Sebuah studi terbaru yang mengklaim bahwa 95% bir di Amerika Serikat mengandung bahan kimia beracun selamanya telah memicu perdebatan sengit tentang metodologi ilmiah dan pelaporan media. Meskipun judulnya terdengar mengkhawatirkan, diskusi komunitas mengungkap kekhawatiran signifikan tentang bagaimana penelitian tersebut dilakukan dan dipresentasikan kepada publik.
Detail Sampel Penelitian:
- Total bir yang diuji: 23
- Tingkat kontaminasi yang ditemukan: 95% (22 dari 23 bir)
- Total pabrik bir di AS: 10.000+
- Area kontaminasi tertinggi: Cape Fear River Basin , North Carolina
Ukuran Sampel Kecil Menimbulkan Pertanyaan tentang Klaim yang Luas
Metodologi studi ini telah mendapat kritik tajam dari pengamat yang menunjukkan bahwa peneliti hanya menguji 23 bir di seluruh Amerika Serikat, yang memiliki lebih dari 10.000 pabrik bir. Lebih penting lagi, para peneliti secara khusus menargetkan bir dari daerah dengan masalah kontaminasi air yang sudah diketahui, membuat tingkat kontaminasi 95% menjadi kurang mengejutkan dan berpotensi menyesatkan bagi konsumen yang mencoba memahami risiko sebenarnya mereka.
Bias seleksi menjadi semakin jelas ketika memeriksa kriteria studi. Para peneliti fokus pada pabrik bir di wilayah dengan masalah air PFAS yang terdokumentasi, ditambah beberapa merek nasional populer. Pendekatan ini masuk akal untuk mempelajari jalur kontaminasi tetapi menciptakan masalah ketika hasilnya dipresentasikan sebagai representatif dari semua bir Amerika.
Pola Geografis Mencerminkan Peta Kontaminasi Air
Analisis komunitas terhadap data kontaminasi mengungkap pola geografis yang menarik yang tidak selalu mengikuti kepadatan penduduk. Tingkat PFAS tertinggi muncul dalam bir dari Cape Fear River Basin di North Carolina, sebuah area dengan polusi bahan kimia selamanya yang terdokumentasi dengan baik. Korelasi antara kualitas air lokal dan kontaminasi bir ini mendukung temuan utama studi tentang jalur kontaminasi.
Namun, pengamat mencatat bahwa peta kontaminasi memiliki kemiripan dengan batas-batas politik, dengan konsentrasi yang lebih tinggi muncul di wilayah tertentu. Beberapa orang berspekulasi bahwa pola ini berkaitan dengan keberadaan pangkalan militer, fasilitas bahan bakar fosil, dan pabrik manufaktur yang secara historis menggunakan bahan kimia PFAS.
Bahan Kimia PFAS yang Ditemukan:
- PFOS (perfluorooctanesulfonate) - memiliki batas air minum EPA
- PFOA (perfluorooctanoic acid) - memiliki batas air minum EPA
- Berbagai bahan kimia abadi lainnya dengan panjang rantai yang berbeda
Kesenjangan Teknologi Filtrasi Mengekspos Tantangan Industri
Studi ini menyoroti tantangan teknis yang signifikan bagi pembuat bir: sistem filtrasi air standar yang digunakan dalam pembuatan bir tidak dirancang untuk menghilangkan bahan kimia PFAS. Meskipun pabrik bir yang lebih besar menunjukkan tingkat kontaminasi yang agak lebih rendah, mungkin karena filtrasi yang lebih canggih, sebagian besar operasi pembuatan bir mengandalkan pengolahan air kota yang terbukti tidak efektif melawan bahan kimia selamanya.
Pengolahan air konvensional yang digunakan di pabrik pengolahan air minum kota telah terbukti hampir tidak efektif dalam menghilangkan PFAS.
Metode filtrasi canggih seperti reverse osmosis dapat menghilangkan PFAS, tetapi mahal dan intensif energi. Untuk pabrik bir kerajinan yang lebih kecil, menerapkan sistem seperti itu dapat berdampak signifikan pada biaya dan operasi. Beberapa anggota komunitas menyarankan bahwa pabrik bir di daerah yang terkontaminasi dapat memasarkan bir bebas PFAS sebagai produk premium, meskipun yang lain mempertanyakan apakah mempromosikan bir untuk manfaat kesehatan masuk akal mengingat risiko alkohol yang sudah diketahui.
Efektivitas Filtrasi:
- Pengolahan air kota konvensional: Hampir tidak efektif
- Karbon aktif: Efektif untuk PFAS rantai panjang, kurang efektif untuk rantai pendek
- Reverse osmosis: Penghilangan signifikan pada berbagai panjang rantai
- Pabrik bir besar: Menunjukkan kontaminasi lebih rendah dibanding pabrik bir kerajinan
Menempatkan Risiko dalam Perspektif
Diskusi juga menyentuh penilaian risiko dan prioritas. Beberapa pengamat menunjukkan bahwa meskipun kontaminasi PFAS layak mendapat perhatian, alkohol dalam bir menimbulkan risiko kesehatan yang jauh lebih mapan, termasuk kaitan dengan berbagai jenis kanker. Perspektif ini tidak mengabaikan kekhawatiran PFAS tetapi menyarankan bahwa konsumen yang khawatir tentang keamanan bir mungkin ingin mempertimbangkan gambaran yang lebih besar.
Studi ini memang melayani tujuan penting dengan menunjukkan bagaimana kontaminasi air menyebar ke produk konsumen. Seiring berkembangnya regulasi PFAS dan metode deteksi yang membaik, kontaminasi serupa kemungkinan akan ditemukan dalam minuman dan produk makanan lain yang mengandalkan pasokan air kota.
Penelitian ini pada akhirnya menyoroti masalah yang lebih luas dengan infrastruktur kualitas air dan kebutuhan akan sistem pengolahan yang lebih baik, daripada hanya masalah khusus untuk industri pembuatan bir.
Referensi: Toxic forever chemicals found in 95% of beers tested in the U.S.