Sinyal terbaru pemerintah AS untuk merombak sistem lotere visa H-1B telah memicu perdebatan sengit di dalam komunitas teknologi. Dengan Department of Homeland Security mengajukan peninjauan terhadap Weighted Selection Process, lotere acak saat ini dapat segera digantikan oleh sistem berbasis merit yang mengutamakan kriteria spesifik, yang berpotensi terkait dengan keterampilan atau upah.
Statistik Program H-1B:
- Total pekerja H-1B di AS (2019): ~600.000
- Pertumbuhan program: 363.503 pekerja (2011) → 685.117 pekerja (2022) - peningkatan 81%
- 60-70% visa diberikan kepada pekerja di bidang komputer
- 40% visa diberikan kepada perusahaan konsultan/outsourcing
Perusahaan Konsultan Mendapat Kecaman
Titik perdebatan utama berpusat pada perusahaan konsultan yang diyakini banyak pihak mengeksploitasi sistem H-1B. Para profesional teknologi berargumen bahwa perusahaan seperti Cognizant , Tata , Wipro , dan Infosys menggunakan visa ini bukan untuk akuisisi talenta yang sesungguhnya, tetapi sebagai bagian dari model bisnis yang merusak upah Amerika. Perusahaan-perusahaan ini dilaporkan mengikuti model 70-30 di mana 70% pekerjaan dikirim ke luar negeri dengan upah yang jauh lebih rendah, sementara 30% sisanya menggunakan pekerja H-1B sebagai penghubung yang dapat dibayar di bawah tarif pasar.
Pada dasarnya semua masalah dengan sistem H1-B dapat diperbaiki dalam semalam dengan hanya melarang pemegang visa bekerja untuk perusahaan konsultan.
Data mendukung kekhawatiran ini. Penelitian menunjukkan bahwa 40% visa H-1B diberikan kepada perusahaan perantara ini, dengan banyak posisi diklasifikasikan pada tingkat upah terendah - seringkali 20-40% di bawah gaji median lokal untuk peran serupa.
Analisis Dampak Upah:
- Pekerja H-1B di perusahaan teknologi besar: Porsi signifikan pada upah Level 1/Level 2
- Perbedaan gaji: 20-40% di bawah gaji median lokal
- Model perusahaan konsultan: 70% pekerjaan offshore, 30% pekerja H-1B onsite
- Upah offshore: $5-8 USD per jam vs tarif pasar AS
Perdebatan Solusi Gaji
Banyak di komunitas mendukung penggantian lotere dengan sistem lelang berbasis upah. Pendekatan ini akan memprioritaskan posisi dengan gaji lebih tinggi, secara teoritis memastikan bahwa hanya peran yang benar-benar berharga yang diisi oleh pekerja asing. Namun, solusi ini menghadapi penolakan dari mereka yang menunjukkan bahwa hal ini dapat merugikan kasus penggunaan yang sah, seperti lulusan baru dari universitas top AS atau peran khusus seperti guru bahasa yang tidak memiliki gaji tinggi tetapi melayani fungsi penting.
Sistem saat ini telah menciptakan kontras yang mencolok dalam hasil. Sementara beberapa pekerja H-1B menjadi peneliti AI terkemuka dan berkontribusi signifikan terhadap inovasi Amerika, yang lain bekerja dalam peran IT dasar yang dapat dengan mudah diisi oleh warga negara AS. Disparitas ini telah menyebabkan seruan untuk reformasi yang lebih bernuansa daripada perubahan menyeluruh.
Dampak pada Pekerja Amerika
Angka-angka menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan bagi lulusan baru. Pada tahun 2023, perguruan tinggi AS meluluskan 134.153 warga negara dengan gelar ilmu komputer, sementara pemerintah mengeluarkan izin kerja kepada 110.098 pekerja asing dalam pekerjaan komputer melalui program pekerja tamu utama. Ini mewakili 82% dari kelas lulusan menghadapi persaingan bahkan sebelum mereka menerima diploma mereka.
Lulusan perguruan tinggi baru dalam ilmu komputer menghadapi tingkat pengangguran 6,1%, meningkat menjadi 7,5% untuk lulusan teknik komputer. Angka-angka ini telah menyebabkan frustrasi yang berkembang di antara mahasiswa Amerika, dengan lebih dari 25% jurusan ilmu komputer berharap mereka telah memilih bidang studi yang berbeda.
Dampak Lulusan Ilmu Komputer AS:
- Lulusan CS AS (2023): 134.153 warga negara/pemegang green card
- Izin kerja asing yang diterbitkan (2023): 110.098 dalam pekerjaan komputer
- Rasio persaingan: 82% dari kelas lulusan
- Tingkat pengangguran: 6,1% ( CS ), 7,5% ( Computer Engineering ) vs 4,0% secara keseluruhan
Jalan ke Depan
Proposal reformasi berkisar dari perbaikan sederhana hingga perombakan komprehensif. Perubahan yang disarankan termasuk mengharuskan pemberi kerja untuk secara aktif merekrut pekerja AS terlebih dahulu, menerapkan audit acak, dan memperkuat perlindungan upah. Beberapa mengadvokasi kuota negara untuk mencegah satu negara mendominasi program, sementara yang lain mendorong minimum gaji yang lebih tinggi untuk memastikan hanya posisi yang benar-benar terampil yang memenuhi syarat.
Perdebatan ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas tentang imigrasi, kebijakan ekonomi, dan posisi kompetitif Amerika di pasar teknologi global. Saat pemerintah bergerak maju dengan proses peninjauan, aturan final dapat membentuk kembali bagaimana Amerika menarik dan mempertahankan talenta internasional sambil melindungi peluang bagi pekerjanya sendiri.