Dunia fiksi sastra menghadapi masalah yang membingungkan. Sementara novel klasik seperti Pride and Prejudice dan War and Peace terus menjual ribuan eksemplar setiap tahunnya, karya sastra kontemporer kesulitan menemukan audiens. Diskusi terkini mengungkapkan bahwa ini bukan hanya tentang perubahan selera - tetapi tentang pergeseran fundamental dalam cara penulis menghasilkan uang dan siapa yang memutuskan apa yang akan diterbitkan.
Fondasi Ekonomi Runtuh
Jalur tradisional bagi penulis sastra untuk mencari nafkah sebagian besar telah menghilang. Penulisan majalah, yang dulunya menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan bagi penulis pemula, runtuh ketika pengiklan beralih ke internet. Posisi akademik di departemen humaniora, sistem pendukung penting lainnya, menjadi langka karena pemotongan anggaran dan berkurangnya pendaftaran. Tekanan ekonomi ini memaksa banyak penulis berbakat untuk meninggalkan kegiatan sastra atau mencari karir alternatif di televisi dan film.
Dampaknya melampaui penulis individual. Ketika Kurt Vonnegut menerima 750 dolar Amerika (belum disesuaikan dengan inflasi) untuk cerita pertamanya beberapa dekade lalu, majalah memiliki sumber daya untuk memelihara bakat baru. Majalah sastra terkemuka saat ini biasanya membayar 50-100 dolar Amerika untuk cerita, lebih mengandalkan eksposur daripada kompensasi yang berarti.
Perbandingan Pembayaran untuk Penulis:
- 1960an: Kurt Vonnegut menerima $750 USD untuk cerita pertama (belum disesuaikan)
- 2020an: Majalah sastra terbaik membayar $50-100 USD per cerita
- Sebagian besar majalah kontemporer mengandalkan "eksposur" daripada pembayaran
Perpecahan Kritikus vs Pembaca
Ketidaksesuaian yang signifikan telah muncul antara apa yang dipuji kritikus dan apa yang benar-benar ingin dibeli pembaca. Fiksi sastra semakin menargetkan audiens sempit dari akademisi dan kritikus daripada pembaca umum. Pergeseran menuju minimalisme MFA dan gaya eksperimental ini telah menciptakan karya yang terasa sengaja tidak dapat diakses oleh banyak pembaca potensial.
Fenomena ini mencerminkan apa yang terjadi dalam musik klasik, di mana komposisi kontemporer sering hanya menarik bagi spesialis sementara audiens terus tertarik pada master yang sudah mapan seperti Beethoven dan Bach. Pengejaran pujian kritis daripada daya tarik populer telah menciptakan ruang gema di mana penulis mengoptimalkan untuk pengakuan rekan daripada keterlibatan pembaca.
Statistik Pemahaman Bacaan:
- 54% orang dewasa AS membaca pada tingkat kelas 6 atau di bawahnya
- Hanya 50% orang dewasa AS membaca pada Level 3 literasi atau di atasnya
- Sekitar 15% membaca pada Level 4 (diperlukan untuk karya sastra yang kompleks)
Kompetisi dari Masa Lalu dan Sekarang
Fiksi sastra modern menghadapi kompetisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Buku baru harus bersaing tidak hanya dengan seluruh katalog sastra yang ada tetapi juga dengan bentuk hiburan lain seperti layanan streaming, video game, dan media sosial. Karya klasik memiliki keunggulan daya tahan yang terbukti dan pujian universal, menjadikannya pilihan yang lebih aman bagi pembaca dengan waktu terbatas.
Setiap bentuk media memiliki masalah ini. Masa hidup manusia hanya dapat mengonsumsi begitu banyak buku, begitu banyak film, begitu banyak jam musik. Film baru keluar: berapa peluangnya lebih berharga daripada yang ada di IMDb Top 1000 yang sudah ada? Menurun.
Selain itu, kebangkitan fiksi genre telah memberikan pembaca alternatif yang menarik yang tidak mengorbankan nilai hiburan untuk eksperimen artistik. Fiksi ilmiah, fantasi, dan genre lainnya sering mengeksplorasi tema kompleks sambil mempertahankan aksesibilitas dan dorongan naratif.
Faktor Ekonomi Utama dalam Penurunan Fiksi Sastra:
- Keruntuhan sirkulasi majalah akibat migrasi iklan internet
- Pemotongan pekerjaan akademis di departemen humaniora
- Berkurangnya pendanaan pemerintah untuk universitas
- Persaingan dari televisi/streaming untuk penulis berbakat
Jalan ke Depan
Beberapa penulis kontemporer seperti Sally Rooney telah menemukan kesuksesan dengan menyeimbangkan kualitas sastra dengan keterbacaan, menunjukkan bahwa perpecahan antara fiksi serius dan populer tidak dapat diatasi. Kuncinya mungkin terletak pada mengingat bahwa banyak karya yang sekarang dianggap klasik sastra adalah kesuksesan komersial di zamannya, ditulis untuk audiens luas daripada lingkaran akademik.
Kemunduran fiksi sastra mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam cara kita mengonsumsi budaya dan mendukung karya kreatif. Meskipun tantangannya nyata, solusinya mungkin memerlukan reconnecting dengan tujuan fundamental bercerita: menciptakan karya yang berbicara tentang pengalaman manusia dengan cara yang beresonansi dengan pembaca, bukan hanya kritikus.
Referensi: The Cultural Decline of Literary Fiction