Kota Toyoake di Jepang telah menyusun peraturan daerah yang merekomendasikan warga membatasi penggunaan smartphone hanya dua jam per hari di luar jam kerja dan sekolah. Meskipun rekomendasi yang tidak mengikat ini tidak memiliki sanksi, hal ini mencerminkan tren global yang berkembang di mana pemerintah dan institusi bergulat dengan waktu layar yang berlebihan, terutama di kalangan anak muda.
Usulan ini telah memicu perdebatan sengit secara online tentang efektivitas langkah-langkah tersebut dan apakah diperlukan tindakan yang lebih langsung. Banyak komentator menunjuk pada keberhasilan larangan smartphone di sekolah sebagai pendekatan yang lebih praktis untuk mengatasi kecanduan perangkat.
Detail Peraturan Smartphone Kota Toyoake:
- Batas harian: 2 jam di luar jam kerja/sekolah
- Siswa sekolah dasar: Tidak boleh menggunakan ponsel setelah pukul 21.00
- SMP ke atas: Tidak boleh menggunakan ponsel setelah pukul 22.00
- Penegakan: Tidak ada sanksi, hanya rekomendasi
- Tanggal berlaku: 1 Oktober 2024 (jika disahkan)
- Ukuran kota: 68.000 penduduk, 23 kilometer persegi
Larangan Ponsel di Sekolah Menunjukkan Hasil yang Menjanjikan
Diskusi sebagian besar berpusat pada pembatasan smartphone berbasis sekolah, yang tampaknya mendapat momentum di seluruh dunia. Australia menerapkan larangan ponsel di sekolah-sekolah negeri dengan hasil yang banyak digambarkan sebagai sangat positif. Siswa masih dapat membawa ponsel tetapi tidak dapat menggunakannya selama jam sekolah, yang menghasilkan peningkatan fokus di kelas dan pengurangan gangguan yang didorong media sosial.
Penelitian dari UK mendukung laporan anekdotal ini, menunjukkan peningkatan 6,41% dalam kinerja siswa di sekolah-sekolah dengan larangan ponsel. Manfaat paling terasa pada siswa berprestasi rendah, yang mengalami peningkatan 14,23% dari deviasi standar, sementara siswa berprestasi tinggi tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Beberapa negara bagian AS , termasuk California , kini telah mewajibkan pembatasan serupa. Perbedaan kebijakan sering berkorelasi dengan faktor sosial ekonomi, dengan distrik yang lebih kaya dan sekolah swasta lebih cenderung menerapkan kebijakan perangkat yang ketat.
Hasil Penelitian Larangan Ponsel di Sekolah:
- Peningkatan keseluruhan: 6,41% dari standar deviasi dalam performa siswa
- Siswa berprestasi rendah: Peningkatan 14,23%
- Siswa berprestasi tinggi: Tidak ada dampak signifikan
- Cakupan studi: Penelitian UK yang menganalisis sekolah sebelum/sesudah larangan ponsel
- Adopsi global: Australia (sekolah negeri), California (diwajibkan 2024), Denmark , berbagai yurisdiksi lainnya
Konteks Budaya Penting untuk Kepatuhan
Pendekatan Jepang mencerminkan hubungan budaya yang berbeda dengan rekomendasi pemerintah dibandingkan dengan negara-negara Barat. Di Jepang , saran-saran kota biasanya memiliki bobot sosial yang signifikan dan lebih mungkin diikuti secara sukarela, bahkan tanpa mekanisme penegakan.
Dalam budaya Jepang rekomendasi memiliki beban yang sangat berbeda dibandingkan dengan masyarakat barat. Biasanya diterima dan diikuti (tidak seperti barat di mana rekomendasi biasanya diabaikan)
Kepercayaan budaya terhadap pemerintah daerah ini meluas melampaui penggunaan smartphone. Kotamadya Jepang sering memberikan dukungan substansial untuk keluarga, menciptakan hubungan timbal balik yang mendorong kepatuhan terhadap panduan kesehatan masyarakat.
Perdebatan tentang Intervensi Pemerintah
Kritikus mempertanyakan apakah pemerintah kota harus membuat rekomendasi kesehatan yang biasanya ditangani oleh lembaga kesehatan nasional atau badan ilmiah. Beberapa orang melihat peraturan semacam itu sebagai aksi politik daripada kebijakan berbasis bukti, terutama ketika dikeluarkan oleh kotamadya kecil tanpa keahlian yang relevan.
Yang lain berpendapat bahwa memulai dengan rekomendasi yang lembut memungkinkan komunitas untuk menguji ide tanpa memicu reaksi balik. Pendekatan ini memberikan titik referensi untuk penggunaan smartphone yang normal sambil memberikan fleksibilitas kepada keluarga untuk membuat keputusan mereka sendiri.
Peraturan Toyoake juga mencakup panduan waktu tidur yang spesifik, menyarankan siswa sekolah dasar menghindari ponsel setelah pukul 21:00 dan siswa yang lebih tua menyimpan perangkat pada pukul 22:00. Rekomendasi ini sejalan dengan kekhawatiran yang berkembang tentang dampak waktu layar terhadap kualitas tidur dan perkembangan anak.
Saat komunitas di seluruh dunia bergulat dengan meningkatnya kecanduan layar, terutama di kalangan anak muda, eksperimen Jepang menawarkan satu model untuk mengatasi masalah ini melalui tekanan sosial daripada penegakan hukum. Apakah dorongan lembut semacam itu dapat bersaing dengan mekanisme penangkapan perhatian yang canggih yang dibangun ke dalam perangkat modern masih harus dilihat.
Referensi: Japan city drafts ordinance to cap smartphone use at 2 hours per day
