Hubungan antara aphantasia dan psikedelik telah memicu diskusi intens di kalangan mereka yang tidak dapat membentuk gambaran mental. Aphantasia mempengaruhi orang-orang yang kesulitan memvisualisasikan hal-hal dalam mata batin mereka - mereka mungkin tidak dapat membayangkan sebuah apel atau mengingat memori visual dengan jelas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa psikedelik mungkin dapat memulihkan kemampuan ini secara sementara, namun pengalaman komunitas mengungkapkan gambaran yang lebih kompleks.
Wilayah Otak yang Terlibat dalam Aphantasia:
- Korteks visual sekunder (V2): Kurang aktif pada aphantasia
- Korteks parietal: Aktivitas berkurang selama tugas imajinasi
- Hippocampus: Keterlibatan lebih lemah pada orang dengan aphantasia
- Wilayah visual-oksipital: Aktivasi lebih sedikit selama visualisasi
- Wilayah frontal medial dan insula: Lebih kuat pada hyperphantasia
Pengalaman Dunia Nyata Sangat Bervariasi
Orang-orang dengan aphantasia melaporkan hasil yang sangat berbeda ketika menggunakan psikedelik. Beberapa mendeskripsikan memperoleh kemampuan visual untuk pertama kalinya, sementara yang lain tidak melihat perubahan sama sekali. Salah satu anggota komunitas membagikan pengalaman mereka dengan berbagai zat, mencatat bahwa DMT memberikan visual yang paling kuat, sementara LSD yang dikombinasikan dengan senyawa lain juga menghasilkan efek. Namun, banyak yang melaporkan bahwa psikedelik hanya menciptakan lapisan tambahan pada penglihatan yang sudah ada daripada imajinasi mental yang sesungguhnya.
Dosis tampaknya sangat berpengaruh. Pengguna melaporkan membutuhkan dosis yang lebih tinggi dari biasanya - sekitar 200-250 mikrogram LSD atau 3,5 gram jamur - sebelum mengalami efek visual apa pun. Meski begitu, hasilnya sering berbeda dari apa yang dialami orang dengan visualisasi normal.
Dosis Efektif yang Dilaporkan untuk Efek Visual pada Aphantasia:
- LSD : 200-250 mikrogram
- Jamur Psilocybin : 3,5 gram
- 2C-B : 20-22 miligram
- DMT : Paling konsisten dilaporkan sebagai efektif
- Ganja: Dosis rendah untuk visual mata tertutup (beberapa pengguna)
Kompleksitas Pengujian Imajinasi Mental
Komunitas telah mengembangkan tes informal untuk lebih memahami aphantasia. Salah satu metode populer melibatkan membayangkan sebuah adegan dengan meja, bola, dan orang, kemudian menjawab pertanyaan detail tentang warna, pakaian, dan penampilan. Orang dengan aphantasia biasanya merespons dengan saya tidak tahu atau mendeskripsikan hanya mengalami sensasi seperti kerangka kawat daripada detail yang jelas.
Namun, kondisi ini tampak lebih bernuansa daripada sekadar ada atau tidaknya imajinasi. Beberapa individu melaporkan tidak dapat membayangkan objek sesuai perintah tetapi dapat mengingat memori yang jelas atau mengalami mimpi yang detail. Ini menunjukkan bahwa berbagai jenis pemrosesan visual mungkin terpengaruh secara berbeda.
Pertanyaan Tes Aphantasia Informal:
- Berapa usia orang dalam adegan yang Anda bayangkan?
- Gaya rambut seperti apa yang mereka miliki?
- Apa yang dikenakan orang tersebut?
- Seberapa besar mejanya dan seperti apa bentuknya?
- Warna apa bolanya?
Orang dengan aphantasia biasanya merespons "Saya tidak tahu" atau melaporkan hanya melihat kerangka/garis tepi saja
Kekhawatiran Etis tentang Memperbaiki Aphantasia
Diskusi ini telah menimbulkan pertanyaan penting tentang apakah aphantasia harus dianggap sebagai kondisi yang memerlukan pengobatan. Banyak orang dengan aphantasia menyatakan kepuasan dengan proses mental mereka dan khawatir tentang implikasi peningkatan visual yang tiba-tiba. Penelitian menunjukkan bahwa imajinasi visual yang lebih kuat tidak selalu bermanfaat - dapat mengintensifkan pikiran negatif, berkontribusi pada memori yang mengganggu, dan berpotensi memperburuk kondisi seperti PTSD.
Saya memiliki aphantasia, dan saya tidak berpikir saya ingin itu diperbaiki. Pasangan saya memiliki hyperphantasia, dan sama halnya dia tidak ingin itu diperbaiki.
Komunitas medis telah mencatat hubungan antara hyperphantasia (imajinasi mental yang sangat jelas) dan kondisi psikiatrik tertentu, menimbulkan pertanyaan tentang risiko meningkatkan kemampuan visualisasi secara artifisial.
Pemahaman Ilmiah Masih Berkembang
Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa orang dengan aphantasia memproses informasi visual secara berbeda, dengan aktivasi yang lebih kuat di area pemrosesan visual tetapi keterlibatan yang lebih lemah dari wilayah terkait memori seperti hippocampus. Psikedelik tampaknya meningkatkan konektivitas antara wilayah otak ini, berpotensi menjelaskan mengapa beberapa orang sementara memperoleh kemampuan imajinasi.
Namun, penelitian masih dalam tahap awal, dan respons individual sangat bervariasi. Beberapa pengguna melaporkan tidak ada efek visual bahkan pada dosis tinggi, sementara yang lain mendeskripsikan pengalaman mulai dari pola geometris hingga narasi visual lengkap. Variasi ini menunjukkan bahwa aphantasia mungkin mencakup beberapa subtipe dengan mekanisme yang mendasari berbeda.
Minat yang berkembang pada topik ini mencerminkan baik rasa ingin tahu ilmiah maupun keinginan pribadi untuk memahami. Seiring penelitian berlanjut, diskusi komunitas memberikan wawasan berharga tentang pengalaman hidup dengan aphantasia dan hubungan kompleks antara kesadaran, persepsi, dan intervensi farmasi.
Referensi: Aphantasia and Psychedelics