Dalam hal yang terdengar seperti fiksi ilmiah, para peneliti telah menyelesaikan uji keamanan pertama pada manusia untuk ventilasi enteral - sebuah teknik yang mengantarkan oksigen melalui rektum. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell Press Med ini menunjukkan bahwa pendekatan tidak konvensional ini aman dan dapat ditoleransi dengan baik pada manusia, memicu diskusi luas tentang potensinya untuk menyelamatkan nyawa selama keadaan darurat pernapasan.
![]() |
---|
Sebuah selang feeding enteral, serupa dengan yang digunakan dalam uji coba keamanan pertama pada manusia untuk ventilasi enteral |
Ilmu di Balik Pernapasan yang Tidak Konvensional
Konsep mengekstraksi oksigen melalui jalur non-paru sebenarnya bukanlah hal yang baru di alam. Seperti yang dicatat oleh seorang komentator, Beberapa reptil juga. Kura-kura painted dapat bertahan hidup di bawah es musim dingin selama berbulan-bulan dengan respirasi kloaka untuk memperpanjang hibernasi mereka. Preseden biologis ini menginspirasi para peneliti untuk mengeksplorasi apakah manusia mungkin mendapatkan manfaat serupa dari penyerapan oksigen usus. Uji coba pada manusia melibatkan 27 relawan pria sehat yang menerima cairan pembawa oksigen yang diberikan secara intrarektal, dengan sebagian besar peserta mentoleransi prosedur dengan baik dengan hanya ketidaknyamanan perut ringan. Penelitian ini membangun dari pekerjaan sebelumnya yang memenangkan IgNobel Prize untuk penemuan bahwa banyak mamalia dapat bernapas melalui anus mereka.
Jika ini berhasil, ini dapat membantu mengurangi tekanan operasi dan frekuensi respirator konvensional.
Contoh Alami Pernapasan Usus:
- Teripang (bernapas melalui air lewat kloaka)
- Kura-kura painted (bertahan hidup berbulan-bulan di bawah es menggunakan respirasi kloaka)
- Berbagai ikan pemakan dasar (melengkapi fungsi insang melalui penyerapan oksigen usus)
Aplikasi Medis Potensial dan Keterbatasan
Komunitas medis sangat antusias dengan potensi teknologi ini untuk situasi darurat. Seorang komentator berbagi tragedi pribadi: Ayah saya terkena covid (dan meninggal dunia), tetapi paku terakhir di peti mati adalah ketika dia batuk melawan respirator bertekanan tinggi dan paru-parunya kolaps. Jika mereka memiliki ini, mereka akan dapat menjaga dia tetap teroksigenasi dan hidup cukup lama untuk memperbaiki paru-parunya. Ini menyoroti bagaimana ventilasi enteral dapat berfungsi sebagai terapi jembatan, mempertahankan oksigenasi sambil mencegah cedera paru lebih lanjut dari ventilasi mekanis. Namun, para peneliti menekankan bahwa studi awal ini hanya menetapkan keamanan - keefektifan dalam benar-benar mengoksigenasi darah masih harus dibuktikan dalam uji coba di masa depan.
Detail Studi:
- Partisipan: 27 pria dewasa sehat (usia 20-45)
- Prosedur: Pemberian cairan perfluorodecalin secara intrarektal
- Volume Maksimum yang Diuji: 1.500 ml
- Waktu Retensi: 60 menit
- Hasil Keamanan: Hanya dilaporkan kembung perut ringan dan ketidaknyamanan pada volume tertinggi
- Status: Keamanan telah ditetapkan; uji coba efektivitas masih menunggu
Tantangan Teknis dan Pertimbangan Fisiologis
Diskusi mengungkapkan beberapa pertanyaan teknis yang penting. Para komentator bertanya-tanya tentang penghilangan CO2, karena oksigenasi saja tidak mengatasi penumpukan karbon dioksida yang mendorong refleks pernapasan. Seperti yang dijelaskan salah satu komentator, Perubahan kecil dalam keseimbangan asam-basa adalah yang membuat seseorang merasa perlu bernapas, dan CO2 adalah produk sampingan metabolisme yang bersifat asam. Yang lain mempertanyakan implementasi praktis - bagaimana mengelola kotoran selama perawatan dan apakah lingkungan usus yang biasanya anaerobik yang dioksigenasi dapat mengganggu mikrobioma. Perbandingan luas permukaan juga menarik perhatian: sementara paru-paru menawarkan sekitar 200 m² untuk pertukaran gas, usus menyediakan sekitar 40 m², menunjukkan bahwa metode ini mungkin melengkapi daripada menggantikan fungsi paru-paru.
Perbandingan Luas Permukaan untuk Pertukaran Gas:
- Paru-paru manusia: ~200 m² (100 m² per paru-paru)
- Usus manusia: ~40 m²
- Signifikansi: Luas permukaan usus mungkin cukup untuk oksigenasi darurat tetapi kemungkinan tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi paru-paru
Di Luar Pengobatan: Aplikasi Tak Terduga dan Preseden Sejarah
Percakapan mengambil beberapa penyimpangan menarik, termasuk koneksi sejarah ke enema asap tembakau abad ke-18 yang digunakan untuk korban tenggelam - asal usul frasa meniup asap ke pantat Anda. Beberapa berspekulasi tentang aplikasi atletik potensial, meskipun para ahli mencatat bahwa kapasitas pembawa oksigen kemungkinan akan tidak cukup untuk latihan intens. Diskusi juga menyentuh fenomena terkait, termasuk laporan anekdotal tentang enema alkohol untuk keracunan cepat dan apakah pertukaran gas usus mungkin menjelaskan pengobatan tradisional tertentu untuk masalah pencernaan.
Tim peneliti sekarang berencana untuk melanjutkan dengan uji efektivitas untuk menentukan seberapa banyak oksigen yang dapat dikirim melalui metode ini dan untuk berapa lama. Meskipun kita belum sampai pada titik di mana pasien dapat sepenuhnya meninggalkan pernapasan tradisional, pendekatan tidak konvensional ini mewakili batas yang menarik dalam pengobatan darurat yang suatu hari nanti dapat memberikan menit-menit penting bagi pasien dalam kesusahan pernapasan.
Referensi: Butt-breathing science goes from IgNobel Prize infamy to human reality