Samsung telah menyelesaikan akuisisi Sound United senilai 350 juta dolar Amerika Serikat melalui anak perusahaannya Harman , membawa merek audio legendaris seperti Bowers & Wilkins , Denon , Marantz , dan Polk Audio di bawah payung korporat yang sama dengan JBL dan Harman Kardon . Konsolidasi besar-besaran ini telah memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar audio tentang apa artinya bagi masa depan peralatan suara berkualitas tinggi.
Portofolio Merek Audio Samsung Setelah Akuisisi:
- Merek Harman (diakuisisi 2016 seharga $8 miliar USD): JBL , Harman Kardon
- Merek Sound United (diakuisisi 2024 seharga $350 juta USD): Bowers & Wilkins , Denon , Marantz , Definitive Technology , Polk Audio , HEOS , Classé , Boston Acoustics
Kematian Media Fisik dan Dampaknya pada Budaya Audio
Akuisisi ini terjadi pada saat pasar audio kelas atas tradisional menghadapi tantangan fundamental. Banyak anggota komunitas menunjuk pada penurunan media fisik sebagai titik balik bagi budaya audio. Pergeseran dari piringan hitam dan CD ke layanan streaming telah mengubah cara orang menemukan dan mengonsumsi musik, dengan beberapa pihak berargumen bahwa hal ini telah menyebabkan penurunan standar kualitas audio.
Nostalgia terhadap media fisik sangat mendalam di kalangan penggemar. Piringan hitam dan CD menawarkan sesuatu yang tidak bisa diberikan streaming: pengalaman offline yang lengkap tanpa biaya berlangganan, pembaruan perangkat lunak, dan konten yang bisa menghilang dalam semalam. Koneksi nyata dengan musik ini menciptakan apa yang banyak orang gambarkan sebagai ritual - tindakan fisik memilih, menangani, dan memutar media yang membuat mendengarkan menjadi lebih disengaja dan menarik.
Kemajuan Teknologi vs Kekhawatiran Kualitas Audio
Menariknya, kemajuan teknologi telah menciptakan paradoks di dunia audio. Komponen modern seperti magnet rare-earth yang kuat dan amplifier Class D yang efisien telah membuat suara yang baik lebih mudah diakses dari sebelumnya. Amazon Echo Dot dasar sekarang dapat mengungguli sistem audio rumah dari tahun 1990-an, namun banyak penggemar merasa ada sesuatu yang hilang dalam terjemahan.
Masalahnya sering kali bermuara pada mastering dan ekspektasi pasar. Musik saat ini sering di-master untuk format streaming terkompresi dan earphone murah, meninggalkan pemilik peralatan berkualitas tinggi dengan konten yang tidak menampilkan kemampuan sistem mereka. Hal ini telah menciptakan apresiasi yang berkembang terhadap rekaman lama yang di-master dengan mempertimbangkan rentang dinamis dan kejernihan.
Kekhawatiran Konsolidasi Korporat
Kerajaan audio Samsung yang berkembang menimbulkan kekhawatiran tentang Samsungisasi merek-merek terpercaya ini. Rekam jejak perusahaan dengan smart TV - termasuk peringatan pelacakan dan pembatasan fitur - membuat komunitas khawatir tentang ekosistem yang terkunci, aplikasi wajib, dan bahkan kemungkinan iklan yang disuntikkan ke dalam peralatan audio.
Bisakah kita mengharapkan Samsungisasi dari merek-merek ini? Haruskah kita waspada terhadap ekosistem audio yang terkunci, fitur-fitur tambahan yang semakin tidak relevan, aplikasi ponsel, dan perangkat pintar?
Kekhawatiran ini meluas melampaui Samsung saja. Dengan semakin sedikit produsen independen yang tersisa, penggemar audio semakin melihat ke arah perusahaan-perusahaan kecil dan khusus yang masih fokus murni pada kualitas suara daripada fitur pintar dan pengumpulan data.
Merek Audio Independen yang Masih Tersedia:
- Cambridge Audio : Dimiliki pendiri selama 30+ tahun
- Dali : Milik Denmark dan independen
- Hsu Research : Produsen subwoofer dan speaker independen
- SVS Sound : Perusahaan audio independen
- Devialet : Merek audio Prancis independen
Peluang Audio Otomotif
Sementara audio rumah menghadapi tantangan, pasar otomotif menghadirkan peluang baru bagi merek audio premium. Mobil mahal secara rutin menawarkan sistem audio kelas atas sebagai opsi, dan pembeli yang sudah menghabiskan lima atau enam digit untuk kendaraan lebih bersedia menambahkan paket suara premium. Pasar ini memungkinkan merek untuk menampilkan pengaturan multi-speaker yang rumit yang tidak praktis di sebagian besar rumah.
Pasar audio mobil juga mendapat manfaat dari audiens tawanan yang menghabiskan waktu signifikan di kendaraan mereka dan menghargai pengalaman yang ditingkatkan selama perjalanan dan perjalanan jauh. Ini telah menjadi sumber pendapatan yang semakin penting bagi perusahaan audio karena penjualan stereo rumah tradisional menurun.
Melihat ke Depan
Meskipun konsolidasi korporat dan kebiasaan mendengarkan yang berubah, komunitas yang bersemangat terus melestarikan dan merayakan audio berkualitas tinggi. Dari pembuatan speaker DIY hingga restorasi peralatan vintage, penggemar menemukan cara untuk mempertahankan budaya audio di luar saluran komersial mainstream. Tantangannya adalah apakah kepemilikan korporat yang terkonsolidasi dapat hidup berdampingan dengan inovasi dan semangat yang awalnya membangun reputasi merek-merek legendaris ini.
Referensi: Samsung now owns Denon, Bowers & Wilkins, Marantz, Polk, and more audio brands