Pasar smartphone berada di ambang pergeseran signifikan karena meningkatnya biaya komponen, yang didorong oleh permintaan eksplosif dari infrastruktur kecerdasan buatan, mulai berdampak langsung pada harga konsumen. Setelah berbulan-bulan spekulasi, Xiaomi menjadi produsen besar pertama yang mengonfirmasi kenaikan harga substansial untuk flagship mendatangnya, menetapkan preseden yang menurut analis akan segera diikuti oleh Apple, Samsung, dan lainnya. Artikel ini mengeksplorasi faktor-faktor di balik kenaikan harga yang akan datang ini, dampak proyeksinya di berbagai segmen pasar, dan apa artinya bagi konsumen yang ingin meningkatkan perangkat mereka di tahun 2026.
Xiaomi Konfirmasi Kenaikan Harga untuk Flagship Mendatang
Xiaomi telah memfinalisasi kenaikan harga untuk smartphone flagship generasi berikutnya, Xiaomi 17 Ultra, yang dijadwalkan diluncurkan pada 25 Desember. Menurut laporan, perangkat baru ini akan mengalami peningkatan harga eceran sekitar 10% dibandingkan pendahulunya. Xiaomi 17 Ultra diperkirakan akan diluncurkan dengan harga sekitar 1.000 dolar AS di pasar domestiknya, sebuah lonjakan yang cukup mencolok dari harga Xiaomi 15 Ultra yang sekitar 924 dolar AS. Presiden Perusahaan Lu Weibing telah menunjukkan bahwa penyesuaian ini hanyalah awal, dengan peningkatan yang bahkan lebih tajam diperkirakan untuk rilis smartphone sepanjang tahun 2026. Keputusan untuk meluncurkan 17 Ultra lebih awal dari biasanya dilihat sebagai langkah strategis untuk mengurangi dampak penuh tekanan biaya yang akan datang pada harga awalnya.
Spesifikasi Xiaomi 17 Ultra:
- Tanggal Peluncuran: 25 Desember 2025.
- Harga Peluncuran yang Dilaporkan: Sekitar USD 1.000.
- Harga Peluncuran Pendahulu (Xiaomi 15 Ultra): Sekitar USD 924.
- Kenaikan Harga yang Dilaporkan: ~10%.
Tren Seluruh Industri: Samsung dan Apple Diprediksi Akan Menyusul
Penyesuaian harga ini bukanlah peristiwa terisolasi bagi Xiaomi melainkan ujung tombak dari tren di seluruh industri. Perusahaan riset pasar Counterpoint Research memproyeksikan bahwa semua segmen smartphone akan mengalami kenaikan harga pada tahun 2026 karena meningkatnya biaya manufaktur. Analisis mereka menunjukkan bahwa ponsel kelas rendah bisa mengalami kenaikan paling dramatis hingga 25%, model kelas menengah mungkin meningkat sekitar 15%, dan flagship premium seperti dari Samsung dan Apple diperkirakan akan melihat peningkatan sekitar 10%. Ramalan ini sejalan dengan laporan bahwa Samsung telah menetapkan target penjualan untuk jajaran flagship 2026-nya—termasuk seri Galaxy S26 dan produk lipat baru—yang 10% lebih tinggi dari target tahun ini, sebuah indikator jelas dari rencana penyesuaian harga untuk mempertahankan profitabilitas.
Kenaikan Harga Smartphone yang Diproyeksikan untuk 2026 (Proyeksi Counterpoint Research):
- Ponsel Kelas Rendah (di bawah ~USD 200): Perkiraan kenaikan biaya Bill of Materials (BoM) sebesar 25%.
- Ponsel Kelas Menengah: Perkiraan kenaikan harga sebesar 15%.
- Ponsel Kelas Atas/Flagship (contoh: Xiaomi 17 Ultra, Galaxy S26, iPhone 18): Perkiraan kenaikan harga sebesar 10%.
- Harga Jual Rata-Rata (ASP) Industri: Diproyeksikan meningkat sebesar 6,9% pada tahun 2026.
Akar Masalah: Pusat Data AI Mendorong Naiknya Biaya Memori
Pendorong utama di balik kenaikan harga yang akan datang ini adalah lonjakan global dalam biaya komponen memori, khususnya RAM dan penyimpanan flash. Lonjakan ini terkait langsung dengan ekspansi cepat infrastruktur AI. Pusat data yang menggerakkan model bahasa besar dan layanan AI seperti Google Gemini dan ChatGPT membutuhkan memori berkinerja tinggi dalam jumlah sangat besar, menciptakan permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Permintaan ini telah menyebabkan kekurangan pasokan, dengan penyedia AI bersedia membayar harga premium untuk mengamankan komponen, secara efektif mengalahkan penawaran produsen elektronik konsumen tradisional. Karena memori merupakan bagian signifikan dari biaya bahan baku sebuah smartphone, biaya yang meningkat ini sekarang diteruskan kepada konsumen.
Dampak pada Konsumen dan Dinamika Pasar
Bagi konsumen, ini menandai potensi berakhirnya beberapa tahun stabilitas harga relatif di pasar smartphone. Kenaikan harga yang akan datang akan menempatkan tekanan finansial baru pada pembeli, terutama di segmen anggaran di mana sensitivitas harga paling tinggi. Ironisnya, fitur AI yang telah dipasarkan dengan gencar sebagai poin penjualan utama untuk ponsel-ponsel terbaru, kini berkontribusi membuat perangkat-perangkat ini menjadi kurang terjangkau. Situasi ini menjadi tantangan bagi produsen yang harus menyeimbangkan integrasi kemampuan AI canggih yang intensif memori dengan kebutuhan menjaga perangkat tetap terjangkau. Saat pasar menyesuaikan diri, konsumen mungkin akan menghadapi keputusan yang lebih sulit antara mempertahankan perangkat lama lebih lama, memilih model yang lebih murah, atau menyerap biaya teknologi flagship yang lebih tinggi.
