunitas mencatat bahwa secara alami makan dalam jendela 14-16 jam (seperti makan malam pada pukul 18.00 dan sarapan pada pukul 10.00) terasa normal dan berkelanjutan tanpa memaksa pembatasan buatan.

Para penulis studi menekankan bahwa temuan mereka tidak membuktikan sebab dan akibat. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apakah peningkatan risiko berasal dari pola makan itu sendiri atau dari faktor lain yang membuat orang mengadopsi jadwal yang begitu ketat. Sampai saat itu, pendekatan teraman mungkin adalah fokus pada kualitas makanan daripada aturan waktu yang ketat.

Referensi: Intermittent fasting: benefits or risks? Study raises questions about heart health