Sebuah studi baru dari Arizona State University telah mengungkapkan bahwa penipisan air tanah kini menjadi penyumbang utama kenaikan permukaan laut yang didorong oleh massa, namun temuan ini telah memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan tentang apa yang sebenarnya mendorong naiknya permukaan laut. Penelitian yang diterbitkan dalam Science Advances ini menganalisis lebih dari dua dekade data satelit dan menemukan bahwa 68% kehilangan air tawar di daratan berasal dari air tanah saja.
Statistik Utama Kehilangan Air: • 68% kehilangan air tawar di daratan berasal dari penipisan air tanah • 44% kenaikan permukaan laut yang disebabkan massa kini dikaitkan dengan kehilangan air kontinental • Periode studi: Lebih dari 22 tahun data satelit (2002-2024) • 75% populasi dunia tinggal di negara-negara yang mengalami kondisi kekeringan • Area kering meluas dengan kecepatan dua kali lipat dibandingkan area basah yang semakin basah
![]() |
---|
Penipisan air tanah merupakan isu lingkungan yang mendesak, seperti yang digambarkan oleh kontras yang mencolok antara pemandangan danau yang tenang dan tekstur retak pada overlay peta dunia |
Komunitas Ilmiah Mempertanyakan Klaim Kenaikan Permukaan Laut
Pernyataan studi tentang peran air tanah dalam kenaikan permukaan laut telah menuai kritik tajam dari para peneliti yang menunjuk pada ilmu iklim yang telah mapan. Para kritikus berargumen bahwa ekspansi termal air laut akibat pemanasan lautan tetap menjadi faktor dominan dalam kenaikan permukaan laut, bukan kehilangan air tanah. Data Intergovernmental Panel on Climate Change menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut termosterik - di mana air yang lebih hangat membutuhkan ruang lebih besar - terus menjadi pendorong utama naiknya permukaan laut.
Kebingungan ini berasal dari kerangka waktu dan metode pengukuran yang berbeda. Sementara studi baru ini berfokus pada kontribusi yang didorong massa sejak 2002, catatan jangka panjang menggambarkan gambaran yang berbeda. Sejak 1900, pencairan gletser telah menjadi penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut, diikuti oleh ekspansi termal air laut.
Teknologi Satelit GRACE Mengungkap Kehilangan Air yang Tersembunyi
Penelitian ini mengandalkan data dari satelit Gravity Recovery and Climate Experiment ( GRACE ), yang mengukur perubahan kecil dalam medan gravitasi Bumi untuk melacak pergerakan air. Teknologi inovatif ini telah memungkinkan para ilmuwan untuk memantau penipisan air tanah dengan cara yang tidak pernah mungkin sebelumnya, mengungkapkan bahwa cadangan air bawah tanah yang luas sedang dikuras lebih cepat daripada alam dapat mengisinya kembali.
Data satelit mengidentifikasi empat wilayah mega-kering yang masif di seluruh Belahan Bumi Utara, termasuk Amerika Utara bagian barat daya, Kanada utara dan Alaska , Rusia utara, dan wilayah luas yang membentang dari Timur Tengah melalui Afrika Utara hingga bagian Eropa dan Asia . Wilayah-wilayah ini berisi kota-kota besar seperti Los Angeles , Phoenix , Berlin , dan Beijing , bersama dengan area pertanian yang penting.
Empat Wilayah Mega-Kekeringan Skala Benua:
• Barat Daya Amerika Utara dan Amerika Tengah - Meliputi Phoenix , Tucson , Las Vegas , Los Angeles , dan Mexico City
• Alaska dan Kanada Utara - Menampilkan gletser alpine yang mencair dan wilayah pertanian utama seperti British Columbia dan Saskatchewan
• Rusia Utara - Mengalami pencairan salju dan permafrost besar-besaran di lintang tinggi
• Wilayah Pan-Eurasia Timur Tengah-Afrika Utara - Mencakup Dubai , Cairo , Baghdad , Tehran , Barcelona , Paris , Berlin , Dhaka , dan Beijing
Perdebatan Perubahan Iklim Versus Konsumsi Manusia
Poin diskusi utama berpusat pada apakah penipisan air tanah terutama merupakan masalah perubahan iklim atau masalah konsumsi manusia. Beberapa peneliti berargumen bahwa air tanah telah digunakan secara berlebihan selama beberapa dekade, bahkan di bawah pola cuaca historis, menunjukkan bahwa ini lebih tentang pertumbuhan populasi dan pertanian industri daripada perubahan iklim.
Namun, hubungannya tampak lebih kompleks. Ketika perubahan iklim membawa kekeringan yang lebih ekstrem dan suhu yang lebih tinggi, komunitas dan petani semakin beralih ke air tanah untuk irigasi dan air minum. Ini menciptakan loop umpan balik di mana dampak iklim mendorong penggunaan air tanah yang lebih besar, mempercepat penipisan.
Titik Balik 2014-2015
Studi ini mengidentifikasi 2014-2015 sebagai titik balik yang kritis, bertepatan dengan apa yang para peneliti sebut sebagai tahun-tahun mega El Niño . Setelah periode ini, penipisan air tanah meningkat secara dramatis, dan pola geografis pengeringan bergeser dari terutama mempengaruhi Belahan Bumi Selatan menjadi berkonsentrasi di wilayah utara.
Pergeseran ini memiliki implikasi mendalam bagi keamanan pangan global dan ketersediaan air. Banyak wilayah pertanian utama dunia kini berada dalam zona pengeringan ini, mengancam produksi tanaman pada saat populasi global terus bertumbuh.
Penelitian ini mewakili lebih dari sekadar latihan akademis - ini menyoroti krisis yang mengancam di mana populasi yang bertumbuh menghadapi pasokan air tawar yang menyusut. Apakah kehilangan air tanah merupakan penyumbang teratas kenaikan permukaan laut mungkin dapat diperdebatkan, tetapi dampaknya terhadap peradaban manusia tidak dapat disangkal sangat parah.
Referensi: New global study shows freshwater is disappearing at alarming rates