Studi Cornell Ungkap Penganut Teori Konspirasi Mengira Mereka Mayoritas 93% dari Waktu

Tim Komunitas BigGo
Studi Cornell Ungkap Penganut Teori Konspirasi Mengira Mereka Mayoritas 93% dari Waktu

Sebuah studi terobosan dari Cornell University telah mengungkap kebenaran mengejutkan tentang para teoris konspirasi: mereka benar-benar percaya bahwa sebagian besar orang setuju dengan mereka. Penelitian yang melibatkan lebih dari 4.000 orang dewasa AS ini menemukan bahwa orang-orang yang percaya pada teori konspirasi mengira mereka mewakili opini mayoritas 93% dari waktu, bahkan ketika pandangan mereka hanya dipegang oleh sebagian kecil dari populasi.

Detail Studi:

  • 8 studi dilakukan dengan 4.181 orang dewasa AS
  • Para penganut teori konspirasi mengira mereka adalah mayoritas 93% dari waktu
  • Dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin (24 Mei)
  • Dipimpin oleh Gordon Pennycook , Cornell University

Masalah Kepercayaan Diri Berlebihan

Studi ini mengungkapkan bahwa penganut konspirasi menderita kasus kepercayaan diri berlebihan yang parah dan meluas jauh melampaui keyakinan pinggiran mereka. Ketika diuji pada keterampilan dasar seperti matematika dan persepsi visual, individu-individu ini secara konsisten melebih-lebihkan kinerja mereka. Kepercayaan diri berlebihan ini tampaknya merupakan sifat inti yang membuat mereka lebih rentan untuk percaya pada konspirasi sejak awal.

Yang membuat temuan ini sangat mencolok adalah bagaimana hal ini menantang teori-teori sebelumnya tentang mengapa orang percaya pada konspirasi. Banyak peneliti sebelumnya mengira orang merangkul keyakinan ini untuk merasa istimewa atau unik. Namun, studi Cornell menunjukkan sebaliknya - penganut konspirasi benar-benar mengira mereka bagian dari arus utama.

Temuan Utama:

  • Para penganut teori konspirasi secara konsisten melebih-lebihkan kinerja mereka pada tes numerasi dan persepsi
  • Mereka sangat berlebihan dalam memperkirakan seberapa banyak orang lain yang setuju dengan keyakinan mereka
  • Rasa percaya diri berlebihan memprediksi baik keyakinan konspirasi maupun kecenderungan untuk melebih-lebihkan persetujuan orang lain
  • Hasil penelitian menantang teori-teori sebelumnya tentang kebutuhan akan keunikan yang mendorong keyakinan konspirasi

Kesenjangan Realitas

Penelitian ini menguji keyakinan pada berbagai teori konspirasi yang telah terbantahkan, termasuk klaim bahwa pendaratan di bulan adalah palsu, kematian Putri Diana direncanakan, dan bahwa dinosaurus tidak pernah ada. Meskipun keyakinan ini jelas dipegang oleh minoritas, para penganutnya secara konsisten mengira sebagian besar orang lain berbagi pandangan mereka.

Diskusi komunitas seputar studi ini telah menyoroti paradoks penting. Beberapa pengamat mencatat bahwa program pengawasan pemerintah yang sah, seperti yang diungkap oleh Edward Snowden , pernah ditolak sebagai teori konspirasi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita membedakan antara skeptisisme yang beralasan dan keyakinan yang tidak berdasar.

Pengawasan NSA terhadap sebagian besar lalu lintas internet adalah teori konspirasi gila sebelum Snowden .

Teori Konspirasi yang Diuji:

  • Pendaratan bulan Apollo dipentaskan di Hollywood
  • Kematian Putri Diana bukanlah kecelakaan
  • Dinosaurus tidak pernah ada
  • Berbagai klaim konspirasi populer lainnya yang salah

Tantangan Koreksi

Mungkin yang paling mengkhawatirkan adalah apa arti kepercayaan diri berlebihan ini bagi upaya memerangi misinformasi. Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang paling membutuhkan bantuan membedakan kebenaran dari fiksi adalah yang paling tidak mungkin menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan. Ketika seseorang percaya mereka bagian dari mayoritas dan merasa yakin dengan kemampuan penalaran mereka, mereka tidak mungkin mencari informasi korektif.

Metodologi studi ini sangat cerdik dalam mengukur kepercayaan diri berlebihan. Alih-alih menggunakan tes di mana orang mungkin memiliki alasan sah untuk merasa percaya diri, peneliti menggunakan tugas seperti mengidentifikasi gambar yang sangat tersamar di mana peserta pada dasarnya harus menebak. Pendekatan ini mengungkap kepercayaan diri berlebihan murni tanpa dipengaruhi oleh kemampuan sebenarnya.

Implikasi yang Lebih Luas

Temuan ini datang pada saat teori konspirasi menyebar dengan cepat melalui media sosial dan platform online. Penelitian ini menunjukkan bahwa sekadar menyajikan fakta mungkin tidak cukup untuk mengubah pikiran, karena penganut konspirasi tidak menyadari bahwa mereka memegang pandangan minoritas.

Studi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang jenis keyakinan pinggiran lainnya selain konspirasi. Apakah orang yang memegang pandangan ilmiah atau politik yang tidak konvensional juga melebih-lebihkan seberapa banyak dukungan yang mereka miliki? Ini tetap menjadi area untuk penelitian masa depan.

Memahami psikologi di balik keyakinan konspirasi menjadi semakin penting karena teori-teori ini mempengaruhi keputusan dunia nyata tentang kesehatan, politik, dan isu sosial. Penelitian Cornell memberikan wawasan berharga tentang pola pikir penganut konspirasi, menunjukkan bahwa kepercayaan diri berlebihan dan kesadaran diri yang buruk memainkan peran yang lebih besar dari yang dipahami sebelumnya.

Referensi: Conspiracy theorists unaware their beliefs are on the fringe