Biaya lingkungan dari artificial intelligence generatif telah memicu perdebatan sengit di komunitas teknologi, dengan diskusi yang berkisar dari angka konsumsi energi aktual hingga apakah jejak karbon AI benar-benar signifikan dibandingkan industri lainnya.
Angka Energi Menceritakan Kisah yang Berbeda dari yang Diharapkan
Diskusi komunitas terbaru telah menantang asumsi umum tentang konsumsi energi AI. Menurut data yang dibagikan dalam perdebatan, satu kueri ChatGPT menggunakan sekitar 0,34 Wh energi dan 0,32ml air. Untuk memberikan perspektif, bertanya kepada AI setiap dua menit akan mengonsumsi energi sekitar sama dengan menjalankan lampu LED 10W. Sementara itu, komputer desktop dan monitor yang menganggur biasanya menarik 20-100W masing-masing, menunjukkan bahwa metode komputasi tradisional mungkin sebenarnya lebih intensif energi untuk tugas yang setara.
Namun, skeptisisme tetap ada mengenai angka-angka ini. Data berasal dari sumber yang terkait erat dengan perusahaan AI, membuat beberapa anggota komunitas mempertanyakan apakah perhitungan tersebut mungkin dioptimalkan untuk mendukung narasi tertentu.
Konsumsi Energi ChatGPT Per Query:
- Energi: 0,34 Wh (0,12 kJ, 0,3 kkal)
- Air: 0,32ml
- Penggunaan setara: Satu query setiap 2 menit = konsumsi lampu LED 10W
Membandingkan AI dengan Dalang Iklim yang Sebenarnya
Diskusi mengungkapkan perspektif yang lebih luas tentang prioritas iklim. Banyak yang berpendapat bahwa fokus pada dampak lingkungan AI melewatkan gambaran yang lebih besar. Industri bahan bakar fosil dan pertanian skala besar tetap menjadi pendorong utama perubahan iklim, dengan perusahaan seperti Shell , Exxon , dan Cargill berkontribusi jauh lebih besar terhadap emisi global daripada pusat data.
Beberapa peserta mencatat bahwa pembangkit termal bahan bakar fosil yang sebelumnya dijadwalkan untuk ditutup tetap dijalankan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan energi AI. Ini merupakan tren yang mengkhawatirkan di mana infrastruktur AI secara langsung bertentangan dengan upaya dekarbonisasi.
Industri Berdampak Besar terhadap Iklim (Diidentifikasi Komunitas):
- Industri bahan bakar fosil ( Shell , Exxon )
- Industri pertanian ( Cargill )
- Industri pariwisata
- Industri fast fashion
Realitas Perpindahan Tenaga Kerja
Di luar kekhawatiran lingkungan, komunitas menyoroti masalah yang lebih mendesak: tujuan AI sebagai alat pengganti tenaga kerja. Para pemimpin bisnis yang menginvestasikan ratusan miliar dolar Amerika Serikat dalam teknologi AI tidak terutama berusaha meningkatkan produktivitas atau membantu karyawan. Sebaliknya, mereka bertaruh pada pengurangan biaya gaji yang dramatis, bahkan jika itu berarti menerima produk berkualitas lebih rendah.
Investasi hanya masuk akal dalam konteks dan jelas merupakan taruhan pada pengurangan gaji.
Ini menciptakan skenario yang meresahkan di mana pengangguran massal bisa terjadi tanpa pekerjaan pengganti yang memadai, terutama mempengaruhi kelas menengah yang sudah berjuang. Waktunya sangat mengkhawatirkan karena jaring pengaman sosial menghadapi pembongkaran secara bersamaan.
Kekhawatiran Kontrol Informasi
Tema yang muncul dalam diskusi berpusat pada potensi AI untuk memusatkan kontrol informasi. Anggota komunitas khawatir bahwa ringkasan dan respons AI dapat menggantikan akses internet langsung, secara efektif menciptakan penjaga gerbang baru untuk pengetahuan manusia. Ini merupakan pergeseran dari janji asli internet tentang informasi yang demokratis ke sistem di mana pengetahuan menjadi komoditas lagi.
Kekhawatiran meluas ke integrasi AI ke dalam sistem kritis seperti proses peradilan dan mekanisme pengecekan fakta, di mana keputusan otomatis dapat dipengaruhi oleh mereka yang mengendalikan sistem yang mendasarinya.
Kesimpulan
Meskipun dampak lingkungan AI tetap dapat diperdebatkan, diskusi komunitas mengungkapkan kekhawatiran yang lebih dalam tentang perpindahan tenaga kerja dan kontrol informasi. Angka konsumsi energi menunjukkan AI mungkin bukan penjahat iklim seperti yang digambarkan beberapa orang, tetapi implikasi sosial yang lebih luas dari teknologi ini layak mendapat pertimbangan serius. Saat AI terus berkembang ke berbagai sektor, fokus mungkin harus bergeser dari penggunaan energi ke memastikan alat-alat canggih ini melayani kepentingan yang lebih luas dari kemanusiaan daripada hanya keuntungan perusahaan.
Referensi: The Real GenAI Issue