Sebuah studi terobosan oleh peneliti Raj Chetty , David Deming , dan John Friedman telah memicu perdebatan sengit tentang keadilan dalam penerimaan perguruan tinggi elite. Penelitian ini mengkaji bagaimana perguruan tinggi swasta yang sangat selektif menerima mahasiswa dan apakah institusi-institusi ini benar-benar berfungsi sebagai mesin mobilitas sosial atau hanya melanggengkan keuntungan kelas yang sudah ada.
Temuan studi ini menantang asumsi umum tentang meritokrasi dalam pendidikan tinggi, mengungkapkan bahwa kekayaan sering kali mengalahkan prestasi akademik dalam proses penerimaan.
Detail Studi:
- Penulis: Raj Chetty , David Deming , John Friedman
- Publikasi: NBER Working Paper Series , Working Paper 31492
- Tanggal: Juli 2023, Direvisi Oktober 2023
- Fokus: Faktor penentu dan efek kausal dari penerimaan ke perguruan tinggi swasta yang sangat selektif
- Pendanaan: Bill & Melinda Gates Foundation , Chan-Zuckerberg Initiative , JPB Foundation , Overdeck Family Foundation
Penerimaan Legacy Menciptakan Keuntungan yang Tidak Adil
Penelitian ini mengidentifikasi preferensi legacy sebagai faktor utama yang memberikan keunggulan kepada mahasiswa kaya. Anak-anak alumni menerima dorongan penerimaan yang signifikan, bahkan ketika kredensial akademik mereka tidak membenarkan keuntungan tersebut. Sistem ini menciptakan siklus yang melanggengkan diri sendiri di mana keluarga-keluarga beruntung mempertahankan akses mereka ke institusi elite lintas generasi.
Diskusi komunitas mengungkapkan kompleksitas masalah ini. Beberapa pihak berargumen bahwa mahasiswa legacy tidak selalu kurang berkualitas, menunjuk pada kasus-kasus di mana mahasiswa berprestasi tinggi dengan orang tua alumni memilih alma mater keluarga mereka daripada opsi yang berpotensi lebih bergengsi. Namun, kritikus mencatat bahwa preferensi legacy secara fundamental merusak seleksi berbasis merit dengan menyediakan tempat untuk pelamar yang memiliki koneksi daripada kandidat yang paling berkualitas.
Kredensial Non-Akademik Menguntungkan Siswa Sekolah Swasta
Studi ini menemukan bahwa perguruan tinggi elite menempatkan bobot besar pada kegiatan ekstrakurikuler, posisi kepemimpinan, dan faktor-faktor non-akademik lainnya. Meskipun kriteria ini tampak netral, mereka secara sistematis menguntungkan siswa dari keluarga kaya yang mampu membayar sekolah swasta, kegiatan mahal, dan kegiatan yang membutuhkan waktu intensif.
Siswa dari keluarga berpenghasilan rendah sering kali tidak memiliki akses ke kesempatan-kesempatan ini. Mereka mungkin perlu bekerja paruh waktu atau membantu merawat saudara kandung alih-alih berpartisipasi dalam olahraga elite, program perjalanan internasional, atau kesempatan sukarela eksklusif yang mengesankan komite penerimaan.
Rekrutmen Atletik Condong ke Keluarga Mampu
Atlet yang direkrut menerima keuntungan penerimaan yang substansial, tetapi banyak olahraga perguruan tinggi yang populer di institusi elite memerlukan pelatihan dan peralatan yang mahal. Olahraga seperti dayung, berlayar, tenis, dan berkuda sebagian besar dapat diakses oleh keluarga kaya, menciptakan jalur lain yang menguntungkan pelamar beruntung dibanding mereka yang memiliki catatan akademik lebih kuat.
Skor Tes Lebih Baik Memprediksi Kesuksesan Dibanding Indikator Kekayaan
Mungkin yang paling merugikan untuk praktik penerimaan saat ini, penelitian menunjukkan bahwa skor SAT / ACT dan kredensial akademik sangat memprediksi kesuksesan pasca-perguruan tinggi, sementara faktor-faktor yang memberikan keuntungan kepada mahasiswa kaya - status legacy, kegiatan non-akademik, dan rekrutmen atletik - menunjukkan sedikit atau tidak ada korelasi dengan pencapaian kemudian.
Menyesuaikan dengan nilai tambah dari perguruan tinggi yang dihadiri mahasiswa, tiga faktor kunci yang memberikan anak-anak dari keluarga berpenghasilan tinggi keuntungan penerimaan tidak berkorelasi atau berkorelasi negatif dengan hasil pasca-perguruan tinggi, sedangkan skor SAT / ACT dan kredensial akademik sangat prediktif terhadap kesuksesan pasca-perguruan tinggi.
Temuan ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi elite secara sistematis memilih mahasiswa yang kurang mampu ketika mereka memprioritaskan faktor-faktor terkait kekayaan daripada merit akademik.
Temuan Penelitian Utama:
- Preferensi warisan, kredensial non-akademik, dan rekrutmen atlet adalah tiga faktor utama yang memberikan keuntungan penerimaan bagi mahasiswa kaya
- Skor SAT/ACT dan kredensial akademik sangat memprediksi kesuksesan pasca-kuliah
- Faktor-faktor penerimaan terkait kekayaan menunjukkan sedikit atau tidak ada korelasi dengan pencapaian di kemudian hari
- Siswa sekolah swasta memiliki keuntungan sistematis dalam kriteria non-akademik yang dihargai oleh komite penerimaan
Keuntungan Networking Memperumit Upaya Reformasi
Kritikus reformasi penerimaan berargumen bahwa mengubah kriteria seleksi dapat merusak manfaat yang membuat perguruan tinggi elite berharga. Sebagian besar nilai institusi-institusi ini berasal dari kesempatan networking dengan mahasiswa lain dari keluarga berpengaruh. Jika penerimaan menjadi lebih berbasis merit, keuntungan networking ini mungkin hilang, berpotensi mengurangi kemampuan perguruan tinggi untuk menghasilkan pemimpin masa depan.
Namun, argumen ini pada dasarnya mengakui bahwa perguruan tinggi elite berfungsi lebih sebagai klub eksklusif untuk orang kaya daripada sebagai institusi pendidikan yang fokus pada pengembangan bakat. Ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang apakah institusi-institusi ini layak mendapat status bebas pajak dan dukungan publik jika mereka terutama berfungsi untuk mempertahankan pembagian kelas.
Perdebatan ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas tentang kesetaraan, merit, dan kesempatan dalam masyarakat Amerika . Meskipun tidak ada solusi mudah, penelitian ini memberikan bukti jelas bahwa praktik penerimaan saat ini di perguruan tinggi elite secara sistematis menguntungkan kekayaan daripada pencapaian akademik, merusak klaim meritokrasi dalam pendidikan tinggi.