Federal Trade Commission telah mengajukan gugatan terhadap Ticketmaster dan Live Nation, mengungkap bagaimana raksasa tiket ini secara diam-diam bekerja sama dengan para calo untuk menggembungkan harga konser sambil secara terbuka mengklaim memerangi penyalahgunaan tiket. Email internal mengungkap para eksekutif perusahaan menutup mata terhadap operasi calo besar-besaran sebagai kebijakan perusahaan, memprioritaskan pendapatan daripada akses penggemar ke tiket dengan harga wajar.
Skema Pendapatan Triple-Dip
Ticketmaster menguasai sekitar 80% tiket venue konser besar dan telah mengembangkan apa yang disebut FTC sebagai strategi triple dip. Perusahaan mengenakan biaya saat pembelian awal, kemudian mengumpulkan biaya tambahan dari penjual dan pembeli di pasar sekunder. Dari 2019 hingga 2024, Ticketmaster meraup lebih dari 11 miliar dolar Amerika, dengan hampir 4 miliar dolar Amerika berasal dari biaya penjualan kembali saja. Perusahaan bahkan menurunkan biaya untuk penjual kembali volume tinggi untuk mendorong mereka menggunakan platform Ticketmaster, secara efektif memberikan insentif pada praktik calo yang mereka klaim cegah.
Dampak Finansial Ticketmaster (2019-2024)
- Total pendapatan: Lebih dari USD 11 miliar
- Pendapatan biaya penjualan kembali: Hampir USD 4 miliar
- Potensi pendapatan penjualan kembali tahunan yang berisiko: USD 220 juta
- Pendapatan operasional tahunan yang berisiko: USD 26 juta
- Pendapatan dari markup harga tiket: Lebih dari USD 187 juta
Batas Tiket Palsu dan Dukungan Broker
Gugatan mengungkap bahwa Ticketmaster memberikan dukungan teknis untuk membantu broker melewati batas pembelian tiket yang tampaknya hanya berlaku untuk penggemar biasa. Lima broker besar mengendalikan ribuan akun palsu, membeli ratusan ribu tiket. Satu broker saja mengelola lebih dari 13.000 akun dari 2020 hingga 2024 untuk menghindari batas tiket. Ketika karyawan Ticketmaster menandai pelanggaran ini, manajemen mengabaikan peringatan setelah analisis menunjukkan perusahaan berisiko kehilangan hampir 220 juta dolar Amerika pendapatan penjualan kembali tahunan.
Statistik Kontrol Pasar
- Kontrol tiket primer: ~80% dari venue konser besar
- Manajemen akun broker: Satu broker mengendalikan 13.000+ akun (2020-2024)
- Dominasi pasar sekunder: Pangsa yang terus berkembang dalam penjualan kembali tiket
- Kontrol venue: 100 amphitheater dan arena teratas di seluruh dunia (melalui merger Live Nation)
Reaksi Komunitas dan Cerita Pribadi
Para penonton konser telah berbagi pengalaman frustasi yang menyoroti masalah sistem ini. Penggemar menggambarkan membayar ratusan biaya pemrosesan baik saat membeli maupun menjual tiket, sambil menyaksikan pertunjukan terjual habis secara instan hanya untuk muncul kembali di platform penjualan kembali dengan harga dua atau tiga kali lipat. Diskusi komunitas mengungkap bagaimana hal ini secara fundamental mengubah pengalaman konser, dengan banyak penggemar tidak mampu melihat artis favorit mereka.
Kami punya orang yang menyewa 1.000 anak kuliah untuk masing-masing membeli batas tiket 8, memberinya 8.000 tiket untuk dijual kembali. Kemudian kami punya orang yang membuat 1.000 akun 'palsu' dan menggunakan masing-masing [untuk] membeli batas tiket 8, memberinya 8.000 tiket untuk dijual kembali. Kami bilang yang pertama sah dan menyebutnya 'broker' sementara yang terakhir melanggar aturan dan adalah 'calo.' Tapi dari perspektif penggemar, kami berakhir dengan satu orang yang menjual kembali 8.000 tiket!
Contoh Scalping dari Kasus FTC
- Konser Coldplay : 772 tiket dibeli seharga USD 81.000, dijual kembali seharga USD 170.000
- Konser Chris Stapleton : 612 tiket dibeli seharga USD 47.000, hampir berlipat ganda saat dijual kembali
- Biaya pemrosesan: USD 54 per tiket saat membeli, USD 50 saat menjual (contoh pengguna)
Sudut Pandang Artis dan Biaya Tersembunyi
FTC menuduh bahwa Ticketmaster menipu konsumen dan artis, meskipun diskusi komunitas menunjukkan beberapa artis mungkin mendapat keuntungan dari sistem saat ini sambil membiarkan Ticketmaster mengambil kesalahan publik. Perusahaan juga membuat penetapan harga sengaja kurang transparan dari waktu ke waktu, takut kehilangan hampir 50 juta dolar Amerika jika mereka beralih ke penetapan harga yang lebih ramah penggemar. Studi internal menyimpulkan bahwa penetapan harga bait-and-switch lebih penting daripada kepuasan penggemar, dan perusahaan bahkan membuat penghargaan untuk insinyur yang membuat tampilan biaya kurang transparan.
Melihat ke Depan
Sementara Ticketmaster mengumumkan rencana untuk memasukkan biaya ke dalam harga yang tercantum mulai tahun ini, perubahan ini hanya datang setelah FTC diberi wewenang untuk mencari hukuman perdata. Tujuh negara bagian telah bergabung dalam gugatan menuntut hukuman tambahan, terutama untuk pelanggaran yang merugikan pelanggan lanjut usia atau penyandang disabilitas. Kasus ini menyoroti pertanyaan yang lebih luas tentang praktik monopolistik dalam industri hiburan dan apakah reformasi yang berarti mungkin tanpa memecah kerajaan Live Nation - Ticketmaster.
Referensi: Yikes: Internal emails reveal Ticketmaster helped scalpers jack up prices, FTC says