Sebuah teori filosofis yang disebut antinatalism value-null sedang menimbulkan diskusi intens di komunitas online, menantang pandangan tradisional tentang moralitas membawa anak ke dunia. Berbeda dengan argumen antinatal konvensional yang berfokus pada perbandingan kesenangan versus penderitaan hidup, pendekatan ini mengklaim bahwa menciptakan manusia baru pada dasarnya salah bahkan sebelum kita mempertimbangkan apakah hidup mereka akan baik atau buruk.
Tiga Blok Bangunan Antinatalism Nilai-Null:
Blok Bangunan | Makna |
---|---|
Relativitas subjek terhadap nilai | Hanya makhluk sadar yang dapat mengalami baik atau buruk - tidak ada subjek sadar berarti tidak ada nilai |
Status nilai-null dari ketidak-penciptaan | Jika tidak ada yang diciptakan, tidak ada hubungan nilai sama sekali - tidak ada yang dirindukan atau disesali |
Prinsip pembawa kewajiban | Setiap kewajiban moral harus berhutang kepada orang yang nyata dan ada - bukan kepada orang-orang potensial |
Argumen Inti yang Diserang
Teori ini bertumpu pada prinsip kontroversial yang disebut Kondisi Justifikasi, yang menyatakan bahwa menciptakan orang baru hanya dapat diterima jika hal tersebut memenuhi kewajiban moral yang dimiliki kepada orang spesifik tersebut. Karena orang tidak ada sebelum mereka dikandung, para pendukung berargumen bahwa tidak ada kewajiban seperti itu yang bisa ada, membuat prokreasi secara inheren tidak dapat dibenarkan.
Namun, para kritikus memberikan perlawanan keras terhadap logika ini. Satu poin perdebatan utama berpusat pada apakah kita dapat memiliki kewajiban moral kepada orang-orang masa depan. Beberapa berargumen bahwa karena kita tahu orang akan terus dilahirkan (mengingat tingkat kelahiran saat ini), kita harus memperhitungkan keberadaan masa depan mereka ketika membuat keputusan moral hari ini. Mereka menunjuk pada contoh seperti melestarikan artefak budaya yang mungkin menguntungkan generasi masa depan, meskipun tidak membantu siapa pun yang hidup sekarang.
Catatan: Antinatalism adalah pandangan filosofis bahwa secara moral salah untuk membawa orang baru ke dalam keberadaan.
Kondisi Justifikasi (JC):
- Prinsip: Menciptakan manusia baru hanya diperbolehkan jika hal tersebut diperlukan untuk memenuhi kewajiban yang terhutang kepada orang tertentu tersebut
- Masalah: Karena orang tersebut tidak ada sebelum pembuahan, maka tidak mungkin ada kewajiban semacam itu
- Kesimpulan: Prokreasi sukarela selalu tidak diperbolehkan, terlepas dari apakah kehidupan yang dihasilkan akan baik atau buruk
Perpecahan Generasi dan Konteks Budaya
Diskusi ini telah mengungkap apa yang tampak sebagai perpecahan generasi dalam cara orang mendekati pertanyaan-pertanyaan ini. Beberapa anggota komunitas mencatat bahwa pemikiran antinatal tampaknya sangat umum di antara generasi muda, terutama Milenial dan mereka yang datang setelah Generasi X. Ini telah mengarah pada pengamatan tentang bagaimana pengalaman budaya membentuk keyakinan filosofis.
Gerakan anti-natalis dan tandingan natalis reaksionernya adalah studi kasus sempurna tentang bagaimana keyakinan orang dibentuk oleh lingkungan budaya mereka.
Para kritikus kerangka generasi berargumen bahwa ide-ide harus dievaluasi berdasarkan manfaat logisnya daripada ditolak berdasarkan siapa yang memegangnya. Ketegangan ini menyoroti pertanyaan yang lebih luas tentang apakah posisi filosofis dapat dipisahkan dari kondisi sosial yang melahirkannya.
Perspektif Evolusioner dan Hasil Praktis
Beberapa komentator telah mengambil pandangan yang lebih pragmatis, menyarankan bahwa terlepas dari manfaat filosofis, keyakinan antinatal mungkin membatasi diri sendiri. Mereka berargumen bahwa orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan ideologis secara alami akan menjadi kurang terwakili dalam populasi masa depan, sementara mereka yang memiliki pandangan pro-natalis akan terus mewariskan keyakinan mereka melalui anak-anak mereka.
Perspektif evolusioner ini menambahkan lapisan lain pada perdebatan, menimbulkan pertanyaan tentang apakah ide-ide filosofis tentang reproduksi dapat dievaluasi murni berdasarkan dasar intelektual, atau apakah konsekuensi praktis mereka pasti membentuk pengaruh jangka panjang mereka.
Diskusi yang sedang berlangsung mencerminkan ketegangan yang lebih dalam dalam filosofi moral tentang sifat kewajiban, status orang-orang potensial, dan bagaimana konteks budaya mempengaruhi keyakinan paling fundamental kita tentang benar dan salah.
Referensi: A Short Guide to Value-Null Antinatalism