Konsep ikigai telah menjadi sensasi self-help global, terutama setelah terbitnya buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life pada tahun 2016 yang terjual lebih dari 3 juta eksemplar. Namun, diskusi komunitas mengungkapkan adanya perbedaan signifikan antara interpretasi Barat dan pemahaman sebenarnya orang Jepang tentang konsep ini.
Kontroversi Diagram Venn
Salah satu aspek yang paling diperdebatkan dalam gerakan ikigai modern adalah diagram Venn yang banyak beredar yang menunjukkan empat lingkaran yang berpotongan: apa yang Anda sukai, apa yang dibutuhkan dunia, apa yang bisa dibayar, dan apa yang Anda kuasai. Menurut beberapa anggota komunitas yang memiliki pengalaman langsung di Jepang, diagram ini sebenarnya dibuat oleh Marc Winn, seorang pengusaha Barat, pada tahun 2014 dengan hanya mengganti kata purpose dengan ikigai dalam diagram bisnis yang sudah ada.
Arti Sebenarnya
Penutur asli bahasa Jepang dan penduduk Jepang menjelaskan bahwa ikigai (生き甲斐) jauh lebih sederhana dan lebih personal daripada interpretasi Barat. Secara harfiah diterjemahkan sebagai hal yang membuat hidup layak dijalani dan tidak selalu memiliki hubungan dengan karir atau kompensasi finansial. Ketika penduduk lanjut usia di Desa Ogimi, Okinawa ditanya tentang ikigai mereka, mereka menyebutkan hal-hal sederhana seperti teman, berkebun, dan seni - aktivitas yang jarang berkaitan dengan kompensasi finansial.
![]() |
---|
Esensi ikigai adalah tentang menemukan kebahagiaan dalam kesenangan sehari-hari yang sederhana, seperti yang digambarkan oleh sekelompok lansia yang terlibat dalam kegiatan komunitas |
Fenomena Pemasaran Budaya
Transformasi ikigai bergabung dengan daftar konsep budaya unik yang telah dipasarkan secara internasional sebagai solusi gaya hidup, termasuk:
- Hygge (Denmark)
- Sisu (Finlandia)
- Döstädning (Swedia)
- Lagom (Swedia)
Penggunaan Saat Ini di Jepang
Berbeda dengan popularitasnya di dunia internasional, banyak orang Jepang tidak familiar dengan interpretasi Barat tentang ikigai. Meskipun kata tersebut umum digunakan di Jepang, biasanya digunakan dalam ungkapan sederhana seperti 生き甲斐がある (ikigai ga aru), yang berarti hidup ini baik atau saya bersyukur masih hidup - jauh dari kerangka kompleks karir-hidup-tujuan yang disajikan dalam literatur Barat.
Dampak pada Kesehatan Mental
Meskipun buku tersebut menyarankan ikigai sebagai jalan menuju umur panjang dan kebahagiaan, perlu dicatat bahwa reputasi historis Jepang tentang tingkat bunuh diri yang tinggi (meskipun sekarang lebih rendah dari AS) menunjukkan bahwa konsep budaya saja tidak menjamin kesejahteraan masyarakat. Komersialisasi ikigai tampaknya lebih berhasil di luar Jepang daripada di dalam negeri.
Perspektif yang Lebih Luas
Diskusi seputar ikigai menyoroti pola yang lebih luas tentang ketertarikan Barat terhadap budaya Jepang, yang sering mengarah pada penyederhanaan berlebihan dan komersialisasi konsep budaya. Fenomena ini, mirip dengan popularisasi istilah seperti umami dan kawaii, mencerminkan kecenderungan untuk mengeksotiskan dan memasarkan aspek-aspek budaya Jepang, terkadang dengan mengorbankan makna dan konteks aslinya.
Realitas ikigai tampaknya jauh lebih sederhana dan lebih personal daripada interpretasi Barat - ini tentang menemukan kegembiraan dan makna dalam hidup, baik melalui pencapaian besar maupun kesenangan sederhana sehari-hari, bukan tentang mencapai keseimbangan sempurna antara pemenuhan profesional dan pribadi seperti yang dipasarkan dalam literatur self-help.
![]() |
---|
Hubungan budaya yang mendalam dan pengalaman bersama di antara para lansia mencerminkan esensi sejati dari ikigai, berbeda dengan interpretasi komersialnya di Barat |