Sebuah artikel terbaru yang mengklaim bahwa Starbucks beroperasi sebagai salah satu institusi keuangan terbesar di negara tersebut karena memegang hampir 2 miliar dolar AS dalam uang program reward pelanggan telah memicu perdebatan signifikan di komunitas teknologi. Diskusi ini berpusat pada apakah perbandingan semacam itu bermakna dan menyoroti kekhawatiran yang lebih luas tentang bagaimana perusahaan menangani dana prabayar pelanggan.
Mempertanyakan Klaim Institusi Keuangan Terbesar
Kontroversi utama berasal dari pernyataan artikel bahwa 2 miliar dolar AS dalam nilai tersimpan milik Starbucks membuatnya sebanding dengan bank-bank besar. Anggota komunitas dengan cepat menantang karakterisasi ini, menunjukkan bahwa meskipun Starbucks mungkin melampaui 85% bank berlisensi berdasarkan ukuran deposito, perbandingan ini menyesatkan karena banyaknya jumlah bank kecil di Amerika Serikat.
Dengan 4.462 bank yang beroperasi secara nasional, banyak di antaranya adalah institusi komunitas kecil. 2 miliar dolar AS milik Starbucks bahkan tidak akan menempatkannya di 250 bank teratas berdasarkan deposito, membuat label institusi keuangan terbesar dipertanyakan. Perbandingan tersebut tampaknya dirancang lebih untuk efek dramatis daripada analisis keuangan yang akurat.
Lanskap Perbankan AS:
- Total 4.462 bank berlisensi beroperasi di Amerika Serikat
- 85% bank memiliki deposito lebih kecil dari $2 miliar USD milik Starbucks
- Bank-bank teratas memegang dana jauh lebih besar dibandingkan dana nasabah Starbucks
Ekonomi Tersembunyi dari Uang Prabayar Pelanggan
Selain Starbucks, diskusi mengungkapkan betapa luasnya praktik memegang dana prabayar pelanggan. Perusahaan energi, platform gaming yang menjual token virtual, restoran dengan program keanggotaan, dan berbagai bisnis layanan semuanya mempertahankan saldo kredit pelanggan yang signifikan. Di China, hampir setiap restoran dan toko mengoperasikan program keanggotaan di mana pelanggan membayar di muka untuk mendapat diskon, menciptakan pinjaman tanpa bunga yang substansial kepada bisnis.
Fenomena ini mewakili ekosistem keuangan yang sebagian besar tidak terlihat di mana perusahaan mendapat manfaat dari memegang uang pelanggan. Dengan hasil treasury yang tinggi saat ini, Starbucks kemungkinan meraih sekitar 100 juta dolar AS per tahun hanya dari menginvestasikan 2 miliar dolar AS kepemilikan pelanggan mereka.
Kepemilikan Keuangan Starbucks:
- Hampir $2 miliar USD disimpan dalam program rewards pelanggan
- Diperkirakan $100 juta USD pendapatan tahunan dari investasi treasury
- Tidak akan masuk peringkat 250 bank teratas AS berdasarkan deposit meskipun ada klaim tersebut
Kebingungan dan Kekhawatiran Buy Now, Pay Later
Klaim artikel tentang utang toko kelontong melalui layanan buy now, pay later juga mendapat pengawasan. Anggota komunitas mengklarifikasi bahwa pelanggan biasanya berutang uang kepada penyedia BNPL seperti Klarna, bukan langsung kepada toko kelontong. Namun, kekhawatiran yang lebih luas tentang 25% konsumen AS yang menggunakan BNPL untuk pembelian kelontong tetap valid dan mengkhawatirkan.
Layanan tersebut tersedia baik online melalui platform pengiriman maupun di toko fisik melalui aplikasi smartphone, membuatnya semakin mudah diakses untuk pembelian sehari-hari yang secara tradisional dibayar orang secara langsung.
Penggunaan Beli Sekarang, Bayar Nanti:
- 25% konsumen AS menggunakan layanan BNPL untuk pembelian bahan makanan
- Tersedia melalui layanan pengiriman dan aplikasi smartphone di toko
- Utang biasanya terutang kepada penyedia BNPL, bukan langsung kepada pedagang
Program Loyalitas sebagai Instrumen Keuangan
Pengalaman pribadi yang dibagikan dalam diskusi menyoroti bagaimana program loyalitas berfungsi sebagai perangkap keuangan yang halus. Banyak pengguna melaporkan perusahaan menurunkan nilai poin setelah mereka mengumpulkan saldo, secara efektif mengurangi daya beli uang pelanggan yang tersimpan. Beberapa sengaja menghindari memperbarui informasi kontak untuk membingungkan upaya pengumpulan data, meskipun pelacakan kartu pembayaran kemungkinan tetap mempertahankan profil pelanggan.
Supermarket telah menjadi bijak terhadap orang-orang yang menyadari bahwa poin dan voucher adalah penipuan yang hampir tidak pernah memberikan hasil yang substansial dan sebagai gantinya mulai menerapkan harga hukuman untuk orang-orang yang tidak ikut serta dalam pengumpulan data.
Implikasi yang Lebih Luas
Meskipun klaim spesifik artikel asli tentang Starbucks mungkin berlebihan, isu yang mendasarinya layak mendapat perhatian. Perusahaan di berbagai industri menemukan cara kreatif untuk memegang uang pelanggan, meraih keuntungan sementara pelanggan menerima sedikit atau tidak ada bunga sama sekali. Praktik ini, dikombinasikan dengan meningkatnya layanan BNPL untuk kebutuhan dasar, menunjukkan pergeseran yang mengkhawatirkan dalam cara orang Amerika mengelola pengeluaran sehari-hari.
Perdebatan ini pada akhirnya mengungkapkan bagaimana inovasi keuangan sering kali lebih menguntungkan perusahaan daripada konsumen, menciptakan bentuk-bentuk baru ketergantungan ekonomi yang menyamar sebagai kenyamanan dan reward.
Referensi: Everything Is Becoming Data
