Penemuan arkeologi terbaru di Pompeii telah mengungkap bab yang menarik yang sering diabaikan oleh buku-buku sejarah. Meskipun kebanyakan orang mengetahui tentang letusan gunung berapi Vesuvius yang menghancurkan pada tahun 79 Masehi yang menguburkan kota Romawi kuno tersebut, bukti baru menunjukkan bahwa para penyintas sebenarnya kembali untuk tinggal di antara reruntuhan yang tertutup abu selama beberapa abad setelahnya.
Penemuan ini menantang pemahaman kita tentang apa yang terjadi setelah salah satu bencana alam paling terkenal dalam sejarah. Alih-alih meninggalkan lokasi tersebut sepenuhnya, beberapa orang yang tidak mampu memulai hidup baru di tempat lain kembali ke sisa-sisa rumah mereka yang dulu.
Kronologi Reokupasi Pompeii :
- 79 M: Gunung Vesuvius meletus, menguburkan Pompeii di bawah 4-6 meter abu dan batu apung
- Akhir abad ke-1 M: Para penyintas mulai kembali untuk tinggal di reruntuhan
- Abad ke-1-5 M: Pemukiman informal berlanjut di antara reruntuhan
- Abad ke-5 M: Pengabaian terakhir situs tersebut
- Abad ke-16: Penemuan kembali Pompeii modern
Pemukiman Darurat di Antara Reruntuhan
Bukti arkeologi kini mengkonfirmasi bahwa Pompeii menjadi pemukiman informal yang bertahan hingga abad ke-5 Masehi. Para penduduk yang kembali menciptakan apa yang digambarkan peneliti sebagai komunitas mirip perkemahan yang tidak stabil di antara reruntuhan kota yang pernah berkembang pesat.
Penduduk pasca-letusan ini hidup sangat berbeda dari pendahulu mereka. Mereka membuat rumah di lantai atas bangunan, dengan lantai bawah yang penuh abu berfungsi sebagai ruang bawah tanah darurat. Tanpa infrastruktur dan layanan khas kota Romawi, kehidupan menjadi keras dan mendasar. Orang-orang bertahan hidup dengan mengais benda-benda berharga dari bagian yang terkubur di bawah.
Salah satu temuan yang sangat menarik termasuk oven roti yang dibangun sepenuhnya dari bahan-bahan bekas, menunjukkan betapa kreatifnya para penyintas ini. Penemuan artefak semacam itu membantu melukiskan gambaran kehidupan sehari-hari dalam pemukiman yang tidak biasa ini.
Bukti Arkeologi Utama:
- Oven roti yang dibuat seluruhnya dari bahan-bahan bekas yang diselamatkan
- Ruang hunian di lantai atas bangunan yang sebagian terkubur
- Lantai bawah diubah menjadi ruang bawah tanah dan gudang penyimpanan
- Bukti aktivitas pengumpulan barang bekas dan pencarian harta karun
- Tidak adanya infrastruktur perkotaan khas Romawi di pemukiman tersebut
Daya Tarik Praktis Tanah Vulkanik
Keputusan untuk kembali bukan hanya tentang keputusasaan. Abu vulkanik menciptakan tanah yang sangat subur yang sangat baik untuk pertanian. Komunitas modern di dekat gunung berapi aktif di Indonesia, Filipina, dan lokasi Lingkar Pasifik lainnya mengikuti pola serupa, kembali untuk bertani di tanah vulkanik segera setelah aman.
Abu vulkanik sangat produktif dan setidaknya Anda akan berpikir latifundia akan ada di sana. Jika secara oportunistik Anda dapat menemukan tangki air tua dan mengubahnya menjadi oven, mengapa tidak?
Abu tersebut juga mengeras menjadi tuff, bahan bangunan yang dapat ditambang dan digunakan untuk konstruksi. Ini membuat reruntuhan bukan hanya tempat untuk tinggal, tetapi juga sumber daya yang berharga.
Sejarah yang Hilang Akhirnya Terungkap
Selama berabad-abad, fokus pada kehancuran dramatis Pompeii menutupi bukti pendudukan kembali. Para arkeolog awal, yang ingin mencapai artefak yang terawetkan dengan baik dari tahun 79 Masehi, sering membuang atau membuang jejak hunian kemudian tanpa dokumentasi yang tepat.
Letusan 79 Masehi tidak sepenuhnya menguburkan semua struktur - lantai atas tetap terlihat dan dapat diakses. Seiring waktu, ini secara bertahap dihancurkan oleh orang-orang yang mengais batu bangunan untuk proyek lain di daerah tersebut. Baru aktivitas vulkanik kemudian yang sepenuhnya menguburkan apa yang tersisa, menyembunyikan kota sampai ditemukan kembali pada abad ke-16.
Penelitian baru ini mengungkap bagaimana komunitas beradaptasi dan bertahan setelah bencana, menunjukkan ketahanan manusia dalam menghadapi perubahan katastrofik. Kisah Pompeii pasca-letusan menambah kedalaman pemahaman kita tentang masyarakat Romawi kuno dan bagaimana orang mengatasi bencana lingkungan.
Referensi: People returned to live in Pompeii's ruins, archaeologists say