Dalam dunia bahasa pemrograman, ide-ide revolusioner seringkali membutuhkan waktu puluhan tahun untuk mendapatkan penerimaan secara luas. Bahasa SELF, yang dikembangkan pada akhir 1980-an, memperkenalkan konsep-konsep yang tampak radikal pada masanya, namun kini menjadi fondasi mesin JavaScript modern. Meskipun brilian secara teknis, SELF tetap sebagian besar terbatas di laboratorium penelitian sementara ide-idenya diam-diam mengubah web seperti yang kita kenal sekarang.
Revolusi Prototipe yang Hampir Terwujud
SELF muncul sebagai eksperimen berani dalam pemrograman berorientasi objek, menghilangkan kelas sepenuhnya dan mendukung prototipe. Dalam model ini, objek mewarisi langsung dari objek lain daripada dari definisi kelas abstrak. Pendekatan ini menjanjikan fleksibilitas dan kesederhanaan yang lebih besar, memungkinkan programmer memodifikasi sistem tanpa kendala hierarki tipe yang kaku. Bahasa ini juga mengakses keadaan secara eksklusif melalui pesan, menciptakan model yang konsisten secara indah di mana segala sesuatu bekerja dengan cara yang sama.
JavaScript berutang banyak kepada Self, tidak hanya dalam runtime-nya tetapi juga desain objek berbasis prototipe.
Sementara JavaScript mengadopsi konsep prototipe SELF, banyak yang berpendapat bahwa JavaScript melewatkan keanggunan implementasi aslinya. Versi JavaScript menjadi apa yang digambarkan seorang komentator sebagai sistem pseudo-kelas aneh yang membingungkan pengembang hingga hari ini. Kontras ini menyoroti bagaimana pertimbangan pemasaran seringkali mengalahkan desain teknis murni dalam adopsi bahasa.
Inovasi Utama Bahasa SELF:
- Model objek berbasis prototipe (tanpa kelas)
- Akses state hanya melalui pesan
- Pewarisan berganda dinamis
- Inlining metode yang agresif
- Cache inline polimorfik
- Deoptimisasi dinamis untuk debugging
- Rekompilasi inkremental transparan
Terobosan Kinerja yang Mengubah Segalanya
Keajaiban sebenarnya dari SELF bukan hanya model pemrogramannya—melainkan kinerja menakjubkan yang dicapai melalui teknik kompilasi revolusioner. Tim SELF mengembangkan apa yang mereka sebut peta tingkat implementasi untuk mengelompokkan objek secara transparan, memberikan informasi tipe yang crucial kepada kompiler. Yang lebih penting, mereka memelopori kompilasi dinamis dari beberapa versi metode, masing-masing disesuaikan untuk jenis objek yang berbeda.
Pendekatan ini memungkinkan kompiler melakukan inlining yang agresif, pada dasarnya menyematkan fungsi yang dipanggil langsung ke dalam kode pemanggil. Sistem bahkan dapat merekonstruksi bingkai tumpukan yang di-inline untuk debugging, membuat optimasi ini sepenuhnya transparan bagi programmer. Teknik-teknik ini menggandakan kinerja SELF dibandingkan dengan implementasi Smalltalk kontemporer, meskipun sifat SELF yang lebih dinamis.
Pencapaian Performa:
- Berjalan dua kali lebih cepat dari implementasi Smalltalk tercepat (1989)
- Mencapai performa tinggi meskipun menggunakan dynamic typing
- Menghilangkan overhead ruang yang tampak pada sistem prototype
Warisan Hidup Terus dalam JavaScript Modern
Koneksi antara penelitian SELF dan mesin JavaScript modern saat ini langsung dan mendalam. Kompiler just-in-time (JIT) modern dalam mesin seperti V8 menggunakan keturunan dari strategi optimasi SELF. Cache inline polimorfik, kompilasi ulang dinamis, dan teknik deoptimisasi yang membuat SELF cepat kini menggerakkan aplikasi web yang kita gunakan sehari-hari.
Yang sangat menarik adalah bagaimana teknik kompilasi canggih ini akhirnya menemukan jalan mereka ke dalam sistem produksi. Seperti yang dicatat seorang anggota komunitas, para pencipta Self tidak mengira bahasa itu akan berjalan cepat, sampai akhirnya bisa. Ini menunjukkan bagaimana proyek penelitian dapat menghasilkan manfaat praktis yang tak terduga bertahun-tahun kemudian.
Mengapa Sintaks Lebih Penting daripada Semantik
Diskusi tentang warisan SELF mengungkap kebenaran tidak nyaman tentang adopsi teknologi: pengalaman pengembang seringkali mengalahkan superioritas teknis. Sementara SELF menampilkan sintaks seperti Smalltalk yang elegan, JavaScript mengadopsi sintaks bergaya C yang terasa familiar bagi khalayak pemrograman yang lebih luas. Pilihan desain ini, dikombinasikan dengan penempatan JavaScript di setiap peramban web, memastikan dominasinya meskipun ada kompromi teknis.
Komunitas merenungkan ironi ini—inovasi paling brilian SELF menjadi banyak digunakan melalui JavaScript, tetapi bahasa itu sendiri tetap relatif tidak jelas. Pasar menghargai bahasa yang lebih mudah diakses dan dirancang secara pragmatis daripada bahasa yang murni secara teknis.
Perbandingan JavaScript vs SELF:
- JavaScript mengadopsi konsep prototype dari SELF namun dengan implementasi yang berbeda
- JavaScript menggunakan constructor functions alih-alih pure prototype delegation
- SELF menampilkan model objek yang lebih seragam tanpa pembedaan tipe primitif
- Mesin JavaScript modern mengimplementasikan teknik kompilasi JIT yang terinspirasi dari SELF
Pelajaran untuk Masa Depan Desain Bahasa
Kisah SELF menawarkan pelajaran abadi tentang evolusi bahasa pemrograman. Sistem ini menunjukkan bahwa kesederhanaan radikal dalam desain dapat menghasilkan kekuatan ekspresif dan kinerja tinggi. Pengembangannya menunjukkan bagaimana lingkungan pemrograman interaktif dapat hidup berdampingan dengan optimisasi yang canggih—keseimbangan yang masih diperjuangkan oleh alat pengembangan modern.
Teknik yang dipelopori oleh tim SELF terus mempengaruhi implementasi bahasa baru saat ini. Saat pengembang mencari kinerja yang lebih baik untuk bahasa dinamis, mereka menemukan kembali dan membangun konsep-konsep yang pertama kali muncul dalam penelitian groundbreaking dari tahun 1989 ini.
Perjalanan dari lab penelitian ke adopsi mainstream bisa panjang dan berliku, tetapi warisan SELF membuktikan bahwa ide-ide hebat pada akhirnya menemukan tempatnya—bahkan jika mereka tiba dengan mengenakan sintaks dan nama yang berbeda.
