Pekerja Kedai Kopi Korea Membawa Komputer Desktop dan Printer ke Starbucks, Mendorong Kebijakan Toko Baru

Tim Komunitas BigGo
Pekerja Kedai Kopi Korea Membawa Komputer Desktop dan Printer ke Starbucks, Mendorong Kebijakan Toko Baru

Budaya kerja unik Korea Selatan telah menciptakan tantangan tak terduga bagi lokasi Starbucks di seluruh negara. Pekerja jarak jauh, yang dikenal secara lokal sebagai cagongjok, telah mulai mengubah kedai kopi menjadi kantor sementara dengan membawa peralatan yang semakin rumit, termasuk komputer desktop, monitor, dan bahkan printer. Fenomena ini telah berkembang begitu luas sehingga Starbucks Korea baru-baru ini menerapkan kebijakan baru yang membatasi peralatan besar di toko mereka.

Tren ini mencerminkan tekanan ekonomi yang lebih luas di pasar kerja Korea Selatan. Setelah krisis keuangan Asia 1997, pekerjaan kontrak sementara menjadi lebih umum, sementara pembatasan pemerintah terbaru pada pengembangan ruang kantor telah membuat ruang kerja tradisional semakin mahal di kota-kota seperti Seoul. Dengan tingkat kekosongan kantor yang bertahan stabil di angka 2,3% dan sewa naik 1,3% per kuartal, banyak perusahaan beralih ke pengaturan kerja jarak jauh, meninggalkan karyawan untuk mencari solusi ruang kerja mereka sendiri.

Statistik Pasar Perkantoran Seoul:

  • Tingkat kekosongan kantor: 2,3% (April 2024)
  • Kenaikan sewa triwulanan: 1,3%
  • Pasar dicirikan dengan tingkat kekosongan rendah dan biaya yang meningkat
Seorang pekerja jarak jauh dalam suasana kasual, mencerminkan tren mengubah kedai kopi menjadi kantor sementara
Seorang pekerja jarak jauh dalam suasana kasual, mencerminkan tren mengubah kedai kopi menjadi kantor sementara

Fenomena Komputer Desktop

Yang dimulai sebagai pengguna laptop yang menyesap secangkir kopi selama berjam-jam telah berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih rumit. Diskusi komunitas mengungkapkan bahwa beberapa individu telah membawa pengaturan desktop lengkap, termasuk tower, monitor, dan periferal eksternal ke kedai kopi. Satu contoh yang sangat mencolok yang disebutkan dalam forum komunitas menggambarkan seseorang yang menyiapkan apa yang tampak seperti ruang kerja kubik penuh di dalam lokasi Starbucks.

Logistik teknis dari pengaturan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang konsumsi daya dan penggunaan ruang. Komputer desktop biasanya mengonsumsi listrik jauh lebih banyak daripada laptop, dengan beberapa perkiraan menunjukkan bahwa pengaturan desktop dan monitor penuh dapat menghabiskan biaya sekitar 30 sen dolar Amerika Serikat untuk listrik selama beberapa jam penggunaan. Meskipun ini mungkin tampak minimal, efek kumulatif di seluruh beberapa pengguna dapat mempengaruhi biaya operasional toko.

Perkiraan Konsumsi Daya:

  • Setup komputer desktop + monitor: ~30 sen USD untuk beberapa jam
  • Pengisian baterai sepeda listrik: ~10-11 sen USD untuk pengisian penuh
  • Konsumsi daya desktop pada umumnya: 100-200W selama pengoperasian

Reaksi Komunitas dan Konteks Budaya

Respons terhadap tren ini beragam dalam komunitas online. Beberapa melihatnya sebagai adaptasi yang cerdik terhadap tekanan ekonomi, sementara yang lain melihatnya sebagai memanfaatkan keramahan bisnis. Fenomena ini telah menarik perbandingan dengan masalah serupa di kota-kota lain, di mana kedai kopi berjuang dengan pelanggan yang menempati ruang untuk periode yang diperpanjang sambil melakukan pembelian minimal.

Ini cara yang cukup murah untuk bekerja. Anda bisa pergi dan minum secangkir kopi, bekerja di sana—tetapi orang-orang membawanya sedikit ke ekstrem akhir-akhir ini.

Situasi ini menyoroti tantangan yang lebih luas dari tempat ketiga - ruang yang bukan rumah atau kantor tetapi berfungsi sebagai tempat berkumpul komunitas. Ketika ruang publik tradisional menjadi kurang tersedia, perusahaan komersial seperti kedai kopi secara tidak sengaja telah mengisi peran ini, kadang-kadang melampaui kapasitas yang dimaksudkan.

Perbandingan Jumlah Toko Starbucks:

  • Korea Selatan: 2.650 lokasi
  • Jepang: 1.660 lokasi
  • Meskipun Korea Selatan memiliki populasi kurang dari setengah populasi Jepang

Dampak Bisnis dan Solusi

Kebijakan baru Starbucks Korea membatasi komputer desktop, printer, dan barang-barang besar lainnya sambil tetap menyambut laptop dan perangkat yang lebih kecil. Pendekatan yang terukur ini mencoba menyeimbangkan filosofi tempat ketiga mereka dengan kebutuhan bisnis praktis. Perusahaan terus mendorong pelanggan untuk menggunakan ruang mereka untuk bekerja, tetapi dalam batas yang wajar yang tidak mempengaruhi pengalaman pelanggan lain.

Beberapa anggota komunitas telah menyarankan solusi alternatif, seperti kedai kopi yang menawarkan layanan pencetakan dengan biaya atau bermitra dengan penyedia ruang coworking. Yang lain menunjuk pada keberhasilan kafe studi khusus dan PC bang (kafe internet) di Korea Selatan sebagai contoh bisnis yang telah berhasil memonetisasi penggunaan ruang kerja yang diperpanjang.

Situasi di Korea Selatan mungkin berfungsi sebagai pratinjau tantangan yang mungkin dihadapi pasar lain ketika kerja jarak jauh terus berkembang secara global. Solusi kreatif - baik dari pelanggan yang mencari ruang kerja maupun bisnis yang menyesuaikan kebijakan mereka - menawarkan wawasan tentang bagaimana ruang komersial mungkin perlu berkembang untuk memenuhi pola kerja yang berubah.

Referensi: Starbucks asks customers in South Korea to stop bringing printers and desktop computers into stores as workers transform cafés into remote offices