Komunitas pengembangan perangkat lunak sedang bergulat dengan pertanyaan mendasar: jika kecerdasan buatan dapat menghasilkan kode dengan kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya, siapa yang akan melakukan debug ketika terjadi masalah? Perdebatan ini semakin intensif karena perusahaan teknologi besar memberhentikan ribuan developer berpengalaman sambil secara bersamaan mengklaim bahwa AI akan menulis 95% kode pada tahun 2030.
![]() |
---|
Sebuah manekin yang berdiri sendiri melambangkan kebutuhan akan wawasan manusia di era kode yang dihasilkan AI |
Dilema Debugging Menjadi Sorotan Utama
Tantangan utamanya bukan hanya tentang menulis kode—tetapi tentang memahami dan memperbaikinya ketika masalah muncul. Developer menunjuk pada Hukum Kernighan, yang menyatakan bahwa debugging dua kali lebih sulit daripada menulis kode pada awalnya. Ini menciptakan paradoks: jika AI menulis kode pada batas kemampuannya, manusia mungkin tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan debug secara efektif.
Beberapa anggota komunitas menyarankan untuk meminta AI menulis kode yang sengaja lebih sederhana—mungkin empat kali lebih sederhana dari yang diperlukan—sehingga manusia atau model AI yang lebih canggih dapat melakukan debug nanti. Namun, pendekatan ini menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi dan apakah hal ini mengalahkan tujuan menggunakan AI untuk peningkatan produktivitas.
Hukum Kernighan: Prinsip pemrograman yang menyatakan bahwa debugging memerlukan keterampilan yang jauh lebih besar daripada coding asli, dinamai menurut Brian Kernighan, co-creator bahasa pemrograman AWK dan co-author The C Programming Language.
Penerapan Hukum Kernighan pada Debugging AI
- Prinsip asli: Debugging 2x lebih sulit daripada menulis kode
- Solusi AI yang diusulkan: Menghasilkan kode 4x lebih sederhana dari yang dibutuhkan
- Memungkinkan debugging oleh model yang lebih pintar atau manusia
- Trade-off antara kesederhanaan dan efisiensi
Merangkul Chaos Daripada Debugging Tradisional
Perspektif yang lebih radikal yang muncul dari komunitas menyarankan untuk meninggalkan debugging tradisional sama sekali. Alih-alih memperbaiki masalah kode tertentu, beberapa developer mengusulkan untuk memperlakukan kode yang dihasilkan AI sebagai sesuatu yang ada dalam ruang probabilitas di mana beberapa solusi hidup berdampingan secara bersamaan. Pendekatan ini akan fokus pada hasil tingkat makro daripada kebenaran kode baris demi baris.
Kita harus merangkul chaos dengan membangun attractor dalam sistem, dan memangkas hasil yang terlalu jauh menyimpang dari batasan yang kita tetapkan. Kita harus fokus hanya pada hasil tingkat makro, bukan kodenya.
Filosofi ini mewakili pergeseran mendasar dari praktik rekayasa perangkat lunak tradisional, di mana memahami setiap baris kode dianggap penting untuk mempertahankan sistem yang dapat diandalkan.
Pendekatan Debugging Tradisional vs. AI-Probability
- Tradisional: Analisis dan perbaikan kode baris demi baris
- AI-Probability: Beberapa solusi yang hidup berdampingan dalam ruang probabilitas
- Pergeseran fokus: Dari kode tingkat mikro ke hasil tingkat makro
- Tools: Agen AI untuk pemangkasan dan manajemen batasan
Tantangan Legacy Code
Diskusi ini mengungkapkan blind spot kritis dalam prediksi coding AI: sebagian besar pengembangan perangkat lunak melibatkan pemeliharaan sistem yang ada, bukan membangun dari awal. Legacy codebase, beberapa berusia puluhan tahun, memerlukan pengetahuan mendalam yang dimiliki developer berpengalaman tetapi saat ini tidak dimiliki AI.
Ketika bug muncul dalam sistem produksi yang menangani jutaan dolar pendapatan harian, organisasi memerlukan developer yang memahami baik model teoretis di balik perangkat lunak maupun teknik debugging praktis. Komunitas mempertanyakan apakah AI dapat segera memberikan keahlian engineer berpengalaman yang telah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari sistem kompleks.
Distribusi Biaya Pengembangan Perangkat Lunak
- Implementasi awal: Bagian yang lebih kecil dari total biaya
- Pemeliharaan jangka panjang: Mendominasi biaya sistem secara keseluruhan
- Sistem warisan: Memerlukan pengembang berpengalaman dengan pengetahuan sistem
- Dampak pendapatan: Downtime satu hari dapat merugikan $100k USD+
Kekhawatiran Kualitas Meningkat
Tidak seperti peningkatan produktivitas sebelumnya dalam pengembangan perangkat lunak—seperti bahasa pemrograman tingkat tinggi atau integrated development environment—generasi kode AI mungkin benar-benar mengurangi kualitas kode. Developer mencatat bahwa sementara tools tradisional meningkatkan baik kecepatan maupun keandalan, kode yang dihasilkan AI memerlukan pengawasan manusia yang konstan untuk menangkap cacat yang berpotensi serius.
Kombinasi kode yang dihasilkan AI dan bahasa pemrograman loosely-typed seperti JavaScript dan Python dapat menciptakan badai sempurna untuk kerentanan keamanan. Script cepat yang dihasilkan oleh AI memiliki kecenderungan untuk menjadi komponen sistem kritis dari waktu ke waktu, berpotensi menciptakan technical debt yang akan dibayar organisasi selama bertahun-tahun.
Saat industri perangkat lunak menavigasi transisi ini, konsensus komunitas menunjukkan bahwa meskipun AI pasti akan mengubah cara kode ditulis, kebutuhan mendasar akan keahlian manusia dalam memahami, memelihara, dan melakukan debug sistem kompleks tetap sama pentingnya seperti sebelumnya.
Referensi: The Mythical Machine-Month Paradox