Sebuah tren mengejutkan muncul di seluruh kota- Eropa : pengguna transportasi umum lama meninggalkan bus dan kereta demi mobil pribadi. Pergeseran ini terjadi meski telah ada investasi puluhan tahun dalam infrastruktur transportasi berkelanjutan dan meningkatnya kesadaran lingkungan.
Perubahan ini mencerminkan realitas keras yang dihadapi banyak sistem transit. Pengguna melaporkan masalah yang meningkat terkait kebersihan, keandalan, dan keamanan yang membuat perjalanan harian menjadi tidak menyenangkan. Yang dulunya dianggap sebagai alternatif terjangkau dan efisien dari berkendara kini menjadi, bagi banyak orang, sumber frustrasi harian.
Penurunan Kualitas Layanan di Seluruh Kota Besar
Sistem transportasi umum Eropa, yang dulunya dijadikan contoh global efisiensi, mengalami masalah kualitas yang meluas. Pengguna menggambarkan kendaraan yang penuh sesak, keterlambatan yang sering, dan pemeliharaan yang buruk yang membuat perjalanan menjadi stres. Bahkan di kota-kota dengan jaringan transit yang secara historis kuat, kesenjangan antara tingkat layanan yang diiklankan dan kenyataan harian terus melebar.
Masalah ini melampaui ketidaknyamanan sederhana. Perjalanan yang memakan waktu 10 menit dengan mobil bisa memakan waktu hingga 50 menit menggunakan transportasi umum, bahkan di daerah perkotaan yang terhubung dengan baik. Penalti waktu ini menjadi sangat mahal bagi orang-orang yang menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.
Kenaikan harga memperparah masalah layanan ini. Tarif transit telah naik secara signifikan sementara kualitas layanan menurun, menciptakan proposisi nilai yang buruk bagi pengguna. Banyak yang menemukan bahwa total biaya kepemilikan mobil, termasuk bahan bakar dan pemeliharaan, kini bersaing dengan baik dengan tiket bulanan transit.
Waktu Perjalanan Transportasi Umum vs. Mobil Pribadi
- Berbelanja kebutuhan sehari-hari di perkotaan: 5-8 menit dengan mobil vs. 50-60 menit dengan transportasi umum
- Perjalanan komuter di kota: 10 menit dengan mobil vs. 50 menit dengan transportasi umum
- Keunggulan kecepatan sepeda: Hampir dua kali lebih cepat dibandingkan transportasi umum di kota-kota seperti Vienna
Keterbatasan Geografis Masih Ada
Tantangan menjadi lebih nyata di luar pusat kota besar. Kota tingkat kedua dan ketiga sering kekurangan jaringan transit yang komprehensif, memaksa penduduk mengandalkan layanan bus yang jarang atau alternatif taksi yang mahal. Daerah pedesaan sebagian besar tetap terputus dari sistem transportasi umum, membuat kepemilikan mobil menjadi penting untuk aktivitas dasar seperti berbelanja bahan makanan atau janji medis.
Bahkan di kota-kota besar seperti London ada daerah luas di mana transportasi umum adalah lelucon. Ya, itu baik-baik saja di pusat turis, tetapi keluar lebih jauh dari pusat di mana orang normal dengan keluarga benar-benar tinggal dan apa yang merupakan perjalanan 5-8 menit ke toko kelontong besar menjadi perjalanan raksasa 50-60 menit setiap arah.
Disparitas geografis ini menciptakan sistem dua tingkat di mana penduduk inti perkotaan menikmati akses transit yang baik sementara populasi pinggiran kota dan pedesaan bergantung sepenuhnya pada kendaraan pribadi.
Cakupan Infrastruktur Transportasi Eropa
- Kota tingkat pertama dan kedua: Ketersediaan transportasi umum yang baik
- Kota tingkat ketiga: Terbatas pada layanan bus sesekali
- Daerah pedesaan: Cakupan transportasi umum minimal atau tidak ada
- Kota abad pertengahan: Sering kali 100% dapat dijangkau dengan berjalan kaki namun peluang kerja terbatas
Solusi Alternatif Mendapat Dukungan
Beberapa kota menemukan kesuksesan dengan infrastruktur sepeda sebagai jalan tengah antara mobil dan transportasi umum tradisional. Vienna dan Amsterdam menunjukkan bagaimana jaringan sepeda yang komprehensif dapat memberikan alternatif yang lebih cepat dan murah daripada berkendara dan transit untuk banyak perjalanan.
Sepeda listrik memperluas jangkauan praktis bersepeda, membuatnya layak untuk perjalanan yang lebih panjang dan medan berbukit. Solusi ini bekerja dengan baik terutama di kota-kota padat dan datar dengan penegakan hukum lalu lintas yang kuat.
Namun, infrastruktur bersepeda memerlukan investasi awal yang signifikan dan perubahan budaya yang sulit diterapkan oleh banyak kota. Cuaca, topografi, dan desain perkotaan yang ada semuanya mempengaruhi apakah transportasi yang berpusat pada sepeda dapat berhasil.
Faktor Perbandingan Biaya
- Transportasi umum: Tarif yang terus naik dengan kualitas layanan yang menurun
- Sepeda: Sekitar 4 kali lebih murah dibandingkan transportasi umum
- Mobil: Total biaya kepemilikan kini kompetitif dengan tiket bulanan transportasi umum
- Sepeda listrik: Biaya lebih rendah daripada perawatan mobil tahunan untuk transportasi yang setara
Jalan ke Depan
Situasi saat ini menyoroti tantangan kritis bagi perencanaan kota Eropa. Sementara tujuan lingkungan mendorong untuk mengurangi ketergantungan mobil, realitas penurunan kualitas transportasi umum mendorong orang menuju kepemilikan kendaraan pribadi.
Kisah sukses dari kota-kota seperti Vienna , di mana infrastruktur bersepeda melengkapi daripada menggantikan transportasi umum, menunjukkan bahwa solusi mode campuran mungkin lebih realistis daripada ideal bebas mobil. Kuncinya tampaknya adalah menyediakan beberapa opsi yang dapat diandalkan daripada memaksa ketergantungan pada satu mode transportasi.
Tanpa investasi signifikan dalam perbaikan kualitas layanan, kota-kota Eropa berisiko kehilangan manfaat lingkungan dan ekonomi dari sistem transportasi umum yang dibangun selama puluhan tahun. Jendela untuk membalikkan tren ini mungkin menyempit karena lebih banyak pengguna melakukan peralihan permanen kembali ke kepemilikan mobil.
Referensi: The Car Is Not the Future: On the Myth of Motorized Freedom