Di dunia pemrograman, terdapat fenomena unik yang diam-diam diikuti banyak pengembang namun jarang dibahas: penimbunan digital ribuan buku pemrograman, file PDF, dan sumber belajar yang kemungkinan besar tidak akan pernah dibaca. Seperti yang disampaikan seorang komentator yang menggambarkan dilema modern ini dengan sempurna:
Tsundoku (積ん読) adalah fenomena mengumpulkan bahan bacaan namun membiarkannya menumpuk di rumah tanpa membacanya. Istilah ini juga mengacu pada buku-buku yang tidak terbaca di rak yang dimaksudkan untuk dibaca nanti.
Konsep kuno dari Jepang ini menemukan kehidupan baru di era digital, di mana gigabyte pengetahuan pemrograman terbengkalai di hard drive di seluruh dunia.
Skala Penimbunan Digital
Angkanya sungguh mengejutkan. Seorang pengembang melaporkan memiliki 18.952 file PDF, 2.385 file EPUB, 1.384 file DJVU, dan 125 file MOBI dalam koleksinya. Yang lain dengan santai menyebutkan memiliki lebih dari 11.000 PDF di sistem mereka. Ini bukan perpustakaan pribadi kecil - melainkan arsip digital yang ukurannya setara dengan perpustakaan umum kecil.
Apa yang mendorong perilaku ini? Bagi banyak orang, ini adalah rasa takut ketinggalan pengetahuan penting. Ketika buku pemrograman gratis tersedia, naluri pertama adalah mengunduhnya untuk berjaga-jaga. Pola pikirnya adalah: Suatu hari nanti saya mungkin perlu mempelajari Rust / memahami komputasi kuantum / menguasai pembelajaran mesin, dan buku ini akan menunggu saya di sana.
Format File Umum dalam Koleksi Buku Digital:
- PDF: Format paling umum (18.952 file dalam satu koleksi)
- EPUB: Paling populer kedua (2.385 file)
- DJVU: Kurang umum tetapi masih signifikan (1.384 file)
- MOBI: Format paling jarang (125 file)
Psikologi di Balik Tumpukan
Penimbunan digital ini melayani berbagai tujuan psikologis. Bagi sebagian, ini tentang memiliki jaring pengaman pengetahuan. Seperti yang dijelaskan seorang komentator, Ketika saya melihat PDF gratis yang tampaknya ditulis dengan baik, atau disarankan kepada saya, saya menyimpannya dalam 'keranjang' mungkin suatu saat saya akan membutuhkannya, tapi saya tahu 99% saya tidak akan membacanya. Pengalaman saya, itu berguna. Setidaknya 10 buku yang ada jauh di dalam 'keranjang' itu berguna bagi saya, dan akhirnya saya membacanya.
Yang lain melihatnya sebagai membangun perpustakaan riset pribadi. Tidak seperti buku fisik yang rusak seiring waktu atau menjadi tidak tersedia, koleksi digital tetap dapat diakses tanpa batas. Seperti yang dicatat seorang pengembang, Mereka mudah disimpan, saya tidak akan menginginkan buku 'resolusi lebih tinggi' nanti. Mudah diatur... Buku yang saya simpan sekarang dapat menjadi perpustakaan keluarga saya.
Kesenjangan Realitas Membaca
Terlepas dari koleksi yang masif, kebiasaan membaca yang sebenarnya menunjukkan cerita yang berbeda. Banyak pengembang mengakui mereka jarang, atau bahkan tidak pernah, membaca materi yang mereka kumpulkan dengan begitu rajin. Kemudahan penyimpanan digital telah menciptakan keterputusan antara perolehan dan konsumsi.
Beberapa pengembang telah menemukan pendekatan alternatif untuk mengonsumsi konten ini. Saya pikir jika Anda dapat mengonversinya menjadi audio, maka mereka akan memiliki peluang lebih besar untuk dikonsumsi saat melakukan aktivitas seperti memasak, berolahraga, atau berjalan, saran seorang komentator. Saya merasa sulit sekarang untuk menemukan waktu yang khusus hanya untuk membaca buku.
Dilema Kualitas vs Kuantitas
Diskusi ini juga menyentuh kualitas materi yang dikumpulkan. Beberapa komentor menekankan pentingnya selektif tentang apa yang masuk ke dalam perpustakaan digital ini. Seseorang memperingatkan untuk tidak mengumpulkan buku terlaris di bidang teknis, dengan argumen bahwa Semuanya buruk dan segala sesuatu di dalamnya salah. Hal-hal menjadi terlaris karena mereka menemukan audiens di luar orang-orang yang pintar atau cerdik.
Sebaliknya, banyak yang merekomendasikan untuk fokus pada klasik abadi dan teks-teks fondasi yang mempertahankan nilainya terlepas dari perubahan teknologi. Buku-buku seperti Code Complete oleh Steve McConnell dan Computer Lib oleh Ted Nelson disebut sebagai contoh karya yang telah teruji oleh waktu.
Rekomendasi Buku Pemrograman Abadi dari Diskusi Komunitas:
- Code Complete karya Steve McConnell
- Computer Lib karya Ted Nelson
- Mindstorms karya Seymour Papert
- The Humane Interface karya Jef Raskin
- Computers As Theatre karya Brenda Laurel
Masa Depan Perpustakaan Digital
Ke depan, beberapa pengembang melihat koleksi mereka sebagai data pelatihan potensial untuk sistem AI di masa depan. Waktunya tidak jauh di mana Anda akan dapat melatih LLM pada mereka, yang kemudian akan menyajikan informasi kepada Anda sesuai kebutuhan Anda, prediksi seorang komentator. Pendekatan yang berpikir maju ini menunjukkan bahwa PDF yang tidak terbaca hari ini mungkin menjadi tutor AI yang dipersonalisasi di masa depan.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan menarik tentang bagaimana kita menghargai pengetahuan di era digital. Apakah memiliki akses ke informasi sama dengan mengetahuinya? Apakah kehadiran belaka dari perpustakaan digital ini memberikan kenyamanan psikologis, bahkan jika mereka tetap tidak terbaca?
Seiring pemrograman terus berkembang dengan pesat, ketegangan antara keinginan untuk mengetahui segalanya dan waktu yang terbatas untuk belajar kemungkinan akan terus berlanjut. Fenomena tsundoku digital mewakili upaya kolektif kita untuk menjembatani kesenjangan itu - dengan mengumpulkan pengetahuan hari ini yang kami harap akan digunakan besok, bahkan jika besok itu tidak pernah benar-benar tiba.
Referensi: Daftar Sumber Belajar Gratis dalam Berbagai Bahasa
