Visi Bertrand Russell Tentang Hari Kerja Empat Jam dari Seabad Lalu Kembali Relevan di Era AI

Tim Komunitas BigGo
Visi Bertrand Russell Tentang Hari Kerja Empat Jam dari Seabad Lalu Kembali Relevan di Era AI

Hampir seabad setelah filsuf Bertrand Russell menulis In Praise of Idleness, ide-ide radikalnya tentang kerja dan waktu luang kembali memicu diskusi segar di komunitas teknologi. Esai Russell tahun 1932 berargumen bahwa kemajuan teknologi seharusnya mengarah pada jam kerja yang lebih pendek daripada pengangguran, sebuah konsep yang terasa sangat relevan saat kecerdasan buatan mengubah tempat kerja modern.

Esai tersebut telah menjadi topik diskusi berulang, dengan berbagai percakapan komunitas yang berlangsung dari 2015 hingga 2024, menunjukkan daya tariknya yang berkelanjutan di kalangan profesional teknologi yang menyaksikan secara langsung peningkatan produktivitas dari otomasi dan AI.

Timeline Diskusi Komunitas:

  • Oktober 2015: 24 komentar
  • Januari 2016: 25 komentar
  • November 2019: 82 komentar
  • November 2021: 173 komentar
  • Mei 2024: 108 komentar

Definisi Sederhana Russell Tentang Kerja Masih Bergema

Russell membagi kerja menjadi dua kategori dasar yang banyak orang anggap sangat akurat hingga hari ini. Dia menggambarkan kerja sebagai memindahkan materi fisik atau menyuruh orang lain melakukannya. Tipe pertama, menurutnya, cenderung tidak menyenangkan dan bergaji rendah, sementara yang kedua menyenangkan dan dikompensasi dengan baik. Pengamatannya bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk peran manajerial sering melibatkan persuasi daripada keahlian subjek - yang dia sebut periklanan - terus terdengar benar dalam lingkungan korporat modern.

Filsuf ini juga mengidentifikasi kelas ketiga: pemilik tanah yang meraup keuntungan hanya dari kepemilikan, membuat orang lain membayar untuk hak hidup dan bekerja. Kritik terhadap generasi kekayaan pasif melalui kepemilikan properti ini telah mendapat relevansi baru dalam diskusi tentang biaya perumahan dan ketimpangan kekayaan.

Klasifikasi Dua Jenis Pekerjaan menurut Russell:

  • Tipe 1: Mengubah posisi materi (tenaga kerja fisik) - Tidak menyenangkan dan bergaji rendah
  • Tipe 2: Memerintahkan orang lain untuk melakukan pekerjaan fisik (manajemen) - Menyenangkan dan bergaji tinggi
  • Tipe 3: Pemilik tanah yang meraup keuntungan dari kepemilikan tanpa bekerja - Kelas yang paling dihormati

Paradoks Produktivitas Berlanjut

Salah satu argumen Russell yang paling menarik berpusat pada apa yang terjadi ketika teknologi meningkatkan produktivitas. Dia menggunakan contoh manufaktur pin, di mana sebuah penemuan menggandakan efisiensi produksi. Dalam dunia yang masuk akal, dia berargumen, pekerja akan bekerja setengah jam untuk gaji yang sama. Sebaliknya, hasil sebenarnya sering melibatkan mempertahankan jam kerja yang panjang, produksi berlebihan, kegagalan bisnis, dan pengangguran.

Seabad kemudian, masih belum ada hari kerja empat jam. Namun produktivitas kita telah meningkat berkali-kali lipat. Jika cerita tentang produktivitas AI itu benar, mengapa kita tidak melihat gaji yang sama, untuk jam kerja yang lebih sedikit, dengan output yang sama?

Pengamatan ini terasa sangat tajam saat perusahaan menerapkan alat AI yang secara dramatis meningkatkan produktivitas individu sambil mempertahankan jadwal kerja tradisional.

Contoh Manufaktur Pin Russell:

  • Skenario: Teknologi menggandakan efisiensi produksi pin
  • Respons Rasional: Pekerja bekerja 4 jam alih-alih 8 jam untuk output yang sama
  • Respons Aktual: Pekerja tetap bekerja 8 jam, terjadi produksi berlebihan, beberapa pengusaha bangkrut, setengah dari pekerja menjadi pengangguran
  • Hasil: Total waktu luang yang sama tetapi didistribusikan sebagai penderitaan daripada keuntungan universal

Konteks Sejarah Membentuk Budaya Kerja Modern

Russell menelusuri etos kerja modern kembali ke sistem sejarah di mana surplus kecil yang diproduksi oleh pekerja mendukung pendeta dan prajurit yang menganggur. Dia berargumen bahwa moralitas kerja berkembang sebagai cara untuk meyakinkan orang menerima pengaturan ini tanpa paksaan yang konstan. Perspektif sejarah ini membantu menjelaskan mengapa pengurangan jam kerja sering menghadapi resistensi budaya, bahkan ketika secara ekonomi layak.

Esai ini menunjuk pada periode Perang Dunia sebagai bukti bahwa masyarakat dapat mempertahankan standar hidup dengan tenaga kerja sipil yang jauh lebih sedikit daripada yang biasanya diasumsikan. Ketika jutaan orang dialihkan ke dinas militer, populasi sipil sering mengalami peningkatan kondisi hidup, menunjukkan bahwa pengaturan kerja masa damai mungkin tidak efisien.

Aplikasi Modern dan Relevansi Berkelanjutan

Visi Russell meluas melampaui jam kerja yang lebih pendek untuk membayangkan manfaat budaya dari peningkatan waktu luang. Dia memprediksi bahwa orang dengan lebih banyak waktu bebas akan mengejar rasa ingin tahu ilmiah, usaha artistik, dan pengembangan personal yang bermakna. Daripada menuntut hiburan pasif karena kelelahan, individu yang beristirahat dengan baik akan terlibat dalam kegiatan yang lebih aktif dan memuaskan.

Sirkulasi berkelanjutan esai ini di komunitas teknologi mencerminkan frustrasi yang berkelanjutan dengan keseimbangan kerja-hidup di industri yang telah memberikan peningkatan produktivitas yang belum pernah ada sebelumnya. Saat alat AI menjadi lebih canggih, pertanyaan Russell yang berusia seabad tentang bagaimana masyarakat harus mendistribusikan manfaat kemajuan teknologi tetap relevan seperti sebelumnya.

Diskusi ini juga terhubung dengan karya filosofis yang lebih luas tentang waktu luang dan budaya kerja, termasuk Leisure: The Basis of Culture karya Josef Pieper dan kritik yang lebih radikal seperti The Abolition of Work karya Bob Black, menunjukkan gerakan intelektual yang berkembang yang mempertanyakan pengaturan kerja tradisional di era digital.

Referensi: In Praise of Idleness