Masalah Geolokasi Starlink Menciptakan Data Pangsa Pasar Palsu dan Menimbulkan Kekhawatiran Hukum Internasional

Tim Komunitas BigGo
Masalah Geolokasi Starlink Menciptakan Data Pangsa Pasar Palsu dan Menimbulkan Kekhawatiran Hukum Internasional

Layanan internet satelit Starlink menciptakan masalah signifikan bagi para peneliti yang mencoba melacak pola penggunaan internet di seluruh dunia. Masalah ini berasal dari cara layanan tersebut melaporkan data lokasinya, yang menyebabkan statistik yang sangat tidak akurat tentang pangsa pasar internet di berbagai negara.

Statistik Pangsa Pasar yang Menyesatkan

APNIC Labs menemukan contoh mencolok dari masalah ini ketika data mereka menunjukkan Starlink menguasai hampir 60% pasar internet Yemen. Angka ini muncul setelah 321.000 iklan pengukuran berasal dari alamat IP yang ditetapkan untuk Starlink, dengan basis data geolokasi perusahaan menunjuk ke Yemen sebagai lokasi mereka. Namun, data ini hampir pasti salah.

Penjelasan sebenarnya kemungkinan melibatkan kapal-kapal yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah menggunakan layanan internet maritim Starlink. Karena Starlink menawarkan komunikasi yang jauh lebih murah daripada penyedia satelit tradisional seperti Inmarsat, banyak kapal telah beralih ke layanan ini. Ketika kapal-kapal ini melewati perairan internasional dekat Yemen, lalu lintas internet mereka secara keliru dikaitkan dengan negara tersebut.

Pangsa Pasar Internet Yemen (Data Tidak Akurat)

Peringkat Penyedia Pengguna (perkiraan) % dari Negara ASN
1 Starlink 6,233,929 59.22% AS14593
2 PTC-YE-NET 3,356,039 31.89% AS35980
3 YEMENNET 910,000 8.65% AS131775
4 Cloudflare 28,647 3.27% AS13335

Tantangan Teknis dengan Geolokasi Satelit

Geolokasi internet tradisional bekerja dengan memetakan alamat IP ke lokasi fisik berdasarkan infrastruktur jaringan. Sistem ini tidak berfungsi dengan internet satelit karena sinyal berjalan melalui ruang angkasa daripada kabel berbasis darat. Komunitas telah mencatat bahwa meskipun layanan satelit lama memiliki masalah serupa karena pancaran cakupan yang luas, situasi Starlink lebih membingungkan.

Masih membingungkan bagi saya bagaimana Starlink bisa lolos dengan ini. Tetapi untuk Starlink, yang memiliki penerima GPS wajib di setiap terminal dan yang menggunakan spot beam lebih kecil dari beberapa sel 5G pedesaan?

Masalah ini meluas melampaui Yemen. Negara kepulauan kecil seperti Tuvalu menunjukkan Starlink menguasai 90% pasar internet mereka, sementara wilayah terpencil seperti Svalbard melaporkan hampir 98% penggunaan Starlink. Angka-angka ini kemungkinan mencerminkan lalu lintas maritim dan pengguna roaming daripada adopsi internet lokal yang sebenarnya.

Negara dengan Pangsa Pasar Starlink Tinggi (Kemungkinan Tidak Akurat)

  • Svalbard and Jan Mayen Islands: 98% penggunaan Starlink
  • Tuvalu: 90% penggunaan Starlink
  • Vanuatu: 56% penggunaan Starlink
  • Saint Barthelemy: Persentase tinggi (angka pasti tidak jelas)
  • Fiji: 2% penggunaan Starlink

Hukum Internasional dan Kekhawatiran Regulasi

Kebingungan geolokasi menyoroti masalah yang lebih luas tentang bagaimana layanan internet satelit beroperasi melintasi batas-batas nasional. Starlink telah memperoleh persetujuan regulasi di beberapa negara Timur Tengah seperti Yemen, Oman, dan Qatar, tetapi tidak di negara lain seperti Arab Saudi dan Mesir. Namun layanan tersebut tampaknya bekerja di area yang tidak diotorisasi melalui berbagai solusi alternatif.

Beberapa pengguna dan reseller dilaporkan mengatur layanan Starlink di negara-negara yang disetujui dan kemudian mengirimkan peralatan ke lokasi terdekat yang tidak diotorisasi. Praktik ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas regulasi internet nasional dan hukum telekomunikasi internasional.

Status Regulasi Starlink di Timur Tengah

  • Negara yang Disetujui: Yemen , Oman , Qatar , Bahrain , Israel , Jordan , Somalia
  • Tidak Disetujui: Saudi Arabia , Mesir, Sudan , Eritrea , Ethiopia

Dampak pada Penelitian dan Pengumpulan Data

Data geolokasi yang tidak akurat menciptakan masalah serius bagi para peneliti internet yang mengandalkan pemetaan alamat IP untuk memahami pola konektivitas global. APNIC Labs telah memutuskan untuk mengesampingkan data geolokasi Starlink untuk 20 negara yang terkena dampak, memberikan penunjukan yang tidak terdefinisi alih-alih menerima informasi lokasi yang menyesatkan.

Solusi ini membantu para peneliti tetapi tidak mengatasi tantangan mendasar tentang bagaimana cara menentukan geolokasi layanan internet satelit dengan benar. Ketika lebih banyak perusahaan meluncurkan konstelasi satelit, komunitas internet akan memerlukan standar yang lebih baik untuk menangani data lokasi yang mencerminkan realitas konektivitas berbasis ruang angkasa daripada jaringan berbasis darat tradisional.

Masalah geolokasi Starlink mewakili tantangan yang berkembang ketika internet satelit menjadi lebih umum. Meskipun teknologi ini menyediakan konektivitas yang berharga ke area terpencil dan pengguna maritim, teknologi ini juga mengganggu sistem yang telah mapan untuk melacak dan mengatur penggunaan internet di tingkat nasional.

Referensi: Geolocation and Starlink