Epic Games telah meraih kemenangan hukum yang signifikan melawan seorang cheater turnamen yang gigih, menunjukkan komitmen perusahaan untuk mempertahankan integritas kompetitif dalam game battle royale unggulannya. Kasus ini menyoroti konsekuensi finansial yang berat yang menanti para pemain yang mencoba mengelabui sistem anti-cheat demi keuntungan finansial.
![]() |
---|
V-Bucks mewakili taruhan dalam turnamen Fortnite dan keuntungan finansial yang terkait dengan permainan kompetitif |
Skema Cheating dan Larangan Awal
Masalah Sebastian Araujo dimulai pada 6 Juni 2024, ketika Epic Games melarangnya dari Fortnite setelah menemukan penggunaan perangkat direct memory access selama turnamen kompetitif. Alat cheating canggih ini memungkinkannya untuk melewati sistem anti-cheat game, memberikan keuntungan yang tidak adil dibandingkan kompetitor yang bermain jujur. Alih-alih menerima konsekuensi dari tindakannya, Araujo memilih untuk meningkatkan praktik penipuannya.
Kronologi Peristiwa
- 6 Juni 2024: Larangan awal karena menggunakan perangkat akses memori langsung
- Juni-Oktober 2024: Membuat akun palsu, berpartisipasi dalam 839 turnamen
- Desember 2024: Epic mengajukan gugatan
- 25 Juni 2025: Putusan pengadilan diumumkan
Taktik Penghindaran yang Rumit
Antara Juni dan Oktober 2024, Araujo membuat setidaknya tiga akun palsu dan menggunakan teknologi hardware spoofing untuk terus berpartisipasi dalam turnamen kompetitif Fortnite. Selama periode empat bulan ini, dia berhasil mengikuti 839 turnamen berhadiah uang, akhirnya memenangkan 6.850 dolar AS dalam hadiah uang. Aktivitasnya menghasilkan 991 keluhan cheating yang mencengangkan dari pemain lain, menciptakan pola yang jelas yang akhirnya terdeteksi oleh sistem monitoring Epic.
Statistik Aktivitas Kecurangan
- Partisipasi turnamen: 839 acara selama 4 bulan
- Akun palsu yang dibuat: Setidaknya 3
- Keluhan kecurangan yang diterima: 991
- Hadiah uang yang dimenangkan: USD $6.850
Konsekuensi Hukum dan Putusan Default
Epic Games mengajukan gugatan terhadap Araujo pada Desember 2024, tetapi terdakwa memilih untuk mengabaikan proses hukum sepenuhnya. Keputusan ini terbukti merugikan, karena menghasilkan putusan default yang sangat menguntungkan Epic. Pengadilan memberikan 168.550 dolar AS untuk pelanggaran DMCA dan Copyright Act, dihitung pada minimum statutori 200 dolar AS untuk setiap dari 839 turnamen di mana Araujo berpartisipasi sambil melakukan cheating. Selain itu, putusan tersebut mencakup 6.971 dolar AS dalam biaya pengacara, membawa total menjadi 175.521 dolar AS.
Rincian Keuangan dari Putusan Pengadilan
- Pelanggaran DMCA dan Undang-Undang Hak Cipta: USD $168,550
- Biaya pengacara: USD $6,971
- Total putusan: USD $175,521
- Kemenangan turnamen Araujo : USD $6,850
- Rasio penalti: 25.6x dari kemenangan aktual
Alasan Pengadilan dan Kemenangan Parsial Epic
Pengadilan mengakui bahwa hukuman finansial jauh melebihi keuntungan aktual Araujo, mencatat bahwa jumlah yang diminta oleh Penggugat sangat melampaui keuntungan aktual yang diduga dari Terdakwa. Namun, hakim menekankan bahwa Araujo telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk menyembunyikan ruang lingkup sebenarnya dari aktivitas cheatingnya dengan membuat beberapa akun palsu dan menggunakan hardware spoofer untuk menghindari deteksi. Permintaan Epic untuk tambahan 100.000 dolar AS dalam ganti rugi statutori ditolak karena dianggap berlebihan, mencegah putusan yang lebih besar lagi.
Donasi Amal dan Larangan Permanen
Epic Games mengumumkan bahwa semua dana yang dikumpulkan dari putusan akan disumbangkan ke Child's Play, sebuah amal yang menyediakan mainan dan permainan untuk rumah sakit anak-anak di seluruh dunia. Araujo juga telah menerima larangan permanen dari Fortnite, memastikan dia tidak dapat berpartisipasi dalam turnamen masa depan atau gameplay kasual. Pendekatan ini menunjukkan fokus Epic pada pencegahan daripada keuntungan dari tindakan hukum.
Pola Penegakan
Kasus ini mewakili bagian dari strategi Epic yang lebih luas untuk memerangi cheating kompetitif melalui tindakan hukum. Awal tahun ini, perusahaan mengejar cheater lain, Morgan RepulseGod Bamford, yang diminta untuk mengembalikan kemenangan, mengeluarkan permintaan maaf publik, dan menerima larangan turnamen permanen. Kasus-kasus ini menandakan kesediaan Epic untuk mengejar solusi hukum yang mahal untuk melindungi integritas ekosistem kompetitifnya, terlepas dari jumlah hadiah uang yang relatif kecil yang terlibat.