Sebuah studi baru dari Boston University telah mengungkap salah satu misteri kehidupan yang paling membingungkan: mengapa beberapa kenangan melekat pada kita selamanya sementara yang lain menghilang tanpa jejak. Penelitian yang melibatkan hampir 600 peserta dalam 10 studi ini mengungkapkan bahwa otak kita tidak hanya menyimpan informasi secara acak—mereka secara aktif memutuskan apa yang layak mendapat tempat permanen di lemari arsip mental kita.
Detail Studi:
- Partisipan: Hampir 600 orang dari 10 studi individual
- Dipublikasikan di: Jurnal Science Advances
- Institusi Utama: Boston University
- Peneliti Kunci: Robert M. Reinhart (Profesor Asosiasi Ilmu Psikologi dan Otak)
- Sumber Pendanaan: National Institutes of Health , International OCD Foundation , AE Research Foundation , dan para filantropis
![]() |
---|
Para peneliti di Boston University mendiskusikan wawasan dari studi baru tentang bagaimana peristiwa emosional mempengaruhi retensi memori |
Sistem Seleksi Memori Otak
Studi ini menemukan bahwa peristiwa yang bermuatan emosional bertindak seperti magnet memori, menarik dan melestarikan momen-momen yang seharusnya terlupakan yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Bayangkan seperti ini: ketika sesuatu yang signifikan terjadi—entah itu memenangkan lotre atau mengalami peristiwa traumatis—otak Anda meraih ke belakang dan ke depan dalam waktu untuk menyimpan kenangan terkait yang biasanya akan memudar.
Tapi di sinilah hal menarik terjadi. Otak menggunakan aturan yang berbeda untuk kenangan yang datang sebelum versus setelah peristiwa emosional. Untuk kenangan yang mengikuti momen besar, kekuatan ingatan bergantung pada seberapa kuat secara emosional momen tersebut. Semakin intens pengalamannya, semakin besar kemungkinan Anda akan mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Namun, untuk kenangan yang mengarah ke peristiwa tersebut, otak Anda mencari koneksi—petunjuk visual, warna yang serupa, atau konsep terkait yang menghubungkan kembali ke momen penting tersebut.
Jenis-jenis Peningkatan Memori:
- Peningkatan Retroaktif: Memori dari sebelum peristiwa penting dipertahankan berdasarkan kesamaan/koneksi dengan momen yang menentukan tersebut
- Peningkatan Proaktif: Memori setelah peristiwa penting dipertahankan berdasarkan intensitas emosional dari momen tersebut
- Prioritas Bertingkat: Otak menggunakan skala bertingkat untuk menentukan memori mana yang akan dipertahankan daripada menggunakan pendekatan semua atau tidak sama sekali
Mengapa Kenangan Memalukan Tidak Pernah Mati
Diskusi komunitas seputar penelitian ini mengungkap kebenaran universal yang bisa dipahami banyak orang: momen memalukan tampaknya memiliki daya tahan supernatural. Seorang pengamat mencatat bahwa tingkat rasa malu tampak berbanding lurus dengan seberapa kuat sebuah momen terekam dalam ingatan. Ini sejalan sempurna dengan temuan studi tentang intensitas emosional yang mendorong pembentukan memori.
Fenomena ini meluas melampaui rasa malu personal. Orang-orang berbagi ingatan yang jelas tentang detail-detail biasa dari peristiwa bersejarah besar seperti 11 September 2001, mengingat persis di mana mereka duduk, apa yang mereka kenakan, atau apa yang mereka makan untuk sarapan pagi itu—detail yang biasanya akan terlupakan dalam hitungan jam pada hari biasa.
![]() |
---|
Sekelompok teman yang tertangkap dalam momen santai, mengingatkan pada pengalaman bersama yang sering menjadi kenangan tak terlupakan |
Kasus Misterius Kenangan Acak
Mungkin yang paling menarik, penelitian ini tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa beberapa momen yang benar-benar acak dan netral secara emosional menjadi terukir permanen dalam pikiran kita. Anggota komunitas berbagi cerita tentang mengingat momen masa kecil yang sewenang-wenang—berdiri di kamar tidur pada usia enam tahun, menghitung mobil berwarna di luar toko es krim, atau menunggu instruktur mengemudi menjelaskan rambu penyeberangan yang tidak pernah dibahas.
Ketika saya berusia enam tahun, saya berdiri di tengah kamar tidur saya, tidak ada yang terjadi secara khusus, dan saya berkata pada diri sendiri 'Saya akan mengingat momen ini sepanjang hidup saya'. Dan saya benar-benar mengingatnya.
Kenangan-kenangan ini menunjukkan bahwa mungkin ada mekanisme tambahan yang berperan melampaui signifikansi emosional. Beberapa peneliti berteori bahwa tindakan secara sadar memutuskan untuk mengingat sesuatu—bahkan sebagai anak-anak—mungkin itu sendiri menciptakan aktivitas neural yang cukup untuk menyemen kenangan tersebut.
Koneksi Aroma
Diskusi ini juga menyoroti kekuatan unik kenangan berbasis aroma. Tidak seperti indera lain yang diproses melalui thalamus otak, aroma memiliki jalur langsung ke pusat memori. Ini menjelaskan mengapa mencium aroma parfum nenek atau ruang kelas masa kecil bisa langsung membawa Anda kembali ke masa lalu dengan kejernihan yang mengejutkan.
Aplikasi Praktis dan Implikasi Masa Depan
Penelitian ini membuka pintu untuk aplikasi praktis dalam pendidikan dan terapi. Guru mungkin bisa memasangkan konten yang menarik secara emosional dengan konsep-konsep sulit untuk meningkatkan retensi. Terapis berpotensi membantu pasien memulihkan kenangan yang hilang atau, sebaliknya, bekerja untuk melemahkan kenangan traumatis.
Bagi mereka yang khawatir memiliki terlalu banyak kenangan, mungkin ada manfaat tak terduga dari melupakan. Beberapa anggota komunitas mencatat bahwa daya ingat yang buruk bisa menjadi berkah—memungkinkan mereka membaca ulang buku favorit, menonton ulang film kesayangan, dan menghindari dendam karena mereka tidak bisa mengingat persis mengapa mereka marah.
Studi ini merupakan bukti definitif pertama bahwa peningkatan memori melalui asosiasi emosional benar-benar terjadi pada manusia, menggunakan apa yang peneliti sebut prioritas bertingkat—pada dasarnya, sistem skala geser untuk menentukan kenangan mana yang layak dilestarikan. Meskipun kita masih belum sepenuhnya memahami mengapa beberapa momen acak mencapai keabadian dalam pikiran kita, kita semakin dekat untuk memecahkan kode memori manusia.
Referensi: Why Do We Remember Some Life Moments—but Not Others?