Komisaris Privasi Australia telah memberikan keputusan bersejarah terhadap Kmart, menetapkan bahwa raksasa ritel tersebut secara melanggar hukum mengumpulkan data biometrik dari ribuan pelanggan melalui teknologi pengenalan wajah. Keputusan ini menandai putusan besar kedua terhadap pengawasan ritel di Australia, menyusul kasus serupa terhadap toko perangkat keras Bunnings pada Oktober 2024.
Antara Juni 2020 dan Juli 2022, Kmart menerapkan sistem pengenalan wajah di 28 toko, merekam wajah setiap orang yang masuk dan siapa pun yang melakukan pengembalian barang. Perusahaan mengklaim hal ini diperlukan untuk memerangi penipuan pengembalian dana, tetapi Komisaris Privasi menemukan pendekatan mereka melanggar hukum privasi Australia.
Kronologi Pengenalan Wajah Kmart
- Juni 2020 - Juli 2022: Sistem pengenalan wajah beroperasi di 28 toko
- Juli 2022: Investigasi dimulai, Kmart menghentikan operasi FRT
- Desember 2024: Keputusan Komisioner Privasi dipublikasikan
Statistik Pencurian Ritel
- Tingkat pencurian Costco: 0,11-0,2% dari penjualan
- Tingkat pencurian supermarket tradisional: 1-4% dari penjualan
- 77% orang di penjara negara bagian memiliki 5+ penangkapan sebelumnya
Perdebatan Teknologi vs. Privasi
Putusan ini menyoroti perbedaan penting dalam hukum pengawasan modern. Meskipun toko dapat secara legal merekam pelanggan dengan kamera keamanan, memproses rekaman tersebut secara otomatis melalui pengenalan wajah masuk ke dalam pengumpulan informasi biometrik sensitif yang memerlukan persetujuan eksplisit. Ini menciptakan batas hukum yang menarik di mana tindakan merekam diizinkan, tetapi jenis analisis otomatis tertentu tidak.
Diskusi komunitas mengungkapkan frustrasi dengan perbedaan ini. Banyak yang mempertanyakan mengapa petugas keamanan manusia dapat secara mental mengenali dan melacak tersangka pencuri, tetapi sistem otomatis yang melakukan fungsi yang sama menghadapi pembatasan hukum. Perbedaannya terletak pada skala dan kekekalan - ingatan manusia tidak dapat menandingi kemampuan pengumpulan data sistematis dan referensi silang dari sistem digital.
Masalah Pencurian yang Mendorong Pengawasan
Dorongan untuk teknologi pengenalan wajah berasal dari perjuangan pengecer dengan pencurian dan penipuan. Pemilik toko menggambarkan insiden pencurian yang semakin berani, dari orang yang keluar dengan gulungan kawat mahal hingga skema penipuan pengembalian dana yang terorganisir. Beberapa pengecer telah merespons dengan mengunci barang dagangan di balik kandang, memerlukan bantuan staf untuk pembelian dasar seperti deodoran.
Perdebatan komunitas mengungkapkan ketegangan antara mereka yang melihat pengawasan sebagai hal yang diperlukan untuk mempertahankan ritel yang terjangkau dan lainnya yang melihatnya sebagai hukuman kolektif untuk kejahatan individu. Beberapa menyarankan bahwa menargetkan pelanggar berulang secara lebih agresif akan lebih efektif daripada mengawasi semua pelanggan.
Kita hidup dalam keadaan anarko-tirani. Negara sama sekali tidak mampu menghentikan pencuri, jadi perusahaan semakin mengandalkan teknologi yang menjijikkan untuk menangani masalah itu sendiri, yang pada gilirannya ditolak.
Pendekatan Alternatif dan Implikasi Masa Depan
Putusan Komisaris Privasi tidak melarang pengenalan wajah sepenuhnya tetapi mengharuskannya proporsional dan berdasarkan persetujuan. Beberapa pengecer sedang mengeksplorasi model berbasis keanggotaan yang mirip dengan Costco, yang dilaporkan memiliki tingkat pencurian yang jauh lebih rendah (0,11-0,2% dari penjualan) dibandingkan dengan supermarket tradisional (1-4%) karena akses terkontrol dan akuntabilitas anggota.
Bisnis lain menggunakan pengenalan wajah dengan persetujuan eksplisit, seperti tempat klub malam Australia yang memerlukan pemindaian biometrik sebagai syarat masuk untuk mengidentifikasi individu yang dilarang dan mendeteksi identifikasi palsu. Pendekatan opt-in ini memenuhi persyaratan privasi sambil tetap memungkinkan fungsi keamanan.
Temuan Hukum Utama
- Pengumpulan informasi biometrik tanpa persetujuan melanggar Undang-Undang Privasi
- Pengumpulan data sembarangan terhadap semua pelanggan tidak proporsional
- Tersedia metode yang lebih tidak mengganggu privasi untuk pencegahan penipuan
- Utilitas terbatas dari sistem FRT untuk mencegah penipuan pengembalian dana
- Putusan FRT ritel Australia besar kedua setelah Bunnings (Oktober 2024)
Kekhawatiran Privasi yang Lebih Luas
Putusan ini mencerminkan kekhawatiran yang berkembang tentang pengawasan yang ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Kritikus khawatir tentang akumulasi data biometrik di berbagai pengecer dan potensi penyalahgunaannya oleh penegak hukum atau peretas. Keputusan ini menekankan bahwa kepentingan bisnis yang sah seperti pencegahan penipuan tidak secara otomatis membenarkan praktik pengumpulan data yang invasif.
Kasus ini juga menunjukkan bagaimana hukum privasi beradaptasi dengan teknologi baru. Meskipun Undang-Undang Privasi bersifat netral teknologi, regulator sedang mengembangkan kerangka kerja untuk mengevaluasi apakah sistem pengawasan proporsional, transparan, dan diperlukan untuk tujuan yang dinyatakan.
Seiring teknologi ritel terus berkembang, putusan ini menetapkan preseden penting untuk menyeimbangkan kebutuhan keamanan bisnis dengan hak privasi pelanggan. Pengecer sekarang harus mempertimbangkan dengan hati-hati apakah alternatif yang kurang invasif ada sebelum menerapkan sistem pengawasan biometrik.
Referensi: Kmart's use of facial recognition to tackle refund fraud unlawful, Privacy Commissioner finds